Oleh: Muhammad Fawwaz Al Ghozy, BA
(Dai FKAM)
Khutbah Pertama
إِنَّ الْحَمْد للهِ، نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِينُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلا مُضِلَّ لَهُ، وَمْنْ يَضْلُلُ فَلَا هَادِيَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنْ لا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدُهُ لا شَرِيكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدَاً عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ.اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ. أَمَّا بَعْدُ
عِبَادَ اللهِ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ عَزَّ وَجَلَّ حَيْثُ قَالَ:
يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُّسْلِمُوْنَ
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا
فَأِنّ أَصْدَقَ الْحَدِيْثِ كِتَابُ اللهِ، وَخَيْرَ الْهَدْىِ هَدْىُ مُحَمّدٍ صَلّى الله عَلَيْهِ وَسَلّمَ، وَشَرّ اْلأُمُوْرِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةً، وَكُلّ ضَلاَلَةِ فِي النّارِ. أَمَّا بَعْد
Maasyiral Muslimin Rahimakumullah
Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam, yang telah mencurahkan kenikmatan dan karunia-Nya yang tak terhingga dan tak pernah putus sepanjang zaman kepada makhluk-Nya. Baik yang berupa kesehatan, kesempatan, sehingga pada kesempatan kali ini kita dapat menunaikan kewajiban shalat Jumat.
Shalawat dan salam, semoga tercurahkan kepada pemimpin dan suri tauladan kita, Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Dengan perjuangan beliau, cahaya Islam ini sampai kepada kita, sehingga kita dapat terbebas dari kejahilan dan kehinaan. Dan semoga shalawat serta salam, juga tercurahkan kepada keluarganya, para shahabat, serta pengikutnya hingga akhir zaman.
Pada kesempatan kali ini, tidak lupa khatib wasiatkan kepada diri khatib pribadi dan kepada jamaah sekalian, agar kita selalu meningkatkan kualitas keimanan dan ketaqwaan kita. Karena keimanan dan ketaqwaan adalah sebaik-baik bekal untuk menuju kehidupan hakiki di akhirat kelak.
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah
Sebelum datangnya Islam ke Andalusia pada paruh pertama abad ke 8 Masehi, daratan tersebut berada di zaman kegelapan. Negeri tersebut, yang saat ini terdiri dari dua Negara, Portugis dan Spanyol, dahulu sangat kumuh dan primitif. Rumah-rumahnya masih dibangun dari batu-batu kasar yang disusun bertumpuk-tumpuk. Kotoran hewan dan sampah dapur dibuang di depan rumah, sehingga menyebarkan bau busuk yang meresahkan. Penduduknya tidak bersahabat dengan kebersihan dan sanitasi.
Ketika Islam dibawa ke Andalusia, zaman kegelapan itu sirna begitu saja, digantikan dengan zaman yang terang dan gemilang. Perubahan itu terjadi dengan cepat. Syariat Islam membawa kemajuan, mengajarkan mandi dan menjaga kebersihan, yang memperlihatkan betapa syariat Islam benar-benar membawa perubahan yang lebih baik.
Ma’asyiral Muslimin Jamaah Shalat Jumat Rahimakumullah
Beberapa abad kemudian, tepatnya sekitar abad ke 11 Masehi, Andalusia mencapai puncak kejayaan di Eropa. Saat itu negeri Andalusia memiliki pemimpin yang ‘alim lagi shalih, adil dan amanah, memimpin dengan waktu kepemimpinan yang sangat panjang. Beliau adalah Abdurrahman bin An Nashir, raja Muslim yang paling lama memerintah negeri Andalusia, sekaligus salah satu pemimpin terkuat Andulusia seperti kakek moyangnya Abdurrahman Ad Dakhil.
50 tahun 6 bulan lamanya dia memimpin. Jikalau saat ini ada pemimpin yang memimpin dengan waktu selama itu, maka pastilah pemimpin tersebut sudah disebut dengan diktator. Tapi tidak dengan pemimpin yang satu ini. Bahkan dalam meja tugasnya, terdapat catatan pribadinya yang tercatat dalam sejarah. Dia sebutkan dalam catatan tersebut, bahwa dalam 50 tahun 6 bulan dia memimpin Andalusia, tidak ada hari yang nyaman baginya melainkan hanya 12 hari saja.
Ma’asyiral Muslimin Jamaah Shalat Jumat Rahimakumullah
50 tahun menjadi raja tetapi hidup dalam ketidaknyamanan. Karena beliau sadar, bahwa satu hari saja masa kepemimpinannya, keberadaannya akan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Lalu, bagaimana dengan 50 tahun?
Di bawah pemerintahan Abdurrahman bin An Nashir, Ibukota Andalusia (Cordoba) menjadi pusat intelektual paling penting di Eropa Barat. Dia memperluas perpustakaan kota, yang dikemudian hari diperkaya isinya oleh para penggantinya. Juga dikatakan di Cordoba saat itu terdapat 3000 Masjid dan 100.000 toko dan rumah selama masa pemerintahannya. Pemimpin ini yang membawa Andalusia kepada puncak kemakmurannya, menjadi pusat peradaban Eropa saat itu, serta pusat ilmu pengetahuan, dengan Cordoba menjadi ibukotanya.
Ma’asyiral Muslimin Jamaah Shalat Jumat Yang Dirahmti Oleh Allah
Sebagai pemimpin yang ‘alim, tentu dia juga mengangkat pemimpin di bawahnya yang luar biasa, yang memuliakan pemimpin agama. Seorang ahli ilmu yang ikhlas, dan tidak takut kepada siapapun kecuali kepada Allah Ta’ala. Seorang tersebut adalah Al Qadhi (Hakim) Mundzir bin Sa’id.
Saat terjadi kekeringan panjang di Negeri Andalusia. Hujan tak kunjung datang, tanah mulai retak, hewan dan tumbuhan mati karena kekurangan air. Sebagaimana yang dituliskan Imam Adz Dzahabi dalam kitabnya Tarikh Al Islam:
وَقَد اسْتَفرَغَ الوَسعَ فِي إِتقَانِ قُصُورُ الزَهرَاء وَزخرُفَتِهَا. وَقَد أَصَابَهُمُ قَحطٌ، وَأَرَادَ النَاسُ الإَستِسقَاءَ
“Pada saat Andalusia mempermegah istana Madinah Az Zahra-nya, maka kemudian Allah timpakan kepada penduduknya kekeringan panjang, maka kemudian penduduk ingin melaksanakan shalat Istisqa’.”
Maka kemudian, khalifah memerintahkan kepada seluruh rakyatnya untuk keluar melaksanakan shalat Istisqa’ (shalat meminta hujan). Di Cordoba saat itu shalat akan langsung dipimpin oleh orang ‘alim di zamannya, yaitu Al Qadhi Mundzir bin Sa’id Al Baluthiy Rahimahullah Ta’ala.
Pada hari yang telah ditentukan, masyarakat hadir ke lapangan untuk melaksanakan shalat. Dan kita tahu bahwasanya ketika seorang akan hadir untuk shalat Istisqa’, maka mereka akan hadir dengan penuh kekhusyu’an, merasa betapa dia hamba yang paling banyak dosanya. Karena tidak akan Allah turunkan hujan, jikalau yang datang adalah hamba-hamba yang sombong, dan tidak pernah merasa bersalah pada dosanya.
Pada saat masyarakat sudah sangat siap untuk melaksanakan shalat Istisqa’, bahkan sang Imam Al Qadhi Mundzir bin Sa’id juga telah siap untuk memimpin shalat Istisqa’, shalat Istisqa’ belum kunjung dimulai. Sebab, sang Khalifah Abdurrahman An Nashir Rahimahullah Ta’ala belum kunjung hadir.
Karena masih menunggu Khalifah, maka Qadhi Mundzir bin Sa’id memerintahkan seseorang untuk menyampaikan kepada Khalifah, bahwa beliau dan masyarakat sudah siap untuk shalat Istisqa’. Ketika hendak menyampaikan pesan Qadhi Mundzir bin Sa’id kepada Khalifah, utusan melihat Khalifah yang sedang sujud bersimpuh kepada Allah seraya berkata:
“Yaa Rabb, seperti inilah reputasiku di hadapan-Mu, lemah tak berdaya. Maka, janganlah engkau hukum hamba-hamba-Mu karena kesalahanku, karena sungguh Engkau Sang Maha Adil.”
Dan ketika utusan tersebut mengabarkan apa yang dilihatnya kepada Qadhi Mundzir bin Sa’id seraya berkata, “Tidaklah aku melihat ada yang lebih khusyu’ berdoa daripada Khalifah di hari ini dan dalam kesendiriannya dengan memakai pakaian kusut, berdoa sembari menangis dan mengakui dosa-dosanya.”
Kemudian Al Qadhi Mundzir sang Imam Besar berkata kepada utusan tersebut, “Ambillah payung, demi Allah dengan ijin Allah akan turun hujan.”
Subhanallah. Sekian lama tidak turun hujan. Langit pun terlihat cerah tak berawan gelap yang menandakan akan hujan. Lalu bagaimana seorang Qadhi Mundzir sang ‘alim ini bisa menjamin bahwa akan turun hujan? Bahkan dia berani bersumpah atas nama Allah! Padahal hujan mutlak hak prerogatif Allah, bukan urusan orang pintar, pawang hujan, atau bahkan orang shalih sekalipun.
Al Qadhi Mundzir memberikan pelajaran berharga bagi kita semua. Mengapa ia memberikan jaminan, “Demi Allah hari ini akan turun hujan”. Qadhi Mundzir berkata, “Kalaulah pemimpin di bumi ini khusyu’ dan tunduk kepada Yang Menguasai langit, tidak merasa angkuh, maka Allah Sang Penguasa langit akan menurunkan rahmat-Nya.”
Kemudian seperti yang dikatakan Qadhi Mundzir bin Sa’id Al Baluthiy, hujan turun dengan derasnya menyirami bumi Andalusia.
Ma’asyiral Muslimin Jamaah Shalat Jumat Yang Dirahmati Oleh Allah
Tentu sesungguhnya bukan hanya karena keshalihan pemimpinnya yang menjadi sebab turunnya rahmat Allah, tetapi juga karena sesungguhnya Qadhi Mundzir bin Sa’id juga seorang ulama shalih yang mengawal keadilan negeri itu dengan kesungguhan. Tidak berani mempermainkan hukum, bahkan kepada Khalifah sekalipun. Tidak tebang pilih hukum, atau tajam ke bawah tetapi tumpul ke atas. Orang seperti Qadhi Mundzir inilah yang dipilih Khalifah Abdurrahman An Nashir untuk mengawal keadilan di Negeri Andalusia.
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam pernah menyampaikan kepada kita semuanya, pada sebuah hadis yang diriwayatkan Imam Muslim dari Abu Hurairah:
رُبَّ أشعَثَ أَغبَرَ مَدفُوعُ بِالأَبوَابِ لَو أَقسَمَ عَلَى اللهِ لأَبَرُّهُ
“Terkadang ada seseorang yang terlihat kumuh atau dekil, yang ke mana pun dia pergi meminta pertolongan atau datang mengetuk pintu rumah orang dia pasti diusir, kalau dia bersumpah atas nama Allah, Allah pasti akan menggabulkannya.”
Artinya orang tidak menganggapnya seseorang, tidak dianggap orang penting, bahkan mungkin orang yang diabaikan oleh masyarakatnya. Tetapi kata Nabi terkadang ada orang seperti itu:
لَو أَقسَمَ عَلَى اللهِ لأَبَرُّهُ
“Kalau dia bersumpah atas nama Allah, Allah pasti akan menggabulkannya.”
Seperti Qadhi Mundzir bin Sa’id Al Baluthiy. Hanya saja, Qadhi Mundzir beliau seorang shalih juga ulama besar di bidang pengadilan.
Ma’asyiral Muslimin Jamaah Shalat Jumat Yang Dirahmati Oleh Allah
Dua hal ini, umara’ (pemimpin) dan ulama yang shalih dan takut kepada Allah adalah sesuatu yang berharga pada setiap zaman. Terlebih di zaman sekarang, ketika orang angkuh dengan jabatannya, bangga dengan kedzalimannya, sombong dengan hartanya, serta menuhankan akal dan ilmu pengetahuannya.
Padahal semua tahu, bahwa ilmu pengetahuan tidak mampu menyelesaikan semua hal. Keangkuhan tidak mampu mengentaskan kemiskinan, serta harta dan jabatan tidak menjadi jaminan kesejahteraan. Semua tahu kejadian seperti ini (lama tak kunjung turun hujan atau hujan deras setiap hari), ilmu pengetahuan tidak bisa memastikan kapan hujan akan turun atau kapan hujan akan berhenti. Tetapi kita sudah terlanjur diajari bergantung oleh materi dan fisik kita. Kita lupa bahwa kita mampu menyelesaikan segala hal dalam kehidupan ini. Bahkan seakan kita menjadi bodoh. Aqidah kita runtuh dengan menggantungkan diri pada pawang untuk meminta hujan atau menghentikannya.
Ma’asyiral Muslimin Jamaah Shalat Jumat Yang Dirahmati Oleh Allah
Zaman sekarang ini tentu menjadi sangat mahal dengan keberadaan sosok seperti Abdurrahman An Nashir Rahimahullah. Pemimpin dengan kekhusyu’annya, mengakui kelemahan dirinya, takut kepada Allah Ta’ala, memperjuangkan agama Allah. Dan dengan seorang ahli agama seperti Qadhi Mundzir bin Sa’id Al Baluthiy Rahimahullah, orang yang tidak pernah takut kepada siapapun untuk menyampaikan Al Haq, bahkan kepada pemimpin tertinggi sekalipun beliau akan sampaikan. Menegakkan keadilan, amanah, ilmu agama dia perjuangkan dengan penuh keikhlasan, tidak ada kepentingan dalam dirinya untuk kepentingan dunia, apalagi hanya sebuah posisi. Ini adalah sosok yang sangat mahal yang dimiliki Andalusia saat itu. Karenanya, Andalusia mencapai puncak kebesarannya pada masa itu.
Sementara itu, banyak di antara kita yang tertipu, tidak menyangka ada keterkaitan erat antara kepemimpinan dengan laknat. Bahwa kualitas keimanan seorang pemimpin bisa menjadi tolak ukur turunnya kasih sayang Allah Ta’ala.
Tidakkah kita belajar dari kisah shahabat Ubadah bin Shamit Radhiyallahu ‘anhu yang pulang dari Syam di bawah pimpinan Mu’awiyah Radhiyallahu ‘anhu menuju Madinah yang dipimpin Amirul Mukminin Umar bin Khattab Radhiyallahu ‘anhu karena sering tidak sepaham dengan Mu’awiyah, sering ada perbedaan pendapat antara dirinya dengan sang Gubernur. Namun, kepulangan Ubadah bin Shamit ini dilarang oleh Amirul Mukminin. Bahkan, Umar menentang keras kepulangan Ubadah bin Shamit. Apa alasannya? Karena tidak ada kebaikan bagi suatu negeri tanpa kehadirannya, atau orang shalih sepertinya.
Ma’asyiral Muslimin Jamaah Shalat Jumat Yang Dirahmati Oleh Allah
Adalah hal yang wajar jika ada perbedaan antara umara’ dan ulama, tetapi yang tidak wajar adalah jika umara’ memusuhi ulama. Karena tak akan ada kebaikan bagi suatu negeri tanpa kehadiran orang shalih di dalamnya. Sebab, tidak semua permasalahan dapat diselesaikan dengan mengandalkan kecerdasan dan kemampuan seorang pemimpin saja. Perlu ada kalimat-kalimat ampuh yang keluar dari lisan orang shalih, perlu adanya nasihat dan doa dari imam yang adil. Kalimat serta nasihat dari lisan yang digambarkan dalam hadis Nabi:
لَو أَقسَمَ عَلَى اللهِ لأَبَرُّهُ
“Kalau ia bersumpah atas nama Allah, Allah pasti akan menggabulkannya.”
Inilah yang sejatinya dibutuhkan oleh sebuah negeri. Kehadiran ulama serta orang-orang shalih yang didengar oleh pemimpin yang menyebabkan rahmat Allah turun kepada kita. Bukan negeri atau pemimpin yang memusuhi ulamanya.
Lalu apa yang terjadi jika suatu negeri memusuhi ulamanya? Bagaimana jika pemimpin tidak khusyu’ dan tunduk dengan aturan Allah? Maka laknatlah yang akan menimpa negeri tersebut. Sebab, makna laknat adalah dijauhkan dari rahmat dan kasih sayang Allah.
Ma’asyiral Muslimin Jamaah Shalat Jumat Yang Dirahmati Oleh Allah
Maka, keberadaan orang-orang yang shalih merupakan sesuatu yang sangat mahal di tengah-tengah kita. Terlebih keberadaan pemimpin-pemimpin yang khusyu’. Dan karena itulah Imam Ahmad bin Hanbal Rahimahullah berkata:
“Kalau saja aku tahu aku punya satu doa yang pasti dikabulkan Allah, akan aku berikan doa itu untuk pemimpin, karena kebaikan untuk pemimpin adalah kebesaran untuk umat ini.”
Semoga Allah Ta’ala mengaruniakan kepada kita pemimpin yang adil lagi takut kepada-Nya. Dan ulama Rabbani yang tak kenal rasa takut dalam menyampaikan kebenaran kepada pemimpinnya. Yang ketika bersumpah atas nama Allah, pasti Allah dengar dan Allah kabulkan. Karena masyarakat yang hidup bersama mereka adalah masyarakat yang akan hidup dengan penuh kenyamanan. Dan semoga Allah mendatangkan kemakmuran, kesejahteraan seperti yang Allah datangkan di negeri Andalusia di bawah kepemimpinan Abdurrahman An Nashir dan Al Qadhi Mundzir bin Sa’id Al Baluthiy Rahimahumullah.
أَقُوْلُ قَوْلِيْ هذا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
Khutbah Kedua
الْحَمْدُ للهِ وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلىَ رَسُوْلِ لله وَعَلىَ آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ وَالاَهُ
عِبَادَ اللهِ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ عَزَّ وَجَلَّ حَيْثُ قَالَ تَبَارَكَ وَتَعَالَى، أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ:
يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُّسْلِمُوْنَ
إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
اللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالمسْلِمَاتِ وَالمؤْمِنِيْنَ وَالمؤْمِنَاتِ الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعْوَةِ
اللَّهُمَّ أَلِّفْ بَيْنَ قُلُوبِنَا، وَأَصْلِحْ ذَاتَ بَيْنِنَا، وَاهْدِنَا سُبُلَ السَّلَامِ، وَنَجِّنَا مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ، وَجَنِّبْنَا الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، وَبَارِكْ لَنَا فِي أَسْمَاعِنَا، وَأَبْصَارِنَا، وَقُلُوبِنَا، وَأَزْوَاجِنَا، وَذُرِّيَّاتِنَا، وَتُبْ عَلَيْنَا إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ، وَاجْعَلْنَا شَاكِرِينَ لِنِعَمِكَ مُثْنِيْنَ بِهَا عَلَيْكَ، قَابِلِينَ لَهَا، وَأَتِمِمْهَا عَلَيْنَا
رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا
اللَّهُمَّ إنَّا نَسْأَلُكَ الهُدَى، والتُّقَى، والعَفَافَ، والغِنَى
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
وَصَلَّى اللهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ و َمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن
وَآخِرُ دَعْوَانَا أَنِ الْحَمْدُ لله رَبِّ الْعَالَمِيْنَ
عِبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالعَدْلِ وَالإِحْسَانِ وَإِيتَاءِ ذِي القُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالمُنْكَرِ وَالبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ
وَاذْكُرُوْا اللهَ الْعَظِيْمَ الْجَلِيْلَ يَذْكُرْكُمْ، وَأَقِمِ الصَّلَاة