Tauladan Keluarga Sang Kekasih

Loading

Oleh: Muhammad Thau’an Abdillah

(Dai FKAM)

Khutbah Pertama

الحَمدُ لِلّهِ , الحَمدُ لِلّهِ الّذي أَرسَلَ رَسُولَهُ بِالهُدى وَدِينِ الحَقِّ لِيُظهِرَهُ عَلَى الدِّينِ كُلِّهِ وّكَفَى بِاللَّهِ شَهِيدًا

أَشْهدُ أَن لَاإِلهَ إِلَّا اللّهُ وَأَشهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبدُ اللّهِ وَرَسُوله

اللّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَ أَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَومِ الدِّينِ

أَمَّا بَعْدُ…

فَيَآ أَيُّهَا المُسلِمُونَ أُوصِكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَ اللَّهِ, فَقَدْ فَازَ المُؤْمِنُونَ فَقَدْ فَازَ المُتَّقُونَ, كَمَا قَالَ اللَّهُ تَعَالَى فِي كِتَابِهِ العَزِيزِ بَعدَ نَعُوذُ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ

يَآ أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حّقَّ تُقَاتِهِ فَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ

يَآ أَيُّهَا الّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَولًا سَدِيدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَ يَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوزًا عَظِيمًا

…اللَّهُ أَكبَر اللَّهُ أَكبَر اللَّهُ أَكبَر لَا إِلهَ إِلَّا اللَّهُ وَاللَهُ أَكْبَر اللَّهُ أَكبَر وَلِلَّهِ الحَمدُ

Puji syukur ke hadirat Allah Rabb semesta alam, yang karena curahan nikmat-Nya kita bisa melangkahkan kaki menuju tempat ini guna menjalankan shalat Idul Adha. Dengan nikmat-Nya pula, kita masih dipertemukan dengan hari yang mulia ini dengan ruh Islam dan iman yang bersemayam di dalam hati kita.

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar…

Hari ini adalah salah satu hari mulia di dalam Islam. Dimana pada hari ini sebagian saudara kita melaksanakan manasik haji di tanah suci harom Mekkah. Semoga kita yang belum berangkat mendapatkan ijin oleh Allah untuk menyusul.

Pada hari ini pula, kita disyariatkan untuk bergembira, yang diawali dengan berduyun-duyun menuju ke tempat shalat Ied. Kemudian dilanjut dengan adanya penyembelihan qurban. Dan yang berqurban pun disyariatkan untuk membagi kebahagiaannya dengan berbagi qurban ke sesama saudara muslim yang belum mampu berqurban. Semoga kebahagiaan kita pada hari ini bernilai pahala di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Ikhwanu Fiddien Rahimanii wa Rahimakumullah.

Pengorbanan pada Idul Adha selalu berkaitan dengan sejarah yang penuh hikmah. Sejarah pengorbanan yang tak pernah terbayangkan untuk akal manusia. Yakni sejarah pengorbanan keluarga sang Kekasih Allah, Ibrahim ‘Alaihissalam.Dan merupakan salah satu kebahagiaan hari ini adalah kita bisa menjadi ummat penerusnya, Insyaa Allah. Allah ‘Azza wa Jallaberfirman:

قَدْ كَانَتْ لَكُمْ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ فِىٓ إِبْرَٰهِيمَ وَٱلَّذِينَ مَعَهُ

“Sungguh telah ada suri tauladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan orang-orang yang bersama dengannya.”(QS. Al Mumtahanah: 4).

Allah Subhanahu wa Ta’ala juga berfirman:

لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِيهِمْ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَن كَانَ يَرْجُوا۟ ٱللَّهَ وَٱلْيَوْمَ ٱلْءَاخِرَ

“Sungguh pada mereka itu (Ibrahim dan ummatnya) terdapat suri tauladan yang baik bagimu; yaitu bagi orang-orang yang mengharapkan (pahala) Allah dan (keselamatan) pada hari kemudian.”(QS. Al Mumtahanah: 6).

Dari dua ayat ini, Allah memberikan arahan untuk mengambil pelajaran dari Nabi Ibrahim ‘Alaihissalambeserta keluarganya. Keluarga beliau adalah keluarga yang sudah lulus uji dunia dan akhirat, karena semua orientasi keluarga beliau adalah Allah.

Kita mulai dari Nabi Ibrahim ‘Alaihissalam. Beliau adalah sosok yang amat patuh atas segala perintah Allah. Dan beliau pun senantiasa mendapat perintah Allah yang tidak bisa dibilang ringan. Namun, perintah Allah selalu ditempatkan di atas segalanya bagi beliau, apapun resikonya. Bahkan, dikala malaikat Jibril menawarkan bantuan di saat api siap membakar, beliau pun tetap hanya pasrah kepada Allah. Karena ketaatan beliau inilah, Allah jadikan beliau sang Kekasih, sebagaimana firman-Nya:

 وَٱتَّخَذَ ٱللَّهُ إِبْرَٰهِيمَ خَلِيلًا

“Dan Allah telah memilih Ibrahim sebagai kekasih-Nya.”(QS. An Nisa’: 125).

Salah satu cobaan terberatnya adalah dikala beliau sedang senang-senangnya mendapatkan momongan dari ibunda Hajar, Allah memerintahkan beliau untuk meninggalkan keduanya di tanah tandus Mekkah. Yang pada saat itu belum ada kehidupan sama sekali di sana. Tentu beliau tak tega. Namun yang beliau yakini adalah ini perintah Allah, maka akan selalu ada hikmah dibaliknya.

Sekarang kita lihat bagaimana ibunda Hajar menjadi istri dan ibu yang taat juga akan perintah Allah. Ketika sudah sampai di tanah tandus Mekkah dengan dibekali air dan makanan yang cukup dari suami, maka Nabi Ibrahim ‘Alaihissalam pun pergi tanpa sepatah kata apa pun. Maka kemudian Ibunda Hajar bertanya, “Wahai Ibrahim ke mana engkau akan pergi, apakah engkau tega meninggalkan kami di lembah yang tandus dan tak ada manusia maupun apapun di sini?”

Ibrahim tidak menengok sama sekali, karena saking tidak teganya beliau. Ibunda Hajar pun mengulangi terus pertanyaan tersebut. Hingga kemudian ibunda Hajar mengganti pertanyaannya, “Apakah Allah yang memerintahkanmu?” Barulah Ibrahim mau menjawab, “Iya”.“Maka Allah tidak akan menyia-nyiakan kita,” begitulah ucap ibunda Hajar pasrah atas perintah Allah.

Hingga kemudian, ibunda Hajar kehabisan bekal yang mengharuskan beliau mencari sumber air, mulai dari bukit Safa sampai Marwa. Lama beliau tak kunjung mendapatkan air. Setelah tujuh kali dari bukit Safa ke Marwa, baru kemudian beliau mendapatkan rezeki berupa air Zam-Zam. Moment beliau mencari air inilah yang kemudian menjadi asal syariat Sa’i dalam ibadah haji dan umroh.

Tahun demi tahun berganti, maka Allah ijinkan bagi Nabi Ibrahim untuk menemui ibunda Hajar dan anaknya yang bernama Ismail yang kala itu sudah berumur tujuh tahun. Lagi-lagi disaat senang-senangnya, Nabi Ibrahim diberikan cobaan kembali oleh Allah Subhanahu wa Ta’aladengan cobaan yang lebih berat.

Dan sekarang kita lihat bagaimana keteguhan sang Anak, Ismail ‘Alahissalamdi atas ketaatan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Sebagaimana yang Allah abadikan di dalam Al Qur’an:

فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ ٱلسَّعْىَ قَالَ يَٰبُنَىَّ إِنِّىٓ أَرَىٰ فِى ٱلْمَنَامِ أَنِّىٓ أَذْبَحُكَ فَٱنظُرْ مَاذَا تَرَىٰ ۚ قَالَ يَٰٓأَبَتِ ٱفْعَلْ مَا تُؤْمَرُ ۖ سَتَجِدُنِىٓ إِن شَآءَ ٱللَّهُ مِنَ ٱلصَّٰبِرِينَ

“Maka ketika anak itu sudah sampai (pada umur) yang sanggup untuk berusaha bersamanya. (Ibrahim) berkata, ‘Wahai anakku! Sesungguhnya aku bermimpi bahwa aku menyembelihmu, maka bagaimana pendapatmu?’ Dia (Ismail) menjawab, ‘Wahai ayahku! Lakukanlah apa yang diperintahkan Allah kepadamu, Insyaa Allah engkau akan mendapatiku termasuk orang yang sabar’.” (QS. Ash Shaffat: 102).

Sungguh jawaban yang di luar nalar untuk anak-anak saat ini. Ketaatannya kepada Allah dan baktinya pada orang tua sungguh luar biasa. Ini juga hasil didikan dari ibunda Hajar selama ditinggal oleh sang Bapak. Sang Bapak bertawakal untuk menyembelih anaknya, dan sang anak pun bertawakal untuk disembelih bapaknya, hingga sebagaimana yang kita ketahui Allah gantikan sang Anak dengan domba yang gemuk dagingnya.

Ada beberapa point penting yang bisa kita petik dari keluarga sang Kekasih.

Yang pertama, kesamaan yang dimiliki oleh ketiga anggota keluarga tersebut adalah, ketaatan tanpa tolerir. Ketika sebuah keluarga, telah dibangun di atas pondasi taat kepada Allah serta bertawakal penuh atas segala perintah-Nya, maka Allah akan memberikan jalan bagi keluarga tersebut. Banyak keluarga yang berantakan padahal sepele mungkin masalahnya, karena tidak dibangun di atas ketaatan kepada Allah. Dan banyak keluarga yang berat problematikanya namun tetap bertahan, karena dibangun di atas ketaatan kepada Allah.

وَمَن يُطِعِ ٱللَّهَ وَرَسُولَهُۥ وَيَخْشَ ٱللَّهَ وَيَتَّقْهِ فَأُو۟لَٰٓئِكَ هُمُ ٱلْفَآئِزُونَ

“Dan barangsiapa taat kepada Allah dan Rasul-Nya serta takut kepada Allah dan bertaqwa kepada-Nya, mereka itulah orang-orang yang mendapat kemenangan.”(QS. An Nur : 52).

Point kedua adalah, ibu adalah pondasi keluarga. Sosok seorang ibu sangat mempengaruhi baik sebuah keluarga. Sebagaimana yang ada pada ibunda Hajar. Kalau saja ibunda Hajar tidak mau bersabar atas perintah Allah, mungkin Nabi Ismail tak kan tumbuh menjadi anak yang sesholih itu.

Kemudian point yang ketiga yang bisa kita petik adalah, pentingnya menyiapkan generasi yang siap melanjutkan kegelisahan akhirat kita. Sebagaimana yang kita lihat pada Nabiyullah Ismail. Hasil didikan dari kedua orang tua yang luar biasa. Terkadang kita terlalu gelisah akan kesuksesan dunianya sang Buah Hati, sampai kita lupa akan kesuksesannya di akhirat. Kita lihat bagaimana wasiat Ibrahim kepada anak-anaknya:

وَوَصَّىٰ بِهَآ إِبْرَٰهِۦمُ بَنِيهِ وَيَعْقُوبُ يَٰبَنِىَّ إِنَّ ٱللَّهَ ٱصْطَفَىٰ لَكُمُ ٱلدِّينَ فَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنتُم مُّسْلِمُونَ

“Dan Ibrahim mewasiatkan kepada anaknya, demikian pula Ya’qub, ‘Wahai anak-anakku, sesungguhnya Allah telah memilih agama ini untukmu, maka janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan muslim’.”(QS. Al Baqarah: 132).

Maka, sudah semestinya kegelisahan kita akan akhirat sang Anak lebih besar dari pada dunianya. Karena di hari akhir yang dapat kita banggakan dari mereka adalah amal ibadah mereka, shalat-shalat mereka, shoum mereka, serta doa-doa mereka untuk kita.

أَيُّهَا المُسلِمُونَ, بَارَكَ اللَّهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي القُرآنِ الكَريم , وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُم بِمَا فِيهِ مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الحَكِيْمِ, وَ أَقُولُ قَولِيْ هَذا ,وَ أَسْتَغفِرُ اللّهَ العَظِيمِ لِي وَلَكُم وَلِسَائِرِ المُسلِمِين, فَاسْتَغْفِرُوهُ إِنَّهُ هُوَ الغَفُورُ الرَّحِيم.

Khutbah Kedua

اللهُ اَكْبَرُ (٣×) اللهُ اَكْبَرُ (٤×) اللهُ اَكْبَرُ كبيرًا وَاْلحَمْدُ للهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ الله بُكْرَةً وَ أَصْيْلاً

لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَاللهُ اَكْبَرْ اللهُ اَكْبَرْ وَللهِ اْلحَمْدُ

 اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذي وَكَفَى، وَأُصَلِّيْ وَأُسَلِّمُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ الْمُصْطَفَى، وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَهْلِ الصِّدْقِ الْوَفَا.

 أَشْهَدُ أَنْ لَّا إلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ  أَمَّا بَعْدُ،

 فَيَا أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ،

إِنَّ اللهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا، اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ، فِيْ الْعَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ 

للّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ والْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ،

 اللهم ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ وَالْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالْفَحْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ وَالْبَغْيَ وَالسُّيُوْفَ الْمُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَائِدَ وَالْمِحَنَ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، مِنْ بَلَدِنَا هَذَا خَاصَّةً وَمِنْ بُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً، إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ عِبَادَ اللهِ،

اَللَّهُمَّ رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا صَلاَتَنَا وَصِيَامَنَا وَقِيَامَنَا وَقِرَاءَتَنَا وَرُكُوْعَنَا وَسُجُوْدَنَا وَقُعُوْدَنَا وَتَسْبِيْحَنَا وَتَهْلِيْلَنَا وَتَمْجِيْدَنَا وَتَحْمِيْدَنَا وَخُشُوْعَنَا يَا إِلَهَ الْعَالَمِيْنَ وَيَاخَيْرَ النَّاصِرِيْنَ بِرَحْمَتِكَ يَااَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ. وَصَلَّى اللهُ عَلَى خَيْرِ خَلْقِهِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ وَالْحَمْدُ ِللهِ رَبِّ العَالَمِيْن.

 إنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى ويَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَر

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *