Adab Terhadap Orang Tua yang Kafir

Loading

Oleh: Dr. Mulyanto Abdullah Khoir, M.Ag.

Kekafiran kerabat dan orang dekat tidaklah menghalangi seseorang untuk berbuat baik kepada mereka selagi masih hidup, selama mereka tidak memerangi dan memusuhi secara terang-terangan. Lalu, bagaimana jika yang kafir tersebut adalah orang tua, bagaimana adab terhadap keduanya?

Berbuat baik terhadap orang tua juga untuk saat orang tua kafir, selama orang tua tidak memerintahkan dan memaksa untuk mengerjakan kekafiran. Termasuk di dalamnya ialah mendoakan kedua orang tuanya untuk mendapatkan hidayah Allah saat masih hidup. Jika telah meninggal, selesai tugas dan kewajiban anak terhadap orang tua. Bahkan, kekafirannya menjadi penghalang sekalipun untuk mendoakannya.

Saat masih hidup, Rasulullah sangat sayang kepada pamannya Abu Tholib. Orang yang pernah merawat dan membesarkanya, sekaligus sebagai pengganti orang tuanya. Abu Tholib juga pernah membantunya saat mendapat tekanan dan perlawanan dari orang-orang Qurays. Saat akhir hayatnya, Rasulullah menginginkan agar pamannya mengucapkan kalimat tauhid, La ilaha ilallah, sebagai tanda keislamannya. Rasulullah terus berusaha agar pamannya masuk Islam. Namun sampai akhir hayatnya, Abu Tholib tetap dalam kekafiran, dalam agama kemusyrikan orang-orang Qurays. Sebagai manusia, Rasulullah sedih atas apa yang menimpa pamannya.

Allah menghiburnya bahwa bukan dia yang memberi hidayah. Namun, Allah-lah yang memberi hidayah bagi siapapun yang dikehendaki-Nya, termasuk terhadap pamannya, Abu Tholib. Hal ini Allah ungkapkan dalam firman-Nya:

“Sesungguhnya engkau (Muhammad) tidak akan dapat memberi hidayah (petunjuk) kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi hidayah kepada orang yang Dia kehendaki, dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk.” (QS. Al-Qashash: 56).

Di sinilah berlaku hidayah taufik dengan sebab-sebab syar’i terbukanya pintu hidayah. Abu Tholib menerima dakwah Rasulullah, mengakui kebenaran agama yang dibawa kemenakannya. Namun, tidak mengikuti sebab-sebab syar’i untuk terbukanya pintu hidayah taufik dan ilham, yaitu dengan menyambut seruan dakwah Rasulullah dengan mengucapkan kalimat tauhid sebagai tanda keislamannya.

Dan ketika Rasulullah mau mendoakan pamannya juga ditegur oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Artinya, kewajiban terhadap pamannya yang dia cintai telah selesai seiring dengan meninggalnya. Hal ini sebagaimana firman Allah:

“Tiadalah sepatutnya bagi Nabi dan orang-orang yang beriman memintakan ampun (kepada Allah) bagi orang-orang musyrik walaupun orang-orang musyrik itu adalah kaum kerabat(nya), sesudah jelas bagi mereka bahwa orang-orang musyrik itu adalah penghuni Neraka Jahannam.” (QS. At-Taubah: 113).

Kewajiban Rasulullah adalah menyampaikan dakwah kepadanya, sedangnya hidayah keimanan adalah kewenangan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Allah akan memberi hidayah kepada siapa yang Dia kehendaki. Hal ini sesuai dengan kandungan firman Allah Ta’ala:

“Bukanlah kewajibanmu menjadikan mereka mendapat hidayah, akan tetapi Allah-lah yang memberi hidayah (memberi taufiq) kepada siapa yang Dia kehendaki.” (QS. Al-Baqarah: 272).  

Ada yang disebut dengan hidayatul irsyad dan hidayatul taufik. Hidayah irsyad dimana hidayah ini ditetapkan pada Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam secara khusus dan kepada seluruh nabi dan rasul serta setiap dai yang menyeru manusia kepada Allah. Sementara hidayah taufik adalah hidayah Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan menjadikan dalam hati seorang hamba secara khusus mudah menerima petunjuk-Nya.

Hidayah taufik ini secara khusus diberikan Allah kepada orang yang dikehendaki. Pengaruhnya orang tersebut mudah menerima petunjuk Allah. Karena itu, memasukkan hidayah ini ke dalam hati seseorang bukanlah tugas Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Sebab, hati hamba berada di tangan Allah, Dia yang membolak-balikannya sesuai dengan kehendak-Nya. Sehingga Rasulullah tidak mampu memberikan hidayah ini meskipun terhadap orang yang paling dicintainya.

Kisah Saad bin Abi Waqqos Saat Orang Tua Kafir

Sa’ad bin Abi Waqqos termasuk orang-orang yang pertama masuk Islam, selain Abu Bakar Ash Shidiq, Zaid bin Harisah dan Ali bin Abi Tholib. Ibunya adalah orang yang paling sayang terhadap Sa’ad, begitu pula sebaliknya, Sa’ad sangat sayang terhadap ibunya. Sa’ad adalah seorang pemuda yang sangat patuh dan taat kepada ibunya. Sedemikian dalam sayangnya Sa’ad pada ibunya, sehingga seolah-olah cintanya hanya untuk sang ibu yang telah memeliharanya sejak kecil hingga dewasa.

Melihat anaknya masuk Islam, ibunya tidak rela. Ia berusaha membujuk Sa’ad agar kembali ke dalam agama Qurays, yaitu menyembah berhala. Berbagai upaya dilakukan, namun tidak berhasil. Sampai akhirnya ibunya mogok makan. Setelah beberapa hari, melihat ibunya lemas karena tidak mau makan, Sa’ad datang dengan membawakan makanan kesukaannya sambil berkata, “Wahai ibuku, seandainya ibu memiliki seratus nyawa, kemudian keluar satu demi satu agar aku meninggalkan agama ini, sungguh aku tidak akan meninggalkannya. Kalau ibu berkenan, silahkan ibu makan. Namun jika ibu tidak berkenan, silahkan ibu tidak makan.”

Ketegasan Sa’ad inilah dipuji Allah dalam firman-Nya:

“Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Ku-lah kembalimu, maka Ku-beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.” (QS. Luqman: 15).

Begitu mulianya Islam mengajarkan adab terhadap orang tua. jika terhadap orang tua yang masih kafir pun disuruh berbuat baik, lemah lembut, bagaimana jika orang tua muslim, taat beribadah dan orang-orang yang mendidik dan membesarkan anak-anaknya dengan cahaya Allah? tentu lebih mulia dan lebih berhak untuk berbuat baik kepadanya. Jangan sampai, kegemerlapan dunia melupakan anak terhadap orang tuanya, bahkan durhaka kepadanya. Prinsip Luqman Al Hakim tersebut menjadi panduan bagaimana adab anak terhadap orang tuanya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *