Menguatkan Ilmu dan Amal untuk Menghadapi Fitnah Kehidupan

Loading

Oleh: Ustadz Zul Fahmi, S.Pd.I., M.H.

Para pakar mengatakan bahwa era ini adalah era globalisasi gelombang ketiga. Globalisasi gelombang ketiga ditandai dengan semakin majunya teknologi informasi, yangmana dunia semakin terbuka serta berbagai realitas kehidupan dimana saja bisa dilihat dan diakses oleh penduduk dunia di mana pun berada. Globalisasi dengan berbagai fenomenanya mungkin merupakan hal positif dalam beberapa hal. Seperti menopang kemajuan ilmu pengetahuan, perkembangan ekonomi terutama perdagangan, maupun politik. Namun demikian, globalisasi dalam konteks sosial budaya keagamaan akan melahirkan hal-hal yang patut menjadi kewaspadaan. Globalisasi akan menggerus keyakinan dan semangat keberagamaan, menimbulkan berbagai masalah sosial dan moral bagi masyarakat negara-negara timur yang religius dan sejak dulu mementingkan aspek-aspek spiritual dalam hidupnya.

Fenomena tersebut mungkin sama dengan apa yang pernah disampaikan Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam sejak dulu, bahwa akan datang satu zaman yang penuh fitnah. Kondisi zaman tersebut harus dihadapi dengan hati-hati, yakni dengan banyak menguatkan ilmu dan amal. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

بَادِرُوا بِالْأَعْمَالِ فِتَنًا كَقِطَعِ اللَّيْلِ الْمُظْلِمِ يُصْبِحُ الرَّجُلُ مُؤْمِنًا وَيُمْسِي كَافِرًا وَيُمْسِي مُؤْمِنًا وَيُصْبِحُ كَافِرًا يَبِيعُ أَحَدُهُمْ دِينَهُ بِعَرَضٍ مِنْ الدُّنْيَا قَالَ أَبُو عِيسَى هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ صَحِيحٌ

“Segeralah melakukan berbagai amal sebelum datangnya berbagai fitnah seperti bagian malam gelap. Di pagi hari seseorang beriman dan di sore hari menjadi kafir, di sore hari beriman dan di pagi hari menjadi kafir. Salah seorang dari mereka menjual agamanya dengan barang dunia.” Berkata Abu Isa, “Hadits ini hasan shahih.” (HR. Tirmidzi).

Hadits ini adalah hadits yang memerintahkan kita untuk segera beramal sebelum datangnya fitnah yang sangat dahsyat. Sebagaimana penjelasan Syaikh Muhammad Abdur Rahman bin Abdur Rahim Al-Mubarakhfuri dalam kitabnya Tuhfatul Akhwadzi yang mengatakan:

تعجلوا بالأعمال الصالحة قبل مجيء الفتن المظلمة من القتل والنهب والاختلاف بين المسلمين في أمر الدنيا والدين فإنكم لا تطيقون الأعمال على وجه الكمال فيها

“Bersegeralah kamu sekalian melakukan amal shalih sebelum datangnya fitnah yang gelap gulita. Berupa pembunuhan, perampokan dan juga perselisihan (ikhtilaf) di antara kaum muslimin dalam masalah dunia dan agama. Karena sesungguhnya kamu tidak akan mampu beramal dengan kualitas yang sempurna di masa fitnah tersebut.”

Apa Itu Fitnah

Fitnah yang disinyalir oleh Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam tersebut adalah fitnah yang sangat dahsyat. Fitnah secara bahasa diartikan dengan bala’ (bencana), atau mihnah, imtihan yang bermakna ujian. Syaikh Muhammad Abdur Rahman bin Abdur Rahim Al-Mubarakhfuri menjelaskan dalam kitabnya bahwa fitnah adalah, “Memasukkan sesuatu ke dalam api sehingga menjadi jelas kebaikannya dari keburukannya.” Artinya fitnah adalah ujian yang diberikan Allah kepada manusia dengan tujuan untuk menunjukkan siapa orang yang berkualitas baik dan siapa yang tidak berkualitas. Siapakah sebenarnya yang intan permata yang semakin bersinar ketika dibakar api, dan siapakah yang hanya sebutir jagung yang terbakar dan membusuk saat di masukkan api?

Kemudian, fitnah yang digambarkan Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam tersebut adalah sangatlah berbahaya. Sebagaimana terungkap dalam kalimat, “Seperti malam gelap gulita.” Beliau Syaikh Al-Mubarakfuri mengatakan:

والمعنى كقطع من الليل المظلم لفرط سوادها وظلمتها وعدم تبين الصلاح والفساد فيها

“Makna potongan malam yang gelap gulita adalah karena sangat pekat dan gelapnya dan tidak ada penjelasan atau pemilah antara kebaikan dan kerusakan di dalamnya.”

Dahsyatnya fitnah juga digambarkan oleh Rasulullah dengan ungkapan:

يصبح الرجل مؤمنا ويمسي كافرا

“Pagi hari beriman dan sore hari menjadi kafir.”

Al Mubarakhfuri mengatakan tentang kalimat ini:

أي موصوفا بأصل الايمان أو بكماله أي حقيقة أو كافرا للنعمة أو مشابها للكفرة أو عاملا عمل الكافر

“Iman artinya memiliki dasar keimanan atau kesempurnaannya, sedangkan kafir maksudnya adalah nyata-nyata kafir, atau kufur nikmat, atau perbuatan yang menyerupai kekafiran, atau beramal dengan amalan orang kafir.”

Demikianlah gambaran fitnah yang dijelaskan oleh Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Fitnah tersebut sangat mengganggu kehidupan manusia beragama, sehingga seseorang bisa saja berbuat keimanan dan kekafiran dalam jarak waktu yang singkat.

Macam-Macam Fitnah

Fitnah (cobaan) menurut Imam Ibnul Qayyim terbagi menjadi dua. Pertama, fitnah syahwat. Kedua, fitnah syubhat. Fitnah syahwat adalah fitnah berupa dunia yang menggoda nafsu manusia untuk melakukan perbuatan yang menyimpang. Masing-masing manusia akan diuji dengan fitnah ini yang bentuk realnya adalah keluarga (isteri dan anak) dan hartanya. Pada umumnya fitnah ini dapat melalaikan dan menjauhkan manusia dari beribadah kepada Allah dan melupakan dirinya untuk mencari bekal akhirat. Terhadap fitnah ini, Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

زُيِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ الشَّهَوَاتِ مِنَ النِّسَاءِ وَالْبَنِينَ وَالْقَنَاطِيرِ الْمُقَنْطَرَةِ مِنَ الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ وَالْخَيْلِ الْمُسَوَّمَةِ وَالْأَنْعَامِ وَالْحَرْثِ ذَلِكَ مَتَاعُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَاللَّهُ عِنْدَهُ حُسْنُ الْمَآَبِ

“Dihiasi untuk manusia kecintaan (syahwat) kepada wanita, anak laki-laki, dan harta berupa emas dan perak, kendaraan pilihan, binatang ternak dan pertanian. Yang demikian itu adalah perhiasan keidupan dunia, dan Allah di sisi-Nya-lah sebaik-baiknya tempat kembali.” (QS. Ali Imron: 14).

Allah Ta’ala juga berfirman:

يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا لاَتُلْهِكُمْ أَمْوَالُكُمْ وَلآأَوْلاَدُكُمْ عَن ذِكْرِ اللهِ وَمَن يَفْعَلْ ذَلِكَ فَأُوْلَئِكَ هُمُ الْخَاسِرُونَ

“Wahai orang-orang beriman! Janganlah hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barangsiapa yang berbuat demikian, maka mereka itulah orang-orang yang merugi.” (QS. Al Munafiqun: 9).

Fitnah ini pernah menimpa Nabi Adam ‘Alaihissalam, yakni ketika beliau tergoda memakan buah yang dilarang oleh Allah Ta’ala yang akhirnya beliau dikeluarkan dari Syurga. Setelah itu beliau bertaubat dan Allah pun menerima taubatnya. Untuk menghadapi fitnah syahwat ini, maka caranya adalah dengan bersabar menjalankan ketaatan kepada Allah, bersabar menjauhi maksiat dan istiqomah di atas agamanya.

Sedang fitnah jenis yang kedua menurut Ibnu Qayyim adalah fitnah syubhat. Fitnah syubhat adalah fitnah yang berkaitan dengan pemahaman agamanya. Fitnah ini ditimbulkan oleh kebodohan dan kadangkalan dalam memahami ajaran agama. Fitnah ini adalah fitnah yang pernah menimpa Iblis karena analogi rusak yang dijadikan argumentasi untuk menolak perintah Allah yaitu sujud menghormati Adam. Dalam Al-Qur’an disebutkan:

قَالَ مَامَنَعَكَ أَلاَّتَسْجُدَ إِذْأَمَرْتُكَ قَالَ أَنَاخَيْرٌ مِّنْهُ خَلَقْتَنِي مِن نَّارٍ وَخَلَقْتَهُ مِن طِينٍ

“Apa yang menghalangimu untuk bersujud (kepada Adam) di waktu Aku menyuruhmu?” Iblis menjawab, “Saya lebih baik daripadanya; Engkau ciptakan saya dari api, sedangkan dia Engkau ciptakan dari tanah.” (QS. Al A’raaf: 12).

Fitnah syubhat ini bagi orang yang kurang dalam ilmunya terlihat seakan-akan baik, bagus dan benar. Padahal di balik itu ada bahaya yang besar, dan bahaya tersebut umumnya hanya diketahui oleh orang-orang yang dalam ilmu agamanya (ulama). Fitnah ini contohnya muncul ketika Khalifah Utsman bin Affan Radhiyallahu ‘anhu terbunuh. Kemudian muncul peperangan dan munculnya kelompok khowarij, yang memicu kaum muslimin berpecah belah dalam berbagai sekte, mereka dikuasai oleh hawa nafsu, mengkafirkan satu sama lain, menghalalkan darah sesama muslim, bahkan sampai terjadi pembunuhan terhadap shahabat mulia Ali bin Abi Thalib.

Perintah Banyak Beramal dari Nabi Menghadapi Fitnah

Sebagaimana penjelasan hadits di atas, maka untuk menghadapi semua fitnah ini adalah dengan bersegera melakukan amal kebaikan. Kalimat Baadiruu bil amaal sebagaimana sabda Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam di atas, memiliki dua arti yaitu menguatkan ilmu dan amal. Karena seseorang tidak akan mungkin bisa beramal dengan baik jika lemah dalam ilmunya. Ilmu adalah obat kebodohan dan kesesatan, sedangkan amal adalah cara memohon pertolongan kepada Allah dalam mengatur kehidupan agar senantiasa berada di atas kebenaran.

Mencari ilmu adalah amalan penguat akal, sedangkan amal ibadah adalah amal penguat jiwa. Dalam menghadapi fitnah seseorang membutuhkan ilmu untuk memastikan bahwa semua pilihan hidup dan amalnya adalah benar. Dengan banyaknya fitnah pada zaman ini, terkadang ilmu pengetahuan tidak mampu membimbing seseorang untuk mengetahui mana perkara yang benar dan mana perkara yang salah. Oleh karena itu, Rasulullah sabdanya adalah bersegeralah beramal. Amal yang banyak akan menjadikan jiwa seseorang memiliki kepekaan untuk melihat kebenaran.

Bahan Bacaan:

  1. Tuhfatul Akhwadzi Syar At Tirmidzi, karya Syaikh Abdurrahim bin Abdurrahman Al-Mubarakfuri.
  2. Madarijus Salikin, karya Imam Ibnul Qayyim Al-Jauziyah.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *