Menyikapi Hal yang Tidak Mengenakkan

Loading

Apa yang kita anggap buruk bisa jadi itu baik untuk kita. Apa yang kita anggap baik bisa jadi itu buruk untuk kita. Karenanya, belum tentu yang tidak enak yang terjadi pada kita itu merupakan keburukan. Juga, belum tentu sesuatu yang enak yang terjadi pada kita itu merupakan kebaikan.

Kalau Allah Subhanahu wa Ta’ala sudah berkehendak kita manusia hanya bisa menerimanya. Kita seharusnya ridho denga apa yang kita dapatkan. Meskipun apa yang terjadi itu tidak sesuai dengan kemauan hati, meskipun apa yang terjadi itu merupakan sesuatu yang kita anggap tidak mengenakkan.

Kemudian, apa sajakah yang tidak mengenakkan itu? Hal yang tidak mengenakkan itu dapat berupa: Tidak diperolehnya apa yang diinginkan, terjadi kegagalan, disakiti orang, dikhianati orang, dihina orang, dan lain sebagainya.

Lalu, apa sikap kita terhadap sesuatu yang tidak mengenakkan yang menimpa? Kita harus mengerjakan sesuatu supaya ketidakenakkan itu tidak membawa efek buruk pada kita.

Kita harus memahami bahwa tidak setiap apa yang kita maui akan kita dapatkan. Memahami bahwa kegagalan merupakan sesuatu yang umum terjadi. Memahami bahwa pada saat kita berinteraksi sosial bisa jadi terjadi sesuatu yang menyakitkan. Memahami bahwa saat kita berinteraksi sosial kadang butuh kesabaran.

Sehingga, jangan karena apa yang kita maui tidak kita peroleh, kita kemudian menjadi orang yang tidak baik. Jangan karena tersinggung, kita kemudian menjadi orang yang tidak mau mengerjakan hal yang bermanfaat. Jangan karena adanya interaksi yang tidak mengenakkan dengan seseorang yang sudah terkenal baik di masyarakat, kita kemudian membenci suatu kebenaran.

Ingatlah dengan komitmen-komitmen untuk tetap dengan kebaikan. Ingatlah dengan komitmen-komitmen untuk tumbuh menjadi orang yang semakin baik. Ingatlah dengan komitmen-komitmen untuk sudah tidak lagi mau mengerjakan keburukan-keburukan. Ingatlah dengan komitmen-komitmen untuk tidak mau berputus asa.

Jangan baperan, apa-apa dibawa ke perasaan. Toh bisa jadi orang yang menyakiti kita tak ada maksud untuk menyakiti. Dia bisa jadi hanya bercanda atau hanya iseng ngerjain kita.

Sangat baik bila kita pandai-pandai menghibur perasaan kita yang terluka. Sehingga, tidak berada pada sakit hati yang berlarut.

Bila kegagalan menimpa kita, kita harus bisa menerima kegagalan tersebut. Kita bisa mencobanya lagi kalau memang masih ada kesempatan. Kalau memang sudah tidak ada lagi kesempatan, memang keberadaannya segalanya?

Jangan menjadikan kehidupan ini menjadi buram karena sesuatu yang tidak kita peroleh. Tetaplah komitmen dengan kebaikan serta tetaplah dengan komitmen untuk semakin baik, meskipun terkadang ketidakenakan menimpa.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *