Oleh: Dr. Muhammad Isa Anshory, M.P.I.
Selain dikenal dengan akhlak tercela, bangsa Arab pada masa jahiliyah juga dikenal dengan beberapa akhlak mereka yang mulia. Akhlak mulia itu menjadi keistimewaan mereka di hadapan bangsa-bangsa lainnya. Setelah Islam datang, agama ini mengakui dan mengokohkan akhlak tersebut. Di antara akhlak mulia itu adalah sebagai berikut:
Jujur
Bangsa Arab dikenal sebagai bangsa yang jujur dalam berkata. Mereka sangat menghindari dusta. Kisah Abu Sufyan sebelum masuk Islam ketika bertemu Kaisar Romawi, Heraklius, dan ditanya mengenai Nabi Muhammad menjadi bukti nyata mengenai itu. Alkisah pada tahun 7 Hijriah, Nabi mengirim surat ajakan masuk Islam kepada Heraklius. Saat surat itu diterima, Abu Sufyan beserta rombongannya sedang berdagang di Syam. Heraklius memanggil Abu Sufyan dan menanyakan beberapa hal. Kepada juru bahasanya, Heraklius berkata, “Aku akan menanyai orang ini tentang seseorang yang mengaku nabi itu. Jika ia membohongiku, dustakanlah orang ini oleh kalian.” Abu Sufyan bergumam, “Demi Allah, kalaulah tidak karena takut menanggung malu jika ketahuan bohong, pasti aku berdusta tentang Nabi.”
Abu Sufyan ditanya tentang nasab Nabi. Ia menjawab bahwa Nabi mempunyai nasab mulia yang dikenal di kalangan kaum Quraisy. Ia lalu ditanya tentang pengikut Nabi, apakah ada yang murtad karena membenci agamanya. Ia jawab tidak ada, bahkan jumlah pengikut Nabi semakin bertambah banyak. Ia juga ditanya mengenai akhlak Muhammad sebelum menjadi nabi, apakah dikenal sebagai pembohong dan pengkhianat. Ia menjelaskan bahwa beliau orang yang jujur dan amanah. Semua pertanyaan Heraklius dijawab dengan jujur oleh Abu Sufyan yang saat itu belum masuk Islam dan masih memusuhi Nabi.
Senang Menjamu Tamu
Bangsa Arab senang menjamu tamu secara gratis tanpa meminta balasan sepeser pun. Tradisi ini dipandang sebagai salah satu kewajiban bangsa Arab semasa jahiliyah yang dibenarkan oleh Islam. Waktu bertamu adalah selama tiga hari. Orang paling dermawan di kalangan mereka adalah Abdullah bin Jud‘an dan Hatim Ath-Tha’i.
Setiap tahun, Abdullah bin Jud‘an membagi-bagikan seribu pakaian dan menjamu orang banyak. Ia berkata, “Utusanku yang menjemput kalian adalah matahari saat terbit dan saat tenggelam.” Apabila udara sedang dingin-dinginnya, Hatim Ath-Tha’i menyalakan api agar orang yang tersesat jalan, musafir, atau orang asing bisa mengetahui posisinya, kemudian mereka mendatanginya untuk singgah dan makan-makan.
Berani
Semasa jahiliyah, bangsa Arab dikenal sebagai bangsa pemberani. Mereka tidak terima jika dihina dan direndahkan. Apabila diri mereka atau sekutu mereka diganggu sehingga merasa terhina, segera mereka menghunuskan pedang, berteriak dengan keras, dan mengobarkan perang sengit meskipun harus mengorbankan jiwa mereka.
Menghormati Bulan-Bulan Haram
Bulan haram adalah bulan suci dan terhormat. Ada empat bulan haram dalam kalender yang berlaku di kalangan bangsa Arab, yaitu Dzulqa‘dah, Dzulhijjah, Muharram, dan Rajab. Bulan-bulan ini sangat dihormati oleh orang Arab. Pada bulan-bulan ini, seorang pembunuh yang bertemu orang tua, saudara, atau anak korban yang dibunuhnya tidak akan disentuh sedikit pun.
Mandi Janabah
Mandi janabah adalah tradisi yang dikerjakan oleh bangsa Arab pada masa jahiliyah. Ini termasuk sisa-sisa ajaran Nabi Ibrahim. Keterangan yang menunjukkan hal itu adalah setelah kekalahan suku Quraisy dalam Perang Badar, Abu Sufyan bernadzar tidak akan membasahi kepalanya dengan air mandi janabah hingga bisa menyerang Madinah dan membalas kekalahan mereka kepada kaum Muslimin. Maksudnya, ia tidak akan menggauli istrinya sehingga mengharuskannya mandi janabah.
Berkhitan
Bangsa Arab berkhitan pada masa jahiliyah untuk mengikuti sunnah Nabi Ibrahim. Hal ini ditunjukkan oleh kisah Heraklius bersama Abu Sufyan. Alkisah, datang orang Arab utusan raja Ghassan membawa berita mengenai kenabian Muhammad. Setelah mengonfirmasi beberapa hal, Heraklius berkata kepada para prajuritnya, “Pergi dan lihatlah apakah ia berkhitan.” Mereka segera melaksanakan perintah Heraklius dan menyampaikan bahwa utusan Arab itu berkhitan. Heraklius lalu menanyainya, “Apakah kaummu berkhitan?” “Ya,” jawabnya. “Sungguh, telah muncul raja umat ini,” kata Heraklius.
Pelajaran Penting
Dari beberapa tradisi dan akhlak mulia yang dimiliki oleh bangsa Arab pada masa jahiliyah, kita bisa mengambil beberapa pelajaran penting. Pertama, bangsa Arab mengerjakan sisa-sisa ajaran Nabi Ibrahim ‘Alaihissalam. Mereka mengerjakan haji dan umrah, namun disertai dengan beberapa penyimpangan. Mereka mengharamkan nikah dengan ibu, bibi, dan nenek. Mereka mandi janabah dan berkhitan.
Kedua, bangsa Arab pada masa jahiliyah mempunyai sifat-sifat terpuji yang membedakan mereka dengan bangsa lain. Sifat-sifat itu dibenarkan oleh Islam. Ketiga, sifat-sifat terpuji yang dimiliki bangsa Arab sebelum kelahiran Islam merupakan sisa-sisa ajaran hanif Nabi Ibrahim. Keempat, sebagian kaum muslim hari ini sangat membutuhkan akhlak terpuji yang dimiliki oleh bangsa Arab pada masa jahiliyah itu. (Disadur dari As-Sirah An-Nabawiyyah ‘Ala MaJa-a fi Al-Qur’an wa Shahih As-Sunnah,hlm. 22-26).