Istiqomah Dalam Ketaatan

Loading

Oleh: Ustadz Muhammad Arsyad

Assalamualaikum warohmatullahi wabarokatuh.

الحمد لله نحمده ونستعينه ونستغفره ونعوذ بالله  من شرور انفسنا وسييءات اعمالنا ,فمن يهده الله فلا مضل له,و من يضلل فلا ها دي له,و اشهد ان لا اله ال الله واشهد ان محمد عبده و رسوله,اللهم صلى على نبينا محمد و على اله وصحبه وسلم

Pertama, marilah kita senantiasa bersyukur kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, atas segala limpahan nikmat yang diberikan kepada kita, sehingga sampai saat ini kita masih senantiasa berada di dalam ketaatan kepada-Nya.

Kedua, sholawat dan salam, semoga selalu terhaturkan kepada baginda Rasulullah Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, yang telah mengajarkan kepada kita berbagai kebaikan untuk kita ikuti dan mengabarkan kepada kita berbagai keburukan sehingga bisa kita jauhi.

Hadirin yang dimuliakan oleh Allah Subhanahu wa Taala.

Sebagai seorang manusia yang diciptakan oleh Allah Ta’ala, sudah semestinya kita selalu mentaati perintah-perintah Allah. Karena dengan demikian itulah kita bisa selamat dalam perjalanan menuju ke kehidupan akhirat yang kekal dan abadi. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

وَأَطِیعُوا۟ ٱللَّهَ وَٱلرَّسُولَ لَعَلَّكُمۡ تُرۡحَمُونَ

“Dan taatilah Allah dan Rasul-Nya agar kalian diberi rahmat.” (QS. Ali ‘Imran: 132).

Hadirin yang dimuliakan oleh Allah Subhanahu wa Taala.

Hal berikutnya yang perlu kita pahami adalah, bagaimana kita senantiasa istiqomah di dalam ketaatan. Sebab, selama kita hidup di dunia ini, kita akan selalu digoda oleh setan untuk melanggar perintah-perintah Allah Subhanahu wa Ta’ala. Allah berfirman, menceritakan perihal iblis saat sebelum dikeluarkan dari Syurga:

قَالَ یَـٰۤإِبۡلِیسُ مَا لَكَ أَلَّا تَكُونَ مَعَ ٱلسَّـٰجِدِینَ (32) قَالَ لَمۡ أَكُن لِّأَسۡجُدَ لِبَشَرٍ خَلَقۡتَهُۥ مِن صَلۡصَـٰلࣲ مِّنۡ حَمَإࣲ مَّسۡنُونࣲ (33) قَالَ فَٱخۡرُجۡ مِنۡهَا فَإِنَّكَ رَجِیمࣱ (34) وَإِنَّ عَلَیۡكَ ٱللَّعۡنَةَ إِلَىٰ یَوۡمِ ٱلدِّینِ (35) قَالَ رَبِّ فَأَنظِرۡنِیۤ إِلَىٰ یَوۡمِ یُبۡعَثُونَ (36) قَالَ فَإِنَّكَ مِنَ ٱلۡمُنظَرِینَ (37) إِلَىٰ یَوۡمِ ٱلۡوَقۡتِ ٱلۡمَعۡلُومِ (38)a

 قَالَ رَبِّ بِمَاۤ أَغۡوَیۡتَنِی لَأُزَیِّنَنَّ لَهُمۡ فِی ٱلۡأَرۡضِ وَلَأُغۡوِیَنَّهُمۡ أَجۡمَعِینَ (39) إِلَّا عِبَادَكَ مِنۡهُمُ ٱلۡمُخۡلَصِینَ (40)

“Dia (Allah) berfirman, ‘Wahai Iblis, apa yang menyebabkanmu enggan bersama mereka yang bersujud itu?’ Ia (Iblis) berkata, ‘Aku sekali-kali tidak akan bersujud kepada manusia yang Engkau ciptakan dari tanah liat kering dari lumpur hitam yang diberi bentuk.’ (Allah) berfirman, ‘Keluarlah darinya (Syurga) karena sesungguhnya kamu terkutuk. Sesungguhnya kamu terlaknat sampai Hari Kiamat.’ (Iblis) berkata, ‘Wahai Tuhanku, tangguhkanlah (usia)-ku sampai hari mereka (manusia) dibangkitkan.’ (Allah) berfirman, ‘Sesungguhnya kamu termasuk golongan yang ditangguhkan sampai hari yang telah ditentukan waktunya (Kiamat).’ Ia (Iblis) berkata, ‘Tuhanku, karena Engkau telah menyesatkanku, sungguh aku akan menjadikan (kejahatan) terasa indah bagi mereka di bumi dan sungguh aku akan menyesatkan mereka semua, kecuali hamba-hamba-Mu yang terpilih (karena keikhlasannya) di antara mereka’.” (QS. Al-Hijr: 32 – 40).

Itulah kisah iblis dan keturunannya yang telah bersumpah akan senantiasa berusaha menjerumuskan manusia ke dalam perkara-perkara yang tidak disukai oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Oleh karenanya hadirin yang dimuliakan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala, hendaknya setiap orang sadar akan hal ini; senantiasa berusaha untuk istiqomah di dalam ketaatan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Allah berfirman:

فَا سْتَقِمْ كَمَاۤ اُمِرْتَ وَمَنْ تَا بَ مَعَكَ وَلَا تَطْغَوْا ۗ اِنَّهٗ بِمَا تَعْمَلُوْنَ بَصِيْرٌ

“Maka tetaplah engkau (Muhammad) (di jalan yang benar), sebagaimana telah diperintahkan kepadamu dan (juga) orang yang bertaubat bersamamu, dan janganlah kamu melampaui batas. Sungguh, Dia Maha Melihat terhadap apa yang kamu kerjakan.” (QS. Hud: 112).

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam suatu ketika ditanya oleh salah seorang shahabat, “Wahai Rasulullah, beritahukanlah kepadaku di dalam (agama) Islam tentang sebuah perkataan yang tidak aku tanyakan kecuali hanya kepada engkau.” Maka Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda, “Katakanlah aku beriman kepada Allah dan istiqomalah.” (HR. Muslim).

Hadirin yang dimuliakan oleh Allah Subhanahu wa Taala.

Beriman kepada Allah berarti meyakini bahwa Allah adalah Rabb semesta alam, dan bahwa tidak ada tuhan yang berhak disembah selain Allah. Kemudian, beristiqomah di dalam mengerjakan semua perintah-perintah-Nya dan menjauhi segenap larangan-larangan-Nya. Selain itu, mengutamakan hal-hal yang wajib sebelum kemudian hal-hal yang sunnah.

Namun demikian, istiqomah adalah amalan yang sangat berat, tidak ada yang bisa bertahan kecuali orang-orang yang hebat. Imam Nawawi di dalam Minhaj berkata, “Istiqomah itu tidak bisa dilakukan kecuali orang-orang besar. Hal itu karena istiqomah adalah hal yang luar biasa, menyelisihi kebiasaan (karena sifat manusia adalah tidak istiqomah), dan istiqomah berarti kokoh di hadapan Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan kejujuran hati yang hakiki.”

Ibnu Abbas berkata saat turun ayat tentang istiqomah, “Tidak ada ayat di dalam seluruh Al-Qur’an yang paling berat yang turun kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam kecuali ayat tentang ini (Istiqomah).”

Hadirin yang dimuliakan oleh Allah Subhanahu wa Taala.

Lantas, bagaimana caranya agar seseorang bisa istiqomah di atas kebaikan? Di antaranya ialah:

Pertama, berdoa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Berdoa dengan doa yang sebagaimana Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam ajarkan:

يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوبِ ، ثَبِّتْ قَلْبِي عَلَى دِينِكَ ” (رواه أحمد)

“Wahai Yang membolak-balikkan hati, tetapkanlah hatiku di atas agama-Mu.” (HR. Ahmad).

Kedua, dekat dengan orang-orang yang baik. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

الْمَرْءُ عَلَى دِينِ خَلِيلِهِ ، فَلْيَنْظُرْ أَحَدُكُمْ مَنْ يُخَالِلْ (رواه أحمد)

“Seseorang itu akan mengikuti agama sahabat dekatnya, maka hendaklah salah seseorang dari kalian melihat siapa yang ia dekati.” (HR. Ahmad).

Hadirin yang dimuliakan oleh Allah Subhanahu wa Taala.

Cara agar dapat istiqomah yang ketiga adalah bermuhasabah diri. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

يٰۤاَ يُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا اتَّقُوا اللّٰهَ وَلْتَـنْظُرْ نَـفْسٌ مَّا قَدَّمَتْ لِغَدٍ ۚ وَا تَّقُوا اللّٰهَ ۗ اِنَّ اللّٰهَ خَبِيْرٌ بِۢمَا تَعْمَلُوْنَ

“Wahai orang-orang yang beriman! Bertaqwalah kepada Allah dan hendaklah setiap orang memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertaqwalah kepada Allah. Sungguh, Allah Maha Mengetahui terhadap apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Hasyr: 18).

Kemudian, cara agar dapat istiqomah yang keempat adalah, menjaga diri dari hal-hal yang dilarang oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

إِنَّ الْعَبْدَ إِذَا أَخْطَأَ خَطِيئَةً نُكِتَتْ فِي قَلْبِهِ نُكْتَةٌ سَوْدَاءُ (رواه الترمذي)

“Sesungguhnya seorang hamba itu jika dia melakukan sebuah kesalahan (dosa) maka akan diberikan titik hitam pada hatinya.” (HR. At-Tirmidzi).

Hadirin yang dimuliakan oleh Allah Subhanahu wa Taala.

Semoga Allah senantiasa membimbing kita serta menguatkan iman kita di dalam ketaatan kepada-Nya, sehingga kita pun dapat selamat dalam perjalanan hidup ini. Aamiin ya Rabbal ‘alamiin.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *