Kita untuk Islam

Loading

Oleh: Ustadz Thau’an Abdillah

Assalamualaikum warohmatullahi wabarokatuh.

Alhamdulillahrabbil ‘alamiin, segala puji bagi Allah Rabb semesta alam. Yang telah melimpahkan rahmat-Nya kepada kita semua, sehingga kita masih dipertemukan dengan bulan yang penuh berkah ini serta dalam keadaan sehat wal afiat.

Sholawat serta salam, semoga selalu tercurah kepada Nabiyullah Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Nabi yang telah memperjuangkan Dinul Islam, sehingga kita bisa merasakan betapa indahnya iman yang bersemayam di dalam hati dan betapa anggunnya Islam di dalam kehidupan.

Ikhwani fiddin rahimani wa rahimakumullah.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

ٱلۡيَوۡمَ أَكۡمَلۡتُ لَكُمۡ دِينَكُمۡ وَأَتۡمَمۡتُ عَلَيۡكُمۡ نِعۡمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ ٱلۡإِسۡلَٰمَ دِينٗاۚ 

“Pada hari ini telah Aku sempurnakan agamamu untukmu, dan telah aku cukupkan nikmat-Ku bagimu, dan Aku telah ridhoi Islam sebagai agamamu.” (QS. Al-Ma’idah: 3).

Kita buka nasehat dengan ayat ini, sebagai pengingat dan motivasi akan status kita sebagai seorang Muslim. Keberadaan ayat ini seharusnya cukup bagi kita untuk berbangga dan bersyukur akan keislaman kita. Ayat ini juga mengabarkan kepada kita, bahwa Islam pernah berjaya. Dan kemenangan ini pun terjadi setelah perjalanan panjang penuh onak dan duri. 

Pertanyaannya, apakah kita tidak rindu akan hari itu? Kemudian, apakah kejadian seperti itu akan terulang? Yang jelas, agama ini akan senantiasa dijaga kemurniannya oleh Allah Subhanahu wa Ta’alahingga hari Kiamat.

Kemudian, kebanggaan kita akan agama ini perlu bukti. Dengan menjalankan segala syariatnya, menjauhi segala yang dilarang di dalamnya tanpa tapi. Dan yang tidak kalah penting adalah peran kita untuk agama ini.

Kita lihat bagaimana peran generasi shahabat akan dien ini, khususnya dikala perang Tabuk. Salah satu perang terberat yang pernah dialami oleh para shahabat. Perang Tabuk yang merupakan perang melawan Romawi ini dilaksanakan pada saat Madinah sedang mengalami situasi sulit dan gersang. Sementara itu, buah kurma sedang pada masa panennya sehingga membuat beberapa dari mereka tertarik untuk tetap tinggal tidak ikut berperang.

Oleh sebab jarak yang jauh serta cuaca yang sangat panas, Rasulullah pun mengajak para shahabat yang diberikan kelapangan untuk memberikan bekal kepada orang-orang yang kesulitan. Yang pertama menyambut perintah itu adalah shahabat mulia, Abu Bakar Ash Shiddiq Radhiyallahu ‘anhu. Beliau datang dengan membawa seluruh hartanya, yakni empat ribu dirham. Yang kemudian, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bertanya kepadanya:

‌هَلْ ‌أَبْقَيتَ ‌لِأَهلِكَ ‌شَيئاً

“Apakah yang kamu sisakan untuk keluargamu?”

أَبقَيتُ لَهُمُ اللهُ ورسولُهُ

“Aku menyisakan Allah dan Rasul-Nya untuk mereka.”

Umar bin Khattab Radhiyallahu ‘anhudatang dengan membawa separuh hartanya. Utsman bin Affan Radhiyallahu ‘anhumenginfaqkan 10.000 dinar, 300 unta lengkap dengan pelananya, serta 50 kuda. Adapula yang mengatakan 900 ekor unta dan 100 ekor kuda. Sampai Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

مَا يَضُرُّ عُثمَان مَا فَعَلَ بَعدَ هَذَا

“Apa yang dilakukan Utsman setelah hari ini tidak akan pernah membahayakannya.”

Kemudian, Abdurrahman bin Auf datang dengan membawa harta sebanyak 200 uqiyah. Abbas bin Abdul Mutholib, Thalhah bin Ubaidillah, Sa’ad bin Ubadah, Muhammad bin Maslamah, dan masih banyak lagi. Semuanya membawa harta sedekah mereka. Setiap orang membawa sesuai dengan kemampuannya. Hingga ada pula dari mereka yang hanya mampu berinfaq dengan segenggam maupun dua genggam kurma, tidak lebih dari itu. Bahkan, para wanita pun ikut menyumbangkan perhiasannya.

Yang menarik di sini adalah, orang-orang fakir dari kalangan datang kepada beliau untuk ikut bergabung dalam perang, lalu Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam berkata hingga diabadikan di dalam Al-Qur’an:

وَّلَا عَلَى الَّذِيْنَ اِذَا مَآ اَتَوْكَ لِتَحْمِلَهُمْ قُلْتَ لَآ اَجِدُ مَآ اَحْمِلُكُمْ عَلَيْهِ ۖتَوَلَّوْا وَّاَعْيُنُهُمْ تَفِيْضُ مِنَ الدَّمْعِ حَزَنًا اَلَّا يَجِدُوْا مَا يُنْفِقُوْنَۗ

“Dan tidak ada (dosa) atas orang-orang yang datang kepadamu (Muhammad), agar engkau memberi kendaraan kepada mereka, lalu engkau berkata, ‘Aku tidak memperoleh kendaraan untuk membawa kalian,’ lalu mereka kembali, sedang mata mereka bercucuran air mata karena kesedihan, lantaran mereka tidak memperoleh apa yang akan mereka infaqkan.”(QS. At-Taubah : 92).

Kemudian, Utsman dan Abbas memberikan perlengkapan untuk mereka.

Mereka sampai menangis dikarenakan tidak mampu berinfaq untuk agama ini. Lantas, mari kita tanya kepada diri kita, apa yang sudah kita beri untuk agama kita? Bukan shalat maupun puasa, karena itu memang kewajiban seorang Muslim. Namun, apa bagian dari hidup kita yang sudah kita berikan untuk Islam? Allah sudah menjamin agama ini pasti akan berjaya. Namun pertanyaannya, apakah kita hanya menjadi penonton atau ikut andil di dalamnya? Paling minimal hal yang bisa kita lakukan untuk dien ini adalah berdoa untuk kebaikan Islam dan kaum Muslimin dimanapun mereka berada.

Semoga Allah senantiasa menjadikan kita Muslim yang kaffah. Muslim yang senantiasa bermanfaat untuk umat. Muslim yang mampu berperan untuk Islam. Aamiin.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *