Bangkit dari Masjid

Loading

Oleh: Dr. Mulyanto Abdullah Khoir, M.Ag. (Dewan Syura FKAM)

Indonesia merupakan negara muslim terbesar dunia. Berdasarkan data Global Religious Future, penduduk Indonesia yang beragama Islam pada 2010 mencapai 209,12 juta jiwa atau sekitar 87% dari total populasi. Kemudian pada 2020, penduduk muslim Indonesia diperkirakan mencapai 229,62 juta jiwa. Sementara negara dengan penduduk muslim terbesar kedua adalah India, yakni 176,2 juta jiwa. Negara dengan penduduk muslim terbesar ketiga di dunia adalah Pakistan, yakni sebanyak 167,41 juta jiwa. Berapa jumlah masjid yang ada di Indonesia? Menurut Ketua Umum Dewan Masjid Indonesia (DMI) Jusuf Kalla, jumlah masjid dan mushola di Indonesia mencapai 800 ribu. Angka yang fantastis! Terbanyak di dunia. Diharapkan banyaknya mushola dan masjid sebanding dengan tingkat keimanandan ketakwaan masyarakat. Artinya, umat Islam menyimpan banyak potensi. Secara SDM, umat Islam memiliki potensi SDM yang melimpah. Generasi muda muslim yang menjadi potensi dan pilar kemajuan bangsa. Dari sisi ekonomi, jumlah muslim terbesar menjadi potensi yang menggiurkan sebagai ladang ekonomi. Tak heran, potensi yang besar menjadi incaran dan rebutan berbagai pihak. Bagaimana kenyataannya? Apakah potensi yang besar tersebut telah maksimal diberdayakan untuk kemakmuran masyarakat dan kemajuan umat Islam? Ternyata tidak. Secara ekonomi umat Islam masih miskin, tidak mampu menguasai sektor-sektor ekonomi penting. Lebih sebagai obyek daripada subyek ekonomi. Garis kemiskinan yang tinggi di Indoesia sebagian besar umat Islam. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) angka kemiskinan di Indonesia pada September 2019 sebesar 9,22 persen atau setara dengan 24,97 juta orang. Jelas angka sebanyak itu sebagian besar umat Islam.

Bangkit dari Masjid

Melihat ketertinggalan tersebut, saatnya umat Islam bangkit. Mengejar ketertinggalan, baik dalam bidang ekonomi, sosial, politik dan lainnya. Potensi yang besar harus mampu dimanfaatkan dengan baik. Ketergantungan kepada orang lain harus mulai dikurangi. Kemandirian harus dihidupkan. Kemakmuran masyarakat harus ditingkatkan. Pertanyaannya, darimana memulai? Mulailah dari masjid. Masjid menyimpan potensi yang sangat besar. Ada jama’ah masjid dengan seluruh potensinya. Interaksi sehari semalam minimal lima waktu dalam shalat menjadi ruh tersendiri dan keterkaitan hati antar sesama muslim. Bangunlah kekuatan jamaah masjid. Baik kekuatan keyakinan, ibadah maupun ekonomi. Tumbuhkan sikap tolong menolong. Hidupkan ekonomi jamaah masjid. Mulailah walaupun dari yang paling sederhana, berlanja di tempat-tempat dimana jamaah masjid memiliki usaha. Belilah ke warung-warung mereka. Tumbuhkan kecintaan untuk belanja di warung saudara sendiri, saudara seiman. Itu berawal dari masjid. Jika gerakan ini massif, akan menjadi gerakan yang tumbuh kemandirian dari masjid. Dari kemandirian ekonomi berbasis masjid inilah kita membangun solidaritas keumatan. Membangun dan mengokohkan keyakinan. Membangun dan memperkuat ukhuwah antar sesama kaum muslimin, sehingga mereka bukan sebagai obyek, tetapi sebagai subyek perubahan di negeri ini. Tak ada kata terlambat untuk memulai. Mari umat Islam mengejar kertinggalan, bangkit dari keterpurukan. Berlari membangun kemajuan. Semua kita awali dari masjid. Bangkit dari masjid. Mengapa tidak? Kalau bukan sekarang, kapan lagi?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *