Bagaimana Surat Al-Fatihah Mengajarkan Berdoa

Loading

Oleh: Ustadz Bima

Berdoa merupakan salah satu bentuk komunikasi manusia dengan Tuhan yang sangat penting dalam praktek keagamaan. Di dalam Al-Qur’an, terdapat banyak sekali doa-doa yang dicontohkan. Salah satu doa yang sangat istimewa dan sering diucapkan adalah Surat Al-Fatihah. Surat ini tidak hanya merupakan pembukaan dalam setiap rakaat shalat, tetapi juga mengandung pesan mendalam tentang tata cara berdoa yang penuh makna. Bahkan para ulama mengatakan, bahwasanya salah satu sebaik-baiknya contoh dalam tata cara berdoa disebutkan dalam surat tersebut. Mari kita bahas tata cara berdoa menurut Surat Al-Fatihah.

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ


“Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang.” (QS. Al-Fatihah: 1).
Surat Al-Fatihah dimulai dengan bacaan Basmalah, “Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang.”

Hal ini mengajarkan kita bahwasanya memulai doa dianjurkan dengan menyebut nama Allah, yang menunjukkan penghormatan dan pengagungan kepada-Nya. Kita menyadari bahwa kita berbicara dengan Pencipta langit dan bumi. Sehingga doa kita harus diucapkan dengan pikiran yang khusyu’ dan hati yang penuh hormat.

مٰلِكِ يَوْمِ الدِّيْنِ , الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ, اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ


“Segala puji bagi Allah, Tuhan seluruh alam, Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang, Pemilik hari pembalasan.” (QS. Al-Fatihah: 2 – 4).


Di tiga ayat selanjutnya, kita mengakui bahwasanya yang paling berhak menerima segala pujian adalah Allah, lalu mengakui keagungan Allah sebagai Rabbal ‘alamin (Penguasa seluruh alam semesta) dan Ar-Rahman Ar-Rahim (Maha Pengasih, Maha Penyayang), serta mengakui bahwasanya Allah Subhanahu wa Ta’ala satu-satunya yang memiliki kekuasaan pada hari kiamat, yaitu hari pembalasan atas amal perbuatan. Maka pada tiga ayat ini kita diajarkan untuk mengawali doa dengan memuji Allah Subhanahu wa Ta’ala dan menyebut sifat-sifat-Nya.

إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ


“Hanya Engkaulah yang kami sembah, dan hanya kepada Engkaulah kami meminta pertolongan.” (QS. Al-Fatihah: 5).


Di dalam ayat ini terkandung sebuah pengakuan bahwasanya Kami sebagai hamba Allah mempersembahkan segala jenis peribadatan dan ketaatan hanya kepada-Mu, dan kami tidak menyekutukan-Mu dengan siapapun. Hanya dari-Mu sajalah kami meminta pertolongan dalam semua urusan kami. Karena di tangan-Mu-lah segala macam kebaikan. Dan tidak ada penolong lain selain Engkau. Maka pada ayat ini kita semua diajarkan setelah memuji Allah dalam doa kita, kita menjabarkan bagaimana keadaan kita sekarang.


صِرَٰطَ ٱلَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ ٱلْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلَا ٱلضَّآلِّينَ , ٱهْدِنَا ٱلصِّرَٰطَ ٱلْمُسْتَقِيمَ


“Tunjukilah kami jalan yang lurus, (yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.” (QS. Al-Fatihah: 6-7).


Di dalam dua ayat berikutnya berisi tentang sebuah doa agar kami para hamba Allah senantiasa ditunjukan jalan yang lurus, tuntunlah kami ke sana, dan teguhkanlah kami di atasnya, serta tambahkanlah hidayah bagi kami.

Arti “Aṣ-Ṣiraṭ Al-Mustaqim” adalah jalan yang terang serta tak berkelok, yaitu Islam agama yang Allah ridhai. Dan jalan itu adalah jalan yang ditempuh oleh orang-orang yang telah Allah beri nikmat dari hamba-hamba-Nya berupa hidayah, seperti para Nabi, para ṣiddiqin (pecinta kebenaran), para syuhada, dan orang-orang shalih.

Mereka adalah teman terbaik. Bukan jalan yang ditempuh oleh orang-orang yang dimurkai. Yaitu orang-orang yang mengetahui kebenaran tetapi tidak mau mengikutinya, seperti orang-orang Yahudi. Dan bukan pula jalan yang ditempuh oleh orang-orang yang tersesat dari jalan yang benar. Yaitu orang-orang yang tidak menemukan jalan yang benar karena keteledoran mereka dalam mencari kebenaran dan mencari petunjuk, seperti orang-orang Nasrani.


Itulah tata cara berdoa yang diajarkan kepada kita melalui surat Al-Fatihah. Yangmana di dalam surat tersebut diajarkan doa yang diawali dengan memuji Allah Subhanahu wa Ta’ala dan menyebutkan sifat-sifatnya. Kemudian dilanjutkan dengan menceritakan keadaan kita saat ini. Lalu barulah kita mengutarakan isi doa kita kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *