Oleh: Ustadz Muhammad Arsyad
Assalamu’alaikum warohmatullahi wabarokatuh.
Segala puji bagi Allah yang telah melimpahkan segala rahmat-Nya, sehingga kita masih dimudahkan untuk menyebut asma-Nya di setiap hembusan nafas. Shalawat serta salam, tak lupa selalu kita haturkan kepada suri tauladan kita, Nabiyullah Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Yang telah memperjuangkan Dinul Islam ini, sehingga kita pun bisa merasakan nikmatnya iman yang bersemayam di dalam dada dan indahnya Islam.
Ikhwani fiddin rahimani wa rahimakumullah.
Berdzikir adalah perintah Allah Subhanahu wa Ta’ala. Ia bisa dilakukan di mana dan kapan saja, saat beribadah maupun setelah selesai beribadah. Sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
فَإِذَا قُضِيَتِ الصَّلاةُ فَانْتَشِرُوا فِي الأرْضِ وَابْتَغُوا مِنْ فَضْلِ اللَّهِ وَاذْكُرُوا اللَّهَ كَثِيرًا لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
“Apabila shalat telah dilaksanakan, maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah, dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung.” (QS. Al-Jumu`ah: 10).
Banyak ayat yang menerangkan tentang perintah untuk berdzikir kepada Allah. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اذْكُرُوا اللَّهَ ذِكْرًا كَثِيرًا
“Hai orang-orang yang beriman, berdzikirlah (dengan menyebut nama) Allah, dzikir yang sebanyak-banyaknya.” (QS. Al-Ahzab: 41).
Di dalam sebuah hadis juga disebutkan:
“Seorang Badui datang kepada Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam kemudian berkata, ‘Wahai Rasulullah, sesungguhnya syariat-syariat Islam sudah banyak pada kami. Beritahukanlah kepada kami sesuatu yang kami bisa berpegang teguh kepadanya?’ Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda, ‘Hendaklah lidahmu senantiasa berdzikir kepada Allah’.” (HR. Ahmad).
Ikhwani fiddin rahimani wa rahimakumullah.
Dzikir adalah ibadah yang mudah dikerjakan. Ia tidak membutuhkan gerakan khusus sebagaimana ibadah-ibadah yang lain. Berkaitan dengan dzikir, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam pernah menerangkan mengenai dzikir yang mudah namun timbangannya berat saat di Hari Kiamat nanti. Beliau Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
“Dua kata yang ringan diucapkan oleh lisan, berat di timbangan (pada Hari Kiamat) dan dicintai oleh Ar-Rahman (yaitu), ‘Subhanallahi wabihamdihi subhanallahil azhim’.” (HR. Muslim).
Ikhwani fiddin rahimani wa rahimakumullah.
Berdzikir itu mempunyai keutamaan.
Keutamaan berdzikir yang pertama adalah melahirkan kecintaan kepada Allah.
Jika tafakkur (berfikir) dapat melahirkan ma’rifatullah, maka tadzakkur (dzikir) dapat melahirkan mahabbatullah atau cinta kepada Allah. Semakin sering seorang mengingat Allah, maka akan semakin cinta kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan berharap kepada-Nya. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
الَّذِينَ يَذْكُرُونَ اللَّهَ قِياماً وَقُعُوداً وَعَلى جُنُوبِهِمْ وَيَتَفَكَّرُونَ فِي خَلْقِ السَّماواتِ وَالْأَرْضِ رَبَّنا مَا خَلَقْتَ هَذَا باطِلاً سُبْحانَكَ فَقِنا عَذابَ النَّارِ
“(Yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata), ‘Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa Neraka’.” (QS. Ali Imran: 191).
Keutamaan berdzikir yang kedua adalah diberi tanda keimanan pada wajahnya.
Di antara kemuliaan yang didapatkan dari orang yang sering berdzikir adalah Allah akan memberi tanda keimanan pada wajah orang tersebut. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
مُحَمَّدٌ رَسُولُ اللَّهِ وَالَّذِينَ مَعَهُ أَشِدَّاءُ عَلَى الْكُفَّارِ رُحَمَاءُ بَيْنَهُمْ تَرَاهُمْ رُكَّعًا سُجَّدًا
يَبْتَغُونَ فَضْلا مِنَ اللَّهِ وَرِضْوَانًا سِيمَاهُمْ فِي وُجُوهِهِمْ مِنْ أَثَرِ السُّجُودِ
“Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka; kamu lihat mereka rukuk dan sujud mencari karunia Allah dan keridhoan-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud.” (QS. Al-Fath: 29).
Ikhwani fiddin rahimani wa rahimakumullah.
Keutamaan berdzikir yang ketiga adalah menambah kesempurnaan pada sebuah amalan.
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda saat ditanya amalan seperti apa yang paling banyak pahalanya? Kemudian beliau menjawab bahwa amalan yang paling banyak pahalanya adalah amalan yang saat dikerjakannya yang mengerjakannya tadi banyak mengingat Allah. Hal itu terdapat dalam hadis sebagai berikut:
“Dari Sahl bin Mu’adz dari bapaknya dari Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, bahwasannya ada seorang laki-laki berkata, ‘Jihad apa yang paling banyak pahalanya?’ Beliau bersabda, ‘Yang paling banyak berdzikir kepada Allah Tabaraka wa Ta’ala.’ (Laki-laki tadi berkata lagi), ‘Puasa seperti apa yang paling banyak pahalanya?’ Beliau menjawab, ‘Yang paling banyak mengingat Allah Tabaraka wa Ta’ala.’ Kemudian beliau menyebutkan kepada kami shalat, zakat, haji dan sedekah, semua itu Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda, ‘Yang paling banyak mengingat Allah Tabaraka wa Ta’ala.’ Maka Abu Bakar pun berkata kepada Umar, ‘Wahai Abu Hafs, orang-orang yang sering berdzikir pergi dengan membawa segala kebaikan.’ Maka Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda, ‘benar’.” (HR. Ahmad).
Selanjutnya, keutamaan berdzikir yang keempat adalah menenangkan hati.
Orang beriman akan tenang hatinya saat mengingat Allah. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
ٱلَّذِینَ ءَامَنُوا۟ وَتَطۡمَىِٕنُّ قُلُوبُهُم بِذِكۡرِ ٱللَّهِۗ أَلَا بِذِكۡرِ ٱللَّهِ تَطۡمَىِٕنُّ ٱلۡقُلُوبُ
“(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.” (QS. Ar-Ra`d: 28).
Ikhwani fiddin rahimani wa rahimakumullah.
Keutamaan berdzikir yang kelima adalah diingat oleh Allah.
Orang yang mengingat Allah, maka akan Allah balas dengan mengingatnya pula. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
فَٱذْكُرُونِىٓ أَذْكُرْكُمْ وَٱشْكُرُوا۟ لِى وَلَا تَكْفُرُونِ
“Karena itu, ingatlah kalian kepada-Ku, niscaya Aku ingat (pula) kepada kalian; dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kalian mengingkari (nikmat-Ku).” (QS. Al-Baqarah: 152).
Allah berfirman di dalam hadis qudsi:
يَقُولُ اللَّهُ تَعَالَى: مَنْ ذَكَرَنِي فِي نَفْسِهِ ذَكَرْتُهُ فِي نَفْسِي، وَمَنْ ذَكَرَنِي فِي مَلَأٍ ذَكَرْتُهُ فِي مَلَأٍ خَيْرٍ مِنْهُ”
“Barang siapa yang ingat kepada-Ku di dalam dirinya, niscaya Aku ingat (pula) kepadanya di dalam diri-Ku; dan barangsiapa yang ingat kepada-Ku di dalam suatu golongan, niscaya Aku ingat (pula) kepadanya di dalam golongan yang lebih baik daripada golongannya.”