Selamat Datang Ramadhan

Loading

Oleh: Ustadz Nashrul Umam

Assalamu’alaikum warohmatullahi wabarokatuh.

Alhamdulillahirrabil’alamiin, segala puji bagi Allah Subhanahu wa Ta’ala, Rabb semesta alam, tiada sekutu bagi-Nya. Shalawat dan salam, semoga terlimpah kepada Nabiyullah Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam beserta seluruh keluarganya, shahabatnya, serta umatnya yang taat.

Hadirin yang dimuliakan oleh Allah Subhanahu wa Taala.

Saat ini kita berada di masa-masa awal dari bulan Ramadhan. Bulan yang istimewa, bulan yang penuh ampunan, bulan yang mempunyai banyak kemuliaan di dalamnya.  Karena itu, dalam kesempatan yang berbahagia ini, hendaknya kita menyambut bulan suci Ramadhan yang bilangan harinya kalau tidak 29 ya 30 hari dengan perasaan senang hati dan penuh kekhusyu’an. Sebagaimana yang senantiasa dilakukan oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Beliau menyambut bulan Ramadhan tak ubahnya seperti menyambut seorang tamu yang sangat agung yang sangat dinanti-nantikan kehadirannya.

Rasululah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam pun menggembirakan para shahabatnya dengan kedatangan tamu agung bulan Ramadhan ini dalam sabdanya:

قَدْ جَاءَ كُمْ شَهْرُ رَمَضَانَ شَهْرٌ مُبَارَكٌ ، كَتَبَ اللهٌ عَلَيْكُمْ صِيَامَهُ ، فِيْهِ تُفْتَحُ أَبْوَابَ الجِنَانِ وَتُغْلَقُ أَبْوَابَ الجَحِيْمِ وَتَغُلُّ فِيْهِ الشَّيَاطِيْنُ ، فِيْهِ لَيْلَةٌ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ ، مَنْ حُرِمَ خَيْرَهَا فَقَدْ حُرِمَ . (رواه أحمد والنسائى عن أبى هريرة)

“Tibalah bulan Ramadhan, bulan yang penuh berkah. Pada bulan Ramadhan Allah mewajibkan ibadah puasa.  Pada bulan ini Pintu-pintu Syurga di buka lebar-lebar, Pintu-pintu Neraka ditutup rapat-rapat, dan setan-setan pun dibelenggu dengan kuat. Pada bulan Ramadhan terdapat satu malam yang lebih baik dari seribu bulan.  Namun, kesempatan yang penuh kebaikan ini akan terlewatkan bagitu saja bagi orang yang tidak berupaya memanfaatkan dengan sebaik-baiknya.” (HR. Ahmad dan Nasa’i dari Abu Hurairah).

Dengan mencontoh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, maka sudah sepatutnya kita sebagai kaum Muslimin mengucapkan selamat satu sama lain dengan segala kegembiraan dan kekhusyu’an dalam rangka menyambut kedatangan tamu agung, yakni bulan Ramadhan.

Hadirin yang dimuliakan oleh Allah Subhanahu wa Taala.

Puasa Ramadhan mulai diwajibkan Allah Subhanahu wa Ta’ala pada bulan Sya’ban tahun kedua Hijrah, yaitu setelah turunnya ayat puasa dalam surat Al-Baqarah yang berbunyi:

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَۙ

اَيَّامًا مَّعْدُوْدٰتٍۗ فَمَنْ كَانَ مِنْكُمْ مَّرِيْضًا اَوْ عَلٰى سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِّنْ اَيَّامٍ اُخَرَ ۗوَعَلَى الَّذِيْنَ يُطِيْقُوْنَهٗ فِدْيَةٌ طَعَامُ مِسْكِيْنٍۗ فَمَنْ تَطَوَّعَ خَيْرًا فَهُوَ خَيْرٌ لَّهٗ ۗوَاَنْ تَصُوْمُوْا خَيْرٌ لَّكُمْ اِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُوْنَ

“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa, (yaitu) dalam beberapa hari yang tertentu. Maka barangsiapa di antara kamu ada yang sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkan itu pada hari-hari yang lain. Dan wajib bagi orang-orang yang berat menjalankannya (jika mereka tidak berpuasa) membayar fidyah, (yaitu): memberi makan seorang miskin. Barangsiapa yang dengan kerelaan hati mengerjakan kebajikan, maka itulah yang lebih baik baginya. Dan berpuasa lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.”

Hadirin yang dimuliakan oleh Allah Subhanahu wa Taala.

Ayat tersebut menyebutkan, bahwa puasa Ramadhan diwajibkan kepada orang-orang Mukmin sebagai wahana latihan bertaqwa.  Lalu, apa definisi puasa? Di dalam Tafsir Al-Manar,

الْإِمْسَاكُ عَنِ الْأَكْلِ وَالشُّرْبِ وَغِشْيَانِ النِّسَاءِ مِنْ الْفَجْرِ إِلَى الْمَغْرِبِ اِحْتِسَابًا للهِ ، وَإِعْدَادًا لِلنَّفْسِ وَتَهِيْئَةً لَهَا لِتَقْوَى اللهِ بِالْمُرَاقَبَةِ وَتَرْبِيَّةِ الْإِرَادَةِ

“Puasa adalah menahan dari dari makan, minum dan bersetubuh, mulai dari terbit Fajar sampai waktu Maghrib, dengan menggantungkan harapan hanya kepada Allah dan mengkondisikan diri untuk bertaqwa kepada-Nya, dengan suasana batin yang diliputi pengawasan langsung dari Allah dan pengembangan tekad untuk melakukan kebaikan.”

Sementara itu, di dalam kitab Subulus-Salam, di samping hal tersebut tadi, orang yang berpuasa juga diharuskan menahan diri dari perkataan yang tiada artinya, perkataan yang buruk, dan perkataan-perkataan lain yang makruh dan diharamkan. Seperti mengumpat, bergunjing, serta perkataan dan sikap yang menyinggung atau menyakiti perasaan orang lain.

Hadirin yang dimuliakan oleh Allah Subhanahu wa Taala.

Dengan meniru apa yang telah dilakukan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dan para shiddiqin, marilah kita sambut puasa dengan perasaan senang hati. Sudah barang tentu orang yang beriman tidak akan memandang puasa sebagai tugas yang melelahkan atau sebagai beban penderitaan. Keinginan untuk berpuasa sudah merupakan fitrah atau tabiat manusia. Sebagaimana diisyaratkan dalam firman Allah, “… Sebagaimana diwajibkan pula puasa itu kepada orang-orang sebelum kamu…”

Walaupun Al-Qur’an tidak menjelaskan umat-umat terdahulu mana yang diwajibkan berpuasa, namun dalam sejarah tercatat bahwa bangsa Mesir kuno, bangsa Yunani, dan Romawi kuno pernah berpuasa.  Nabi Musa dan umatnya berpuasa selama 40 hari dalam setahun, dan sebagainya.

Hadirin yang dimuliakan oleh Allah Subhanahu wa Taala.

Di samping dengan cara ucapan selamat antar kaum Muslimin serta memperlihatkan rasa senang dan tenteram dalam menyambut bulan Ramadhan, kaum Muslimin juga perlu menyegarkan ingatan akan tata cara berpuasa serta hal-hal lain yang membuat kita benar-benar siap lahir dan batin untuk menjalani puasa di bulan Ramadhan. Siap fisik dan mental dalam menghadapi puasa sebagai salah satu rukun Islam.

Selanjutnya, dalam menyambut Ramadhan, kaum Muslimin perlu mempertebal kesadaran dan kesiapan mental, bahwa bulan Ramadhan merupakan wahana latihan bagi kaum Muslimin untuk berjihad memerangi hawa nafsu. Yakni sifat-sifat serakah, tamak, egois, bakhil, dan sifat-sifat buruk lainnya yang bila tidak dikendalikan akan merugikan diri sendiri, bahkan masyarakat luas. 

Perlu disadari pula bahwa, bulan Ramadhan adalah bulan saatnya bercocok tanam yang hasilnya untuk bekal di hari akhirat kelak.  Selain itu, bulan Ramadhan juga merupakan kesempatan yang baik bagi kaum Muslimin untuk membersihkan diri dari berbagai dosa kecil dan dosa besar, serta wahana latihan untuk berhias diri dengan budi yang tinggi dan perilaku yang luhur.

Terakhir, kaum Muslimin seyogyanya ingat bahwa keadaan ekonomi negeri kita yang sedang tidak bail-baik saja yang dialami sebagian besar masyarakat dewasa ini, janganlah sekali-kali mengurangi kegembiraan dalam menyambut bulan suci ini. Kesulitan keuangan dan mata pencaharian, serta mahalnya harga-harga kebutuhan pokok sehari-hari seyogyanya tidak mengendurkan semangat dan tekad untuk menjalankan ibadah puasa. Sebab, puasa Ramadhan justru melatih manusia untuk bersikap sabar, tabah, dan tegar dalam mencari jalan keluar dari kesulitan hidup yang menghadang. 

Puasa Ramadhan justru membiasakan manusia untuk mengurangi makanan dan minuman, mendidik setiap Muslim agar hidup hemat dan bersahaja, jauh dari kebiasaan mubadzir dan berfoya-foya.

Hadirin yang dimuliakan oleh Allah Subhanahu wa Taala.

Bulan Ramadhan bukan bulan untuk mengumpulkan makan dan minuman serta santapan yang lezat-lezat yang akan dinikmati pada saat berbuka puasa, sebagaimana selama ini telah menjadi tradisi di kalangan kaum Muslimin di dunia.

Demikianlah. Kita sambut bulan Ramadhan yang penuh berkah ini dengan penuh suka cita.  Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala memberikan kekuatan lahir dan batin kepada kita seluruh kaum Muslimin, agar mampu melaksanakan ibadah puasa pada bulan Ramadhan ini sesuai dengan ketentuan Allah, cocok dengan tuntunan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, serta sejalan dengan kebiasaan para shahabat dan ulama ‘amilin shalihin. Aamiin ya Rabbal ‘Alamiin.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *