Alumni Terbaik Madrasah Ramadhan

Loading

Oleh: Muhammad Fawwaz Al Ghozy, B.A. (Da’i FKAM)

إِنَّ الْحَمْد للهِ، نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِينُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلا مُضِلَّ لَهُ، وَمْنْ يَضْلُلُ فَلَا هَادِيَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنْ لا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدُهُ لا شَرِيكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدَاً عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ.اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ. أَمَّا بَعْدُ

عِبَادَ اللهِ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ عَزَّ وَجَلَّ حَيْثُ قَالَ:

يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُّسْلِمُوْنَ

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا

فَأِنّ أَصْدَقَ الْحَدِيْثِ كِتَابُ اللهِ، وَخَيْرَ الْهَدْىِ هَدْىُ مُحَمّدٍ صَلّى الله عَلَيْهِ وَسَلّمَ، وَشَرّ اْلأُمُوْرِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةً، وَكُلّ ضَلاَلَةِ فِي النّارِ. أَمَّا بَعْد

Jama’ah Shalat Idul Fitri Rahimani Wa Rahimakumullah.

Segala puji bagi Allah ﷻ, Rabb semesta alam, yang telah mencurahkan kenikmatan dan karunia-Nya yang tak terhingga dan tak pernah putus sepanjang zaman kepada makhluk-Nya. Baik yang berupa kesehatan, kesempatan sehingga pada kali ini kita dapat menunaikan ibadah shalat iedul fitri pada tahun ini 1444 H.

Shalawat dan salam semoga tercurahkan kepada pemimpin dan suri tauladan kita Nabi Muhammad ﷺ, dengan perjuangan beliau, cahaya Islam ini sampai kepada kita, sehingga kita terbebas dari kejahilan, dan kehinaan. Dan semoga shalawat serta salam juga tercurahkan kepada keluarganya, para sahabat dan pengikutnya hingga akhir zaman.

Pada kesempatan berbahagia kali ini tidak lupa khatib wasiatkan kepada diri khatib pribadi dan kepada kaum muslimin sekalian, agar kita selalu meningkatkan kualitas iman dan takwa kita, karena iman dan takwa adalah sebaik-baik bekal untuk menuju kehidupan hakiki di akhirat kelak.

اللَّهُ أَكْبَرُ اللَّهُ أَكْبَرُ اللَّهُ أَكْبَرُ اللَّهُ أَكْبَرُ اللَّهُ أَكْبَرُ اللَّهُ أَكْبَرُ اللَّهُ أَكْبَرُ لَا إلَهَ إلَّا اللَّهُ وَاَللَّهُ أَكْبَرُ اللَّهُ أَكْبَرُ وَلِلَّهِ الْحَمْدُ

Jama’ah Shalat Iedul Fitri Rahimani Wa Rahimakumullah.

Pagi yang berbahagia ini seluruh kaum muslimin mengumandangkan takbir, tahmid, dan tasbih dengan penuh rasa gembira. Mereka merasakan bahwa dirinya adalah umat yang satu. Kiblat yang satu. Tuhannya satu, Allah. Mengagungkan dan Memuliakan Rabb semesta alam.

Di kesempatan yang mulia ini selaku khatib kami akan menyampaikan empat poin penting dalam khutbah kami,

Poin Pertama. Hakikat takbir yang kita lantunkan, adalah dalam rangka membesarkan Allah, dan mengecilkan semua masalah hidup.  Bagi hamba-hamba yang ditimpa kesulitan hidup, bagi hamba-hamba yang dicabut sebagian dari nikmat, sungguh Allah Maha Sayang, sengaja sebagian nikmat itu diambil, agar sujud lebih lama, agar menetes air mata, agar do’a lebih khusyu’. Apapun yang terjadi, katakanlah Allah Maha Besar.

اللَّهُ أَكْبَرُاللَّهُ أَكْبَرُ اللَّهُ أَكْبَرُ لَا إلَهَ إلَّا اللَّهُ وَاَللَّهُ أَكْبَرُ اللَّهُ أَكْبَرُ وَلِلَّهِ الْحَمْدُ

Jama’ah Shalat Iedul Fitri Rahimani Wa Rahimakumullah..

Teruslah berharap kepada yang Maha Besar jangan putus asa kepada yang kecil. Jangan selalu berharap kepada yang ada, dan jangan putus harap kepada yang tidak ada, semua adalah karunia  dari Allah. Ucapkan diujung lisanmu:

لااله الا الله له الملك

laailaaha illallah wahdahu laa syarikalah, lahul mulku..

Yang memiliki kerajaan dan keagungan hanya allah.. 

وله الحمد

wa lahul hamdu..  

Yang layak dipuja dan dipuji hanya allah..

تعز من تشاء

tu’izzu man tasya’.. 

Siapa yang kau kehendaki kau angkat setinggi-tingginya.. 

وتذل من تشاء

wa tudzillu man tasya’.. 

Siapa yang dikehendaki dihinakan sehinanya..

بيدك الخير

biyadikal khoir.. 

Segala kebaikan ada dalam genggamanMu..

Ketika telah sempurna Ramadhan dan masuk di dalam bulan Syawal, seluruh kamum muslimin meng-Agungkan Allah. Khatib dalam khutbah pertama sembilan kali takbir. Bahkan sebelum iedul fitri pun diawali dengan tujuh kali takbir mengagungkan Allah Ta’ala. Maka, jikalau kita merasa hidup ini sulit, hidup ini susah. Sesungguhnya tiada yang sulit bagi Allah Ta’ala, sesungguhnya bila Allah menghendaki sesuatu cukuplah ia berfirman “jadilah” maka jadilah sesuatu tersebut.

Seseorang masih bisa hidup andai tidak  makan. Tetapi ketika sesorang telah putus asa, putus harapan ia akan terjun dari gedung tinggi, racun disangka minuman semata, bunuh diri dianggap solusi dari sebuah masalah hidup. Maka bertakbirlah, ungkapkan Allah Maha Besar, serahkan hidup kita seluruhnya kepadaNya.

Katakanlah, sungguh shalatku, ibadahku, hidupku matiku hanya untuk Allah semata. Inilah makna filosofi dari takbir, supaya orang-orang yang merasa dirinya besar ia dikecilkan dihadapan Allah. Orang yang masalah hidupnya besar, sesungguhnya tidak ada yang sulit bagi Allah, Allah hanya ingin supaya kita bersimpuh sujud ditengah malam, Allah hanya meminta satu perbanyak ibadah kepada Allah. Ketika seseorang banyak beribadah kepada Allah, maka Allah akan berikan dua hal, kalau perut kita lapar Allah kenyangkan kita. Kalau kita mempunyai rasa takut, maka akan dihilangkan ketakutan dalam diri kita.

اللَّهُ أَكْبَرُاللَّهُ أَكْبَرُ اللَّهُ أَكْبَرُ لَا إلَهَ إلَّا اللَّهُ وَاَللَّهُ أَكْبَرُ اللَّهُ أَكْبَرُ وَلِلَّهِ الْحَمْدُ

Jama’ah Shalat Iedul Fitri Rahimani Wa Rahimakumullah..

Manusia punya dua musibah. Yang pertama Materi (lambung, perut, makanan, tempat tinggal) maka Allah katakan “fal ya’buduu” banyak-banyaklah beribadah maka  materimu akan dicukupkan. Dan yang kedua adalah rasa takut. rasa cemas, risau, gundah gulana, tak dapat  menatap masa depan. Yang mana perasaan tersebut adalah bisikan dari setan.

Allah Ta’ala berfirman,

الشَّيْطَانُ يَعِدُكُمُ الْفَقْرَ وَيَأْمُرُكُمْ بِالْفَحْشَاءِ ۖ وَاللَّهُ يَعِدُكُمْ مَغْفِرَةً مِنْهُ وَفَضْلًا ۗ وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ

“Setan menjanjikan (menakut-nakuti) kamu dengan kemiskinan dan menyuruh kamu berbuat kejahatan (kikir) ; sedang Allah menjanjikan untukmu ampunan daripadaNya dan karunia. Dan Allah Mahaluas (karuniaNya) lagi Maha Mengetahui.” (Al-Baqarah/2: 268)

Setelah dibisikkan kecemasan maka dibisikkan ajakan untuk bermaksiat dan dosa. Korupsi, zina, mencuri, minum khamr, maka semua itu akan selalu dibisikkan di telinga manusia kecuali orang-orang yang takutnya telah ia habiskan untuk  Allah Ta’ala. Jika terlintas dalam hatimu ada yang lebih besar maka bertakbirlah dihadapan allah.

اللَّهُ أَكْبَرُاللَّهُ أَكْبَرُ اللَّهُ أَكْبَرُ لَا إلَهَ إلَّا اللَّهُ وَاَللَّهُ أَكْبَرُ اللَّهُ أَكْبَرُ وَلِلَّهِ الْحَمْدُ

Jama’ah Shalat Iedul Fitri Rahimani Wa Rahimakumullah..

Jangan kita sangka apa yang kita bangun, masjid, sekolah, dan pesantren adalah dari jerih payah kita, tetes peluh keringat dan air mata kita. Katakan Allahu akbar, semua itu adalah dari kebesaran Allah, karena nikmat dari Allah Ta’ala.

Jangan kita bangga dengan shalat tarawih 30 malam berturut-turut, jangan kita angkuh dengan zakat, infaq, sedekah yang kita keluarkan. Katakanlah Allahu akbar agar kita merasa dan melihat bahwa amalan yang kita kerjakan adalah kecil,  yang besar hanyalah Allah Rabb semesta alam.

Nabi Shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

لَا يَدْخُلُ الْجَنَّةَ مَنْ كَانَ فِي قَلْبِهِ مِثْقَالُ ذَرَّةٍ مِنْ كِبْرٍ

“Tidak akan masuk surga seseorang yang di dalam hatinya terdapat kesombongan sebesar biji sawi.”

Dengan bertakbir mengagungkan Allah, semoga kita terhindar dari sifat-sifat sombong dan tercela yang melarang kita memasuki surga Allah Ta’ala.

Poin Kedua. Syawal adalah bulan silaturahim. Dan prioritas utama yang harus kita sambung tali silaturahim tersebut adalah orang tua. Bagi yang masih memiliki orang tua, di bulan syawal yang mulia ini ciumlah tangannya, peluklah dirinya, karena akan ada suatu masa itu semua akan menjadi penyesalan. ketika mereka masih hidup berbaktilah sesuai kemampuan, itulah yang akan menjadi bekal menghadap Allah Ta’ala.

Orang-orang yang sempat berbakti kepada orang tuanya, sesungguhnya Allah subhanahu wata’ala berfirman,

وَقَضَىٰ رَبُّكَ أَلَّا تَعْبُدُوٓا۟ إِلَّآ إِيَّاهُ وَبِٱلْوَٰلِدَيْنِ إِحْسَٰنًا ۚ إِمَّا يَبْلُغَنَّ عِندَكَ ٱلْكِبَرَ أَحَدُهُمَآ أَوْ كِلَاهُمَا فَلَا تَقُل لَّهُمَآ أُفٍّ وَلَا تَنْهَرْهُمَا وَقُل لَّهُمَا قَوْلًا كَرِيمًا

“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia.” (QS. Al Isra 23)

Berbaktilah kepada orang tua, dan berbuat baiklah kepadanya. Andai kita diberi kelimpahan rezeki, membawa mereka ke tanah suci, untuk thawaf dan sa’i, mencium hajar aswad, bermunajat di padang Arafah. Apakah dapat membalas pekikan teriakan dan rasa sakit yang beliau alami saat beliau melahirkan kita? Atau dapatkah mengganti shalat jama’ah yang beliau tinggalkan karena tangisan anak kecil yang tak berdosa?

Hari yang baik dan mulia ini dipilih oleh Allah Ta’ala untuk mengganti hari besar jahiliyyah. kalau orang tua masih ada, bahagiakanlah mereka, kalau belum mampu janganlah menyusahkannya. Karena ada dosa yang adzabnya muajjal (dipercepat) didunia dan menanti adzab yang lain di akhirat. Yaitu dosa durhaka kepada orang tua dan memutus tali silaturahim.

Ada yang minum khamr, mencuri, berzina tetapi masih tenang hidupnya, karena adzabnya ditunda sampai nanti di akhirat. Tetapi orang-orang  yang tidak sempat berbakti kepada orang tuanya, durhaka kepada mereka, dan suka memutus silaturahim maka adzabnya akan di segerakan ketika di dunia, dan di akhirat menunggu adzab pedih lainnya. Wal iyyadzu billah

اللَّهُ أَكْبَرُاللَّهُ أَكْبَرُ اللَّهُ أَكْبَرُ لَا إلَهَ إلَّا اللَّهُ وَاَللَّهُ أَكْبَرُ اللَّهُ أَكْبَرُ وَلِلَّهِ الْحَمْدُ

Jama’ah Shalat Iedul Fitri Rahimani Wa Rahimakumullah.

Seorang sahabat bertanya kepada Nabi Shalallahu ‘alaihi wasallam,

يا رسولَ اللهِ ! مَنْ أَبَرُّ ؟ قال : أُمَّكَ ، قُلْتُ : مَنْ أَبَرُّ ؟ قال : أُمَّكَ ، قُلْتُ : مَنْ أَبَرُّ : قال : أُمَّكَ ، قُلْتُ : مَنْ أَبَرُّ ؟ قال : أباك ، ثُمَّ الأَقْرَبَ فَالأَقْرَبَ

“Wahai Rasulullah, siapa yang paling berhak aku perlakukan dengan baik? Nabi menjawab: Ibumu. Lalu siapa lagi? Nabi menjawab: Ibumu. Lalu siapa lagi? Nabi menjawab: Ibumu. Lalu siapa lagi? Nabi menjawab: ayahmu, lalu yang lebih dekat setelahnya dan setelahnya.” (HR. Al Bukhari dalam Adabul Mufrad, sanadnya hasan).

Begitulah Allah Ta’ala memuliakan mereka. Andai mereka tidak lagi ada di alam ini, sempatkanlah ke makamnya, salamilah kuburnya, kirimkan pahala kepadanya. Panjatkan do’a untuk mereka, bacakan alfatihah, bacakan surat al ikhlas tiga kali. Karena sesungguhnya pahala membaca  surat al ikhlas setara sepertiga Al Qur’an. Dengan membaca tiga kali berharap mendapat fadhilah khatam Al Qur’an. Sesungguhnya dengan dipanjatkannya do’a serta dibacakannya Al-Qur’an kepada almarhum dan almarhumah semoga menjadi ganti dari bakti yang tidak sempat di jemput. Karena meski menetes air mata darah untuk mengulang mereka tidak akan dapat hidup kembali.

Tidak lupa ajarkan kepada anak-anak kita dengan keteladanan untuk berbakti kepada mereka, agar anak-anak kita kelak juga berbakti kepada ayah ibunya. Sebagaimana kita berbakti kepada orang tua, seperti itulah bakti yang kelak kita dapatkan dari anak kita. Ada pelajaran lewat kata-kata, nasehat, ataupun tausiyah. Tetapi qudwah hasanah, teladan yang baik akan menyentuh ke dalam hati sanubari. Pada hari baik di bulan baik ini, panjatkan do’a kepada mereka:

اَللَّهُمَّ اجْعَلْ قَبْرَهُ (هَا) رَوْضَةً مِنْ رِيَاضِ الْجَنَّةِ وَلَا تَجْعَلْهُ حُفْرَةً مِنْ حُفَرِ النَّارِ

“Ya Allah, jadikanlah kuburnya taman dari taman-taman Surga, dan janganlah Kau jadikan kuburnya lubang dari lubang-lubang neraka.”

Sebab, tiadalah bakti terhadap mereka yang telah meninggal melainkan do’a yang dipanjatkan seorang anak kepada mereka.

اللَّهُ أَكْبَرُاللَّهُ أَكْبَرُ اللَّهُ أَكْبَرُ لَا إلَهَ إلَّا اللَّهُ وَاَللَّهُ أَكْبَرُ اللَّهُ أَكْبَرُ وَلِلَّهِ الْحَمْدُ

Jama’ah Shalat Iedul Fitri Rahimani Wa Rahimakumullah.

Poin Ketiga. Semua ibadah ini ada visi misi yang ingin dicapai, misal shalat bukan hanya sekedar ritual. Tidak sekedar ucapan dan perbuatan yang diawali dengan takbir dan diakhir salam. Tapi dibalik shalat ini ada suatu tujuan yakni adalah mencegah perbuatan fakhsa’ dan munkar.

Fakhsa’ adalah kejahatan yang terkait dengan syahwat seksual, sedang munkar kejahatan yang terkait syahwat non seksual. Korupsi, zina, semua kemungkaran tersebut akan tercegah dengan shalat. Maka kalau ada orang-orang yang shalat tetapi maksiatnya jalan sesunggunya yang salah bukan ayat Qur’an nya, tetapi yang salah manusianya. Bukan obatnya yang tidak manjur, tetapi orang yang meminumnya tidak mengikuti aturan pakainya. Tidak mengikuti aturan dokter yang paham resepnya. Ikuti aturan pakai dan jauhi pantangannya maka kita akan sehat. Itulah yang ada dalam agama islam ini. Islam  terdiri dari dua hal:

تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ

“Melakukan kebaikan dan menjauhi keburukan.”

Haji dan umroh tidak sekedar thawaf dan sa’i. Atau menjemur diri di padang Arafah bagi yang tidak paham. Tetapi esensi dari haji ialah agar mencegah dari melakukan kejahatan seksual dan non seksual, tidak fasiq, lidahnya tidak keluar caci maki sumpah serapah. Berapa banyak orang yang terjebak pada ritual ibadah, berulang kali haji dan umroh, tetapi visi misi tujuan dari ibadah tersebut tidak didapat, tetangganya masih tersakiti oleh lisannya, dan tangannya masih suka mengambil hak saudaranya.

Lalu bagaimana dengan puasa? Apa visi misi dari puasa? Allah Ta’ala berfirman,

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ كُتِبَ عَلَيْكُمُ ٱلصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى ٱلَّذِينَ مِن قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ

“Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.” (QS. Al Baqarah 183)

Yang diundang hanya orang yang percaya bahwa setelah hidup ini akan mati, yang diundang hanya orang yang percaya bahwa dirinya diawasi oleh Allah. Target dicapai adalah agar menjadi hamba yang bertakwa kepada Allah Ta’ala.

Di siang ramadhan takut makan padahal halal, takut minum padahal halal, takut mendekati istri padahal sah dan halal, sebagaimana yang dijelaskan Imam Thabari dalam tafsirnya. Kalau didalam ramadhan kita takut pada yang halal, akankah diluar ramadhan kita takut pada yang haram ? Kenapa di ramadhan kita takut sogok, korupsi, mencela, berlaku dholim,  tetapi diluar ramadhan terlakukan itu semua perbuatan keji. Bukankah Allah yang kita sembah di bulan ramadhan adalah Allah yang kita sembah pula di luar ramadhan?  Dimana letak takwa sebagai visi tujuan dari puasa? Allah perintahkan kita berpuasa agar kita merasa muroqobah, muhasabah, musyahadah, dan selalu diawasi AllahTa’ala, tetapi setelah keluar dari ramadhan maksiat yang kita lakukan menjadikan setan seakan tak perlu menggoda kita lagi.

Padahal Allah Ta’ala berfirman,

وَإِنَّ عَلَيْكُمْ لَحَٰفِظِينَ. كِرَامًا كَٰتِبِينَ. يَعْلَمُونَ مَا تَفْعَلُونَ

“Padahal sesungguhnya bagi kamu ada (malaikat-malaikat) yang mengawasi (pekerjaanmu),   Yang mulia (di sisi Allah) dan mencatat (pekerjaan-pekerjaanmu itu), Mereka mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al Infithar 10-12)

Kelak semua akan ditulis dalam buku catatan yang nyata, pada saat itulah manusia tidak dapat berdusta. Tangan yang curang memainkan timbangan, tangan yang curang membuat laporan, mata yang curang melihat yang tidak halal, telinga yang curang mendengarkan maksiat, kaki yang curang melangkah ke tempat yang diharamkan Allah. Semua yang kecil, semua yang besar, atau yang tidak dapat dilihat manusia, semua akan tetap dipertanggung jawabkan dihadapan Allah.

Tetapi Allah Maha kasih Maha sayang. diberikannya 30 malam di bulan Ramadhan, yang mana malamnya ia hidupkan dan digunakan untuk bermunajat kepada Allah dengan iman dan muhasabah kepada Allah penuh pengharapan, maka diampuni dosanya yang telah lalu.

Sebagaimana hadist Nabi Shalallahu ‘alaihi wasallam,

وَمَنْ قَامَ رَمَضَانَ إِيْمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

”Barangsiapa yang berdiri (menunaikan shalat) di bulan Ramadan dengan iman dan mengharap (pahala), maka dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni.”

Semoga kita masuk pada golongan tersebut dikarenakan kebesaran dan kemuliaan Allah Ta’ala.

اللَّهُ أَكْبَرُاللَّهُ أَكْبَرُ اللَّهُ أَكْبَرُ لَا إلَهَ إلَّا اللَّهُ وَاَللَّهُ أَكْبَرُ اللَّهُ أَكْبَرُ وَلِلَّهِ الْحَمْدُ

Jama’ah Shalat Iedul Fitri Rahimani Wa Rahimakumullah..

Poin Keempat. Hakikat ied bukan yang berbaju baru, tetapi yang bertambah takwanya, dan bersiap bekal untuk kehidupan setelah kematian (Akherat). Ada sebuah ungkapan mutiara dari para salaf yang berbunyi :

لَيْسَ العِيْدُ لِمَنْ لَبــِــسَ الْجَديـْـــدَ إِنَّمَا الْعِيْدُ لِمَنْ طَاعَاُتهُ تَزِيـْـــــدُ

لَيْسَ العِيْدُ لِمَنْ تجـمل بِاللِّبَاس، وَالرُّكُوْب إِنَّمَا الْعِيْدُ لِمَنْ غَفَرَتْ لــَــــهُ الذُّنُوْب

“Hakikat hari raya bukanlah ia yang berbaju baru, tetapi hari raya adalah ia yang ketaatannya bertambah. Bukanlah hakikat hari raya bagi siapa yang berhias diri dengan pakaian atau kendaraan yang mewah, tetapi hakikat hari raya adalah siapa yang ter ampuni dosanya.”

Hari raya adalah hari kelulusan orang-orang beriman dari madrasah ramadhan, yang mana standar kelulusan tersebut adalah bertambahnya ketakwaan terhadap Allah Ta’ala.

Takwa yang sebagaimana didefinisikan oleh sahabat Ali bin Abi Thalib sebagai berikut:

  1. الخَوْف مِنَ الْجَلِيْل

Takut kepada Allah yang Maha Agung. Yang dibuktikan dengan melaksanakan perintahNya dan menjauhi segala larangannya.  Takwa adalah takut yang melahirkan rasa muroqabatullah (merasa selalu diawasi Allah) dalam setiap aktivitas yang kita lakukan. Takut kalau ibadah yang kita lakukan tidak diterima oleh Allah. Takut jangan-jangan ada rasa riya’, sum’ah, atau ujub, ingin dilihat, didengar, dan dipuji manusia.

  1. الإِيْمَان وَالْعَمَل بِالتَّنْزِيْل

Iman kepada wahyu dan beramal dengan wahyu yang Allah turunkan. Orang yang bertakwa adalah mereka yang beriman terhadap wahyu, bukan sekedar mengimani tetapi juga mengilmui.

Karena konsekuensi takwa adalah ilmu. Ada tuntutan untuk mengupgrade keilmuan terhadap agama ini. Tersebab, tidaklah amal seseorang diterima melainkan dengan dua syarat, yang pertama ikhlas mengharap ridho Allah, dan yang kedua “Mutaba’ah” mengikuti apa yang dicontohkan oleh Nabi Shalallahu ‘alaihi wasallam. Maka, semakin takwa seorang hamba, semakin perhatian pula terhadap keabsahan ibadah yang ia lakukan.  Dan tidaklah seorang hamba paham akan ke absahan ibadahnya melainkan dengan ilmu.

  1. الرِّضَا باِلْقَلِيْل

Merasa ridho dan cukup atas pemberian Allah meskipun terlihat sedikit. Madrasah ramadhan mendidik seorang hamba untuk banyak bersyukur, Lapar dan dahaga seharian penuh menjadikan orang yang berpuasa ikut merasakan apa yang dirasakan oleh fakir miskin. Maka bertambahnya empati serta kepekaan seorang hamba kepada saudara-saudaranya yang membutuhkan adalah termasuk tolak ukur lulus nya ia dalam madrasah ramadhan.

  1. الإِسْتِعْدَاد لِيَوْمِ الرَّحِيْل

Mempersiapkan diri untuk bekal untuk kehidupan panjang setelah kematian.  Tolak ukur kelulusan terakhir seorang hamba dari madrasah ramadhan ialah ketika seseorang hamba sadar akan kefanaan hidup di dunia ini.  Sadar bahwa hidup ini hanya sekali, tidak akan ada revisi atau pengulangan.

Konsekuensi terburuk bagi seorang hamba yang tidak sadar akan hakikat hidup ini adalah penyesalan yang tak berujung di akhirat kelak. Maka takwa adalah sadar, sadar akan perjalanan panjang sesudah mati.  takwa adalah berbekal, membekali diri dengan bekal terbaik berupa ketaatan kepada Allah Ta’ala. Begitulah hakikat orang bertakwa, ialah si cerdas yang disabdakan oleh Nabi Shalallahu ‘alaihi wasallam:

الكَيِّسُ مَنْ دَانَ نَفسَهُ وَ عَمِلَ لِمَا بَعْدَ المَوْت

“Orang yang cerdas adalah dia yang menghitung-hitung amalnya (apakah cukup untuk menghadap Allah), dan mempersiapkan bekal terbaik untuk di kehidupan akhirat nanti.”

Sebelum kita tutup khutbah `ied pagi hari ini, saya wasiatkan kepada kaum wanita agar menjadi wanita yang sholehah, taat kepada suami, mendidik anak-anaknya dengan sebaik-baiknya, serta menjauhkan diri dan keluarga dari berbagai kemaksiatan kepada Allah.

Semoga Allah menjadikan kita semua sebagai Alumni dari madrasah ramadhan yang mendapat syahadah Taqwa dari Allah Ta’ala, dan dihadiahkan kepada kita Surga.

Aamiin yaa Mujibassa-ilin..

إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.

اللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالمسْلِمَاتِ وَالمؤْمِنِيْنَ وَالمؤْمِنَاتِ الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعْوَةِ

اللَّهُمَّ أَلِّفْ بَيْنَ قُلُوبِنَا، وَأَصْلِحْ ذَاتَ بَيْنِنَا، وَاهْدِنَا سُبُلَ السَّلَامِ، وَنَجِّنَا مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ، وَجَنِّبْنَا الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، وَبَارِكْ لَنَا فِي أَسْمَاعِنَا، وَأَبْصَارِنَا، وَقُلُوبِنَا، وَأَزْوَاجِنَا، وَذُرِّيَّاتِنَا، وَتُبْ عَلَيْنَا إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ، وَاجْعَلْنَا شَاكِرِينَ لِنِعَمِكَ مُثْنِيْنَ بِهَا عَلَيْكَ، قَابِلِينَ لَهَا، وَأَتِمِمْهَا عَلَيْنَا

رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا

اللَّهُمَّ إنَّا نَسْأَلُكَ الهُدَى، والتُّقَى، والعَفَافَ، والغِنَى

رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

وَصَلَّى اللهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ و َمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن

سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُونَ وَسَلامٌ عَلَى الْمُرْسَلِينَ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ

تَقَبَّلَ اللهُ مِنَّا وَمِنْكُمْ صَالِحَ الْأَعْمَالِ، وَأَدَامَ عَلَيْكُمُ الصِّحَّةَ وَالْعَافِيَةَ، وَوَفَّقَكُمْ لِخَيْرِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *