Memaksimalkan 10 Malam Terakhir Ramadhan

Loading

Oleh: Departemen Dakwah, Pendidikan dan Advokasi FKAM

Khutbah Pertama

إِنَّ الْحَمْد للهِ، نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِينُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلا مُضِلَّ لَهُ، وَمْنْ يَضْلُلُ فَلَا هَادِيَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنْ لا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدُهُ لا شَرِيكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدَاً عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ.اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ. أَمَّا بَعْدُ

عِبَادَ اللهِ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ عَزَّ وَجَلَّ حَيْثُ قَالَ:

يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُّسْلِمُوْنَ

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا

فَأِنّ أَصْدَقَ الْحَدِيْثِ كِتَابُ اللهِ، وَخَيْرَ الْهَدْىِ هَدْىُ مُحَمّدٍ صَلّى الله عَلَيْهِ وَسَلّمَ، وَشَرّ اْلأُمُوْرِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةً، وَكُلّ ضَلاَلَةِ فِي النّارِ. أَمَّا بَعْد

Maasyiral Muslimin Rahimakumullah.

Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam, yang telah mencurahkan kenikmatan dan karunia yang tak terhingga kepada kita semua. Baik yang berupa kesehatan, kesempatan, sehingga kita pun dapat menunaikan kewajiban shalat Jumat.

Shalawat dan salam, semoga tercurahkan kepada pemimpin dan suri tauladan kita, Nabiyullah Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Dengan perjuangan beliau, cahaya Islam ini sampai kepada kita, sehingga kita terbebas dari kejahilan dan kehinaan. Dan semoga shalawat serta salam juga tercurahkan kepada keluarganya, para shahabatnya, dan pengikutnya hingga akhir zaman.

Pada kesempatan kali ini, tidak lupa khatib wasiatkan kepada diri khatib pribadi dan kepada jamaah sekalian, agar kita selalu meningkatkan kualitas keimanan dan ketaqwaan kita. Karena keimanan dan ketaqwaan adalah sebaik-baik bekal untuk menuju kehidupan hakiki di akhirat kelak.

Maasyiral Muslimin Jamaah Shalat Jumat Rahimakumullah.

Kita sekarang sudah memasuki bagian-bagian akhir pada bulan Ramadhan. Kita perlu mengoreksi diri kita sendiri sebagai bahan evaluasi. Mulai awal Ramadhan kemarin sampai hari ini, apakah kualitas dan kuantitas ibadah kita sudah sesuai yang kita harapkan? Apabila sudah, mari kita jaga sekuat tenaga hingga akhir Ramadhan. Jika belum sesuai dengan ekspektasi kita, mari kita tingkatkan dengan sebaik-baiknya. Karena:

وَإِنَّمَا الأَعْمَالُ بِالْخَوَاتِيمِ

“Sesungguhnya setiap amalan tergantung pada akhirnya.” (HR. Bukhari).

Seperti orang yang sedang membangun rumah. Kita ini sudah membangun rumah 70 persen. Bagaimana yang 30 persen sisanya, ini sangat menentukan. Kalau finishing-nya bagus, akan jadi rumah yang indah. Tapi jika finishing-nya dikerjakan secara asal-asalan, tentu rumah yang dibangun dengan permulaan susah payah, hanya akan mendapatkan nilai buruk hanya masalah 30 persen yang akhir adalah buruk.

Mayoritas di antara kita mungkin sangat senang dengan berakhirnya bulan Ramadhan. Karena puasa telah lewat, tidak lagi merasakan lapar di siang hari, serta hari-hari kembali normal sebagaimana biasanya. Namun demikian, bila dipandang dari sudut agama, sebenarnya kesenangan kita ditinggalkan bulan Ramadhan itu membuktikan betapa rendah dan lemahnya iman kita. Sebab dengan berakhirnya bulan Ramadhan, hal itu menjadikan kita sudah tidak bisa mendapatkan pahala yang besar sebagaimana yang bisa kita dapatkan di bulan Ramadhan. Dalam sebuah hadis, Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

إذَا كَانَ َاخِرُ لَيْلَةٍ مِنْ رَمَضَانَ بَكَتِ السَّمَوَاتُ  وَاْلاَرْضُ وِالْمَلاَئِكَةُ مُصِيْبَةً لِاُمَّةِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ  قِيْلَ اَيُّ مُصِيْبَةٍ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم هِيَ  ذَهَابُ رَمَضَانَ لِاَنَّ الدَّعْوَاتِ فِيْهِ مُسْتَجَابَةٌ  وَالصَّدَاقَةً مَقْبُوْلَةٌ وَ الصَّدَا قَةَ مَقْبُولَةٌ وَالْحَسَنَاتِ مُضَاعَفَةٌ، وَالْعَذَابَ مَدْفُوعٌ

“Ketika tiba akhir malam Ramadhan, langit, bumi dan malaikat menangis karena adanya musibah yang menimpa umat Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.” (Shahabat) bertanya, “Musibah apakah wahai Rasulullah?” Nabi menjawab, “Berpisah dengan bulan Ramadhan, sebab pada bulan ini doa dikabulkan dan sedekah diterima. Kebaikan dilipatgandakan dan siksa dihentikan.”

Para shahabat dan orang-orang yang shalih sungguh merasa sedih dan menangis bila ditinggalkan bulan Ramadhan. Hal ini paling tidak disebabkan 2 alasan, yaitu:

Pertama: Kesadaran mereka bahwa dengan perginya bulan Ramadhan, berarti pergi pula berbagai keutamaan yang ada di dalamnya.

Bulan Ramadhan bulan yang paling berkah, yang mana pintu-pintu Syurga dibuka dan pintu Neraka ditutup. Bukankah hanya di bulan suci ini setan dibelenggu? Sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam:

إِذَا جَاءَ رَمَضَانُ فُتِّحَتْ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ ، وَغُلِّقَتْ أَبْوَابُ النَّارِ ، وَسُلْسِلَتْ الشَّيَاطِينُ

“Apabila bulan Ramadhan tiba, pintu-pintu Syurga dibuka dan pintu-pintu Neraka ditutup, serta setan-setan dibelenggu.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Di bulan Ramadhan, amal sunnah diganjar pahala amalan wajib. Seluruh pahala kebajikan dilipatgandakan hingga tiada batasan. Semua keutamaan itu tidak bisa ditemui lagi jika bulan Ramadhan telah pergi. Ia hanya akan datang pada bulan Ramadhan setahun lagi. Padahal, seseorang tidak yang dapat memastikan, apakah seseorang tersebut masih hidup dan sehat pada bulan Ramadhan yang akan datang?

Inilah alasan mengapa para shahabat dan orang-orang shalih bersedih, bahkan menangis mendapati Ramadhan akan berlalu.

Alasan yang kedua: Adanya peringatan dari Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bahwa semestinya bulan Ramadhan menjadikan seseorang diampuni dosanya. Jika seseorang sudah mendapati bulan Ramadhan, namun ia masih belum mendapatkan ampunan, maka ia benar-benar menjadi orang yang sangat rugi, bahkan celaka. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

رَغِمَ أَنْفُ عَبْدٍ – أَوْ بَعُدَ – دَخَلَ عَلَيْهِ رَمَضَانُ فَلَمْ يُغْفَرْ لَهُ

“Celakalah seorang hamba yang mendapati bulan Ramadhan kemudian Ramadhan berlalu dalam keadaan dosa-dosanya belum diampuni.” (HR. Ahmad).

Para shahabat dan orang-orang shalih merasa bahwa diri mereka tidak bisa menjamin akan mendapatkan ampunan dari Allah. Sementara jika mereka tidak mendapat ampunan, mereka tentu akan celaka. Inilah yang kemudian menyentuh rasa khauf para shahabat dan orang-orang shalih. Mereka takut menjadi orang yang celaka karena tidak mendapatkan ampunan, sementara bulan Ramadhan akan segera pergi. Mereka pun menangis, meluapkan ketakutannya kepada Allah seraya bermunajat agar amal-amalnya diterima. Sereka selalu melantunkan doa:

اَللَّهُمَّ رَبَّنَا تَـقَـبَّلْ مِنَّا صَلاَتَنَا وَصِيَا مَنَا وَرُكُوْ عَنَا وَسُجُوْدَنَا وَقُعُوْدَنَا وَتَضَرُّ عَنَا وَتَخَشُّوْ عَنَا وَتَعَبُّدَنَا وَتَمِّمْ تَقْصِيْرَ نَا يَا اَلله يَا رَبَّ الْعَا لَمِيْنَ

“Ya Allah, terimalah shalat kami, puasa kami, rukuk kami, sujud kami, duduk rabah kami, kerendahdirian kami, kekhusyu’an kami, pengabdian kami, dan sempurnakanlah apa yang kami lakukan selama kami menunaikan shala ya Allah, Tuhan seru sekalian alam.”

Maasyiral Muslimin Jamaah Shalat Jumat Rahimakumullah.

Para shahabat dan orang-orang shalih bukan hanya berdoa di akhir bulan Ramadhan. Bahkan, rasa khauf membuat mereka berdoa selama enam bulan agar amal-amal di bulan Ramadhan mereka diterima Allah. Lalu enam bulan setelahnya, mereka juga berdoa agar dipertemukan dengan bulan Ramadhan berikutnya.

Apa yang dilakukan oleh para shahabat dan orang-orang shalih ini tentu berbeda jauh dengan apa yang kita lakukan saat ini. Untuk itu, patutlah kita mawas diri, apakah hingga akhir Ramadhan ini kita sudah mendapatkan ampunan atau justru kita menjadi orang celaka?

Perlu diketahui bahwa, sepertiga terakhir bulan Ramadhan adalah saat-saat yang penuh dengan kebaikan dan keutamaan serta pahala yang melimpah. Di dalamnya terdapat malam yang lebih baik dari seribu bulan. Oleh karena itu, suri tauladan kita Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dahulu bersungguh-sungguh untuk menghidupkan sepuluh hari terakhir tersebut dengan berbagai amalan shalih melebihi dari pada waktu-waktu lainnya. Ummul Mukminin Aisyah Radhiyallahu ‘anha berkata:

كانَ رَسولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عليه وسلَّمَ يَجْتَهِدُ في العَشْرِ الأوَاخِرِ، ما لا يَجْتَهِدُ في غيرِهِ

“Rasulullah bersungguh-sungguh dalam beribadah di sepuluh malam terakhir melebihi hari-hari lainnya.”

Aisyah Radhiyallahu ‘anha juga berkata:

كانَ النبيُّ صَلَّى اللهُ عليه وسلَّمَ إذَا دَخَلَ العَشْرُ شَدَّ مِئْزَرَهُ، وأَحْيَا لَيْلَهُ، وأَيْقَظَ أهْلَهُ

“Jika masuk sepuluh hari terakhir, Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengencangkan sarungnya, menghidupkan malamnya, dan membangunkan istri-istrinya.”

Maka perhatikanlah apa yang dilakukan oleh suri tauladan kita, lihatlah Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam! Bukan malah dengan mengisi hari-hari terakir Ramadhan dengan berbelanja di pusat- pusat perbelanjaan untuk persiapan lebaran. Yang beliau lakukan adalah bersungguh-sungguh dalam melakukan ibadah seperti shalat, membaca Al-Qur’an, dzikir, sedekah, dan lain sebagainya. Renungkanlah hal ini!

Bahwa pada sepertiga terakhir dari bulan yang penuh berkah ini, terdapat malam Lailatul Qadar. Suatu malam yang dimuliakan oleh Allah melebihi malam-malam lainnya. Di antara kemuliaan malam tersebut adalah, Allah mensifatinya dengan malam yang penuh keberkahan. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

إِنَّآ أَنزَلْنَٰهُ فِى لَيْلَةٍ مُّبَٰرَكَةٍ ۚ إِنَّا كُنَّا مُنذِرِينَ

“Sesungguhnya Kami menurunkannya (Al-Qur’an) pada suatu malam yang diberkahi, dan sesungguhnya Kami-lah yang memberi peringatan. Pada malam itu dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah.” (QS. Ad Dukhan: 3-4).

Malam yang diberkahi dalam ayat ini adalah malam Lailatul Qadar sebagaimana ditafsirkan pada surat Al-Qadar. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

إِنَّآ أَنزَلْنَٰهُ فِى لَيْلَةِ ٱلْقَدْرِ

“Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-Qur’an) pada malam kemuliaan.” (QS. Al Qadar: 1).

Keberkahan dan kemuliaan yang dimaksud disebutkan dalam ayat selanjutnya:

لَيْلَةُ ٱلْقَدْرِ خَيْرٌ مِّنْ أَلْفِ شَهْرٍ

تَنَزَّلُ ٱلْمَلَٰٓئِكَةُ وَٱلرُّوحُ فِيهَا بِإِذْنِ رَبِّهِم مِّن كُلِّ أَمْرٍ

سَلَٰمٌ هِىَ حَتَّىٰ مَطْلَعِ ٱلْفَجْرِ

“Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar.” (QS. Al Qadar: 3-5).

Perhatikanlah bahwa malam keberkahan tersebut adalah Lailatul Qadar. Dan Al-Qur’an turun pada bulan Ramadhan sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

شَهْرُ رَمَضَانَ ٱلَّذِىٓ أُنزِلَ فِيهِ ٱلْقُرْءَانُ

“(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al-Quran.” (QS. Al Baqarah: 185).

Maasyiral Muslimin Jamaah Shalat Jumat Rahimakumullah.

Lailatul Qadar itu terjadi pada sepuluh malam terakhir di bulan Ramadhan. Sebagaimana sabda Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam:

تَحَرَّوْا لَيْلَةَ القَدْرِ في الوَتْرِ مِنَ العَشْرِ الأوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ

“Carilah Lailatul Qadar di malam ganjil dari sepuluh malam terakhir di bulan Ramadhan.” (HR. Bukhari).

Marilah sisa-sisa hari akhir bulan Ramadhan ini kita gunakan untuk meningkatkan ibadah kepada Allah. Kita banyak memohon ampun kepada Allah dengan harapan ketika bulan Ramadhan ini lewat, dosa-dosa kita benar-benar diampuni Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dan di sisa sepuluh hari terakhir ini, mari kita ikhtiarkan untuk bisa berburu dan mencari malam Lailatul Qadar. Semoga Allah Yang Maha Mengatur alam ini mengijinkan dan menghendaki kita sebagai hamba-hamba yang mendapatkan kemuliaan malam Lailatul Qadar. Semoga Allah mengubah hidup kita menjadi lebih baik dan lebih berkualitas. Hanya kepada Allah-lah kita menggapai keridhaan-Nya. Semoga Allah Subhanahu wa  Ta’ala senantiasa membimbing kita di atas jalan petunjuk-Nya. Aamiin ya Rabbal ‘alamiin.

أَقُوْلُ قَوْلِيْ هذا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

Khutbah Kedua

الْحَمْدُ للهِ وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلىَ رَسُوْلِ لله وَعَلىَ آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ وَالاَهُ

عِبَادَ اللهِ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ عَزَّ وَجَلَّ حَيْثُ قَالَ تَبَارَكَ وَتَعَالَى، أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ:

يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُّسْلِمُوْنَ

إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.

اللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالمسْلِمَاتِ وَالمؤْمِنِيْنَ وَالمؤْمِنَاتِ الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعْوَةِ

اللَّهُمَّ أَلِّفْ بَيْنَ قُلُوبِنَا، وَأَصْلِحْ ذَاتَ بَيْنِنَا، وَاهْدِنَا سُبُلَ السَّلَامِ، وَنَجِّنَا مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ، وَجَنِّبْنَا الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، وَبَارِكْ لَنَا فِي أَسْمَاعِنَا، وَأَبْصَارِنَا، وَقُلُوبِنَا، وَأَزْوَاجِنَا، وَذُرِّيَّاتِنَا، وَتُبْ عَلَيْنَا إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ، وَاجْعَلْنَا شَاكِرِينَ لِنِعَمِكَ مُثْنِيْنَ بِهَا عَلَيْكَ، قَابِلِينَ لَهَا، وَأَتِمِمْهَا عَلَيْنَا

رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا

اللَّهُمَّ إنَّا نَسْأَلُكَ الهُدَى، والتُّقَى، والعَفَافَ، والغِنَى

رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

وَصَلَّى اللهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ و َمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن

وَآخِرُ دَعْوَانَا أَنِ الْحَمْدُ لله رَبِّ الْعَالَمِيْنَ

عِبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالعَدْلِ وَالإِحْسَانِ وَإِيتَاءِ ذِي القُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالمُنْكَرِ وَالبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ

وَاذْكُرُوْا اللهَ الْعَظِيْمَ الْجَلِيْلَ يَذْكُرْكُمْ، وَأَقِمِ الصَّلَاة

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *