Malu di Hadapan Allah

Loading

Oleh: Bima Setya Dharma

Di dalam ajaran Islam, menjaga hubungan dengan Allah Subhanahu wa Ta’alasangatlah penting. Setiap orang diharapkan agar senantiasa mengagungkan nilai-nilai syariat dan menjalani kehidupan yang sesuai dengan ajaran Islam di dalam kehidupannya. Namun, kadang-kadang kita dihadapkan pada peristiwa yang mengejutkan, yaitu ketika orang-orang yang terlihat shalih dan berbuat baik di depan umum, tetapi melakukan perbuatan maksiat ketika berada dalam kesendirian.

Hal ini tidaklah baru dan telah menjadi bagian dari tantangan keimanan bagi setiap orang. Dan hal ini mencerminkan ketidaksempurnaan manusia dan pentingnya untuk tidak menilai seseorang hanya dari tampilan luarnya. Terkadang, orang yang terlihat sangat shalih di muka umum, namun mungkin mengalami pertarungan yang sangat dahsyat dengan nafsu, syahwat dan bisikan setan di dalam hatinya ketika berada dalam kesendirian. Dan tak jarang sebagian orang terjatuh ke dalam kemaksiatan.

Seseorang pada umumnya akan lebih bisa menjaga diri dari maksiat ketika berada di tempat yang umum karena malu jika ia maksiat di depan orang lain. Namun, banyak yang kemudian mencari tempat yang sepi sehingga ia dapat maksiat tanpa khawatir akan dilihat oleh orang lain. Padahal Allah Subhanahu wa Ta’alaberfirman:

يَسْتَخْفُونَ مِنَ النَّاسِ وَلا يَسْتَخْفُونَ مِنَ اللَّهِ وَهُوَ مَعَهُمْ

“Mereka bersembunyi dari manusia, tetapi mereka tidak bersembunyi dari Allah. Padahal Allah beserta mereka.” (QS An-Nisaa’: 108).

            Pada ayat di atas dijelaskan bagaimana sifat manusia yang ketika maksiat mencari tempat yang tersembunyi lantaran malu jika dilihat manusia, tetapi mereka tidak malu kepada Allah. Padahal Allah selalu bersama mereka dan melihat seluruh apa yang mereka lakukan. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

اِنَّ اللّٰهَ يَعْلَمُ غَيْبَ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِۗ وَاللّٰهُ بَصِيْرٌۢ بِمَا تَعْمَلُوْنَ ࣖ

“Sungguh, Allah mengetahui apa yang gaib di langit dan di bumi. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Hujurat: 18).

            Ayat ini mengingatkan kita akan kehadiran Allah yang selalu mengawasi setiap langkah kita dan menuntut kita untuk bertanggung jawab atas perbuatan kita di dunia ini. Maka, seorang Muslim harusnya malu ketika bermaksiat dimana pun mereka berada, karena Allah selalu mengawasi kita semua dimana pun kita berada. Jangan sampai kita merasa malu berbuat salah di depan makhluq, tetapi tidak malu ketika berbuat salah di depan Sang Khaliq.

Seorang ulama Wuhaib bin Al-Ward berkata:

اِتَّقِ أَنْ يَكُونَ اللهُ أَهْوَنَ النَّاظِرِيْنَ إِلَيْكَ

“Jauhilah, jangan sampai Allah adalah yang paling rendah di antara orang-orang yang melihatmu.” (Hilyatul Auliyaa’ 8/142).

            Maka, jangan sampai sifat tersebut ada pada diri kita semua. Karena sesungguhnya malu di hadapan Allah ketika bermaksiat lebih pantas. Karena ketika kita berbuat dosa, kita sama saja melanggar aturan-Nya, dan tidak ada yang dapat mengampuni dosa tersebut selain Allah. Semoga kita menjadi pribadi yang selalu merasa diawasi Allah, sehingga kita malu ketika muncul rasa ingin bermaksiat.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *