Amalan Penggugah Jiwa (Bagian 2)

Loading

Oleh: Muhammad Nurdin, Lc.

Dalam menjalani hidup akan dirasakan suatu kondisi yang lapang dan sempit. Sebagai manusia perlu bersikap bijak. Apalagi seorang muslim. Rasulullah pun sebagai Nabi dan Rasul yang mulia tidak lepas dari kondisi-kondisi yang berat. Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan Rasulullah untuk berdakwah, dan dakwah itu sangat berat.

Dakwah Rasulullah

1. Berdakwah di Kalangan Kaum Kerabat.

Allah ‘Azza wa Jalla berfirman:
“Dan berilah peringatan kepada keluargamu yang terdekat.” (QS. Asy-Syu’ara’: 214).

Rasulullah mengumpulkan keluarga terdekat yang berjumlah sekitar 45 orang laki-laki. Tatkala Beliau ingin berbicara, Abu Lahab memotong pembicaraan Rasulullah seraya menghardik Rasulullah. Namun, Beliau hanya diam dan tidak berbicara pada majelis itu.

Pada lain kesempatan, Rasulullah berdiri tegak di atas bukit Shafa sembari memanggil suku-suku Arab dan mengatakan, “Sesungguhnya aku adalah sebagai pemberi peringatan kepada kalian terhadap adzab yang amat pedih.” Abu Lahab menanggapi, “Celakalah engkau sepanjang hari ini! Apakah hanya untuk ini engkau mengumpulkan kami?” Maka, ketika itu turunlah ayat:
“Binasalah kedua tangan Abu Lahab….” (QS. Al-Lahab: 1).

2. Berdakwah Secara Terang-Terangan.
Seruan Beliau bergema menyelimuti penjuru Makkah kala itu. Hingga turun ayat:
“Maka sampaikanlah olehmu secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan (kepadamu) dan berpalinglah dari orang-orang yang musyrik.” (QS. Al-Hijr: 94).

Suasana Makkah memerah oleh api kemarahan kaum musyrikin, mereka juga mendatangi Abu Thalib supaya Rasulullah menghentikan dakwahnya yang dinilai menghinakan berhala-berhala nenek moyang mereka. Namun, Rasulullah tidak gentar dengan segala intimidasi serta percobaan pembunuhan kharakter maupun diri Beliau.

Agar kuat menjalani hidup ini, hidup sebagai seorang dai yang mengajak diri dan manusia untuk berduyun-duyun beribadah kepada Allah semata, perlu Qiyamullail. Yakni menghidupkan malam untuk shalat, membaca Al-Qur’an, dan berdzikir. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
“Hai orang yang berselimut, bangunlah pada sebagian malam (untuk sholat), separuhnya atau kurangi atau lebihi sedikit dari itu. Dan bacalah Al-Qur’an dengan tartil.” (QS. Al-Muzammil: 1-4).

Ayat di atas ditafsirkan oleh Buya Hamka sebagai ucapan wahyu Allah terhadap Rasul-Nya yang membayangkan rasa kasih sayang yang mendalam, baik karena sedang dia enak tidur dibangunkan atau karena berat tanggung jawab yang dipikulkan ke atas dirinya.

Yaitu bangun buat mengerjakan shalat. Perintah Allah buat mengerjakan shalat selalu disebut dengan “Qiyam” dalam Al-Qur’an “Kerjakanlah sholat”. Sebab dengan menyebut bangunlah atau berdirilah sholat, atau mendirikan sholat, jelas bahwa sholat itu didirikan dengan sungguh-sungguh dan dengan kesadaran yang penuh.

Hendaklah pula Al-Qur’an yang diturunkan kepada engkau itu, selalu engkau baca dengan perlahan-lahan. Jangan dibaca dengan tergesa-gesa. Biar sedikit terbaca, asal isi kata-kata Al-Qur’an itu masuk benar ke dalam hatimu dan engkau pahamkan dengan mendalam.

Amalan inilah akan menguatkan hati dalam segala kondisi. Namun, sedikit sekali yang mau mengamalkannya.

Referensi:

  • Syaikh Shafiyyurrahman Al-Mubarakfuri, Ar-Rahiq Al-Makhtum, Ummul Qura, Ciracas Jakarta Timur, 2012, 153 – 157.
  • Prof. Dr. Hamka, Tafsir Al-Azhar, Gema Insani, Jakarta, 2015, 364-365.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *