Kegalauan Nabi Ya’qub Alaihis Salam

Loading

Oleh: Ustadz Thau’an Abdillah

Assalamualaikum warohmatullahi wabarokatuh.

Alhamdulillahrabbil ‘alamiin, segala puji bagi Allah Rabb semesta alam. Yang telah melimpahkan rahmat-Nya kepada kita semua, sehingga kita masih dipertemukan dengan bulan yang penuh berkah ini serta dalam keadaan sehat wal afiat.

Sholawat serta salam, semoga selalu tercurah kepada Nabiyullah Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Nabi yang telah memperjuangkan Dinul Islam, sehingga kita bisa merasakan betapa indahnya iman yang bersemayam di dalam hati dan betapa anggunnya Islam di dalam kehidupan.

Ikhwani fiddin rahimani wa rahimakumullah.

Namanya orang tua, tentu yang diharapkan adalah yang terbaik bagi anaknya. Zaman dulu ada yang berharap anaknya mampu memimpin suatu negara, ada yang berharap anaknya menjadi tentara, ada yang berharap anaknya menjadi seorang dokter, dan lain sebagainya. Seiring pergeseran zaman, anak semakin dibebaskan memilih cita-citanya. Pada zaman sekarang, cita-cita anak pun unik. Ada yang ingin jadi Youtuber, ada yang ingin jadi Selebgram, ada yang ingin jadi Gamer, dan cita-cita via sosial media lainnya.

Dalam pengharapan orang tua terhadap anak, kadang ada hal yang mendasar yang dilalaikan. Apakah itu? Hal tersebut adalah bagaimana anak tumbuh bersama agama.

Berkaitan dengan hal ini, mari kita menengok bagaimana harapan Nabi Ya’qub kepada anak-anaknya ketika ajal menjemputnya. Kegalauan beliau diabadikan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala di dalam Surat Al-Baqarah ayat 133:

اَمْ كُنْتُمْ شُهَدَاۤءَ اِذْ حَضَرَ يَعْقُوْبَ الْمَوْتُۙ اِذْ قَالَ لِبَنِيْهِ مَا تَعْبُدُوْنَ مِنْۢ بَعْدِيْۗ قَالُوْا نَعْبُدُ اِلٰهَكَ وَاِلٰهَ اٰبَاۤىِٕكَ اِبْرٰهٖمَ وَاِسْمٰعِيْلَ وَاِسْحٰقَ اِلٰهًا وَّاحِدًاۚ وَنَحْنُ لَهٗ مُسْلِمُوْنَ 

“Apakah kamu menjadi saksi dikala maut datang menjemput Ya’qub, ketika dia berkata kepada anak-anaknya, ‘Apa yang kalian sembah sepeninggalku?’ Mereka kemudian menjawab, ‘Kami akan menyembah Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu (Ibrahim, Ismail dan Ishaq) yaitu Tuhan Yang Maha Esa (Allah), dan kami hanya berserah diri kepada-Nya’.”  

Di sini kita bisa pahami, bahwa kegalauan beliau akan anak-anaknya sepeninggal beliau bukan apa dan bagaimana profesinya nanti. Namun, bagaimana hubungan anak-anak beliau dengan Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Ikhwani fiddin rahimani wa rahimakumullah.

Inilah yang semestinya kita jadikan asas besar pengharapan kita terhadap anak-anak kita, sebelum harapan kita akan dunianya. Kenapa demikian? Karena hanya anak yang shalih yang mampu menjadi garansi amalan kita dikala kita telah meninggal. Bukankah Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam telah mengabarkan hal ini?

 ‌إِذَا ‌مَاتَ ‌ابْنُ ‌آدَمَ انْقَطَعَ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلَاثٍ مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ أَوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ أَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ

“Jika anak Adam telah mati, maka terputuslah amalnya kecuali tiga hal; sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, serta anak shalih yang mendoakannya.”

Ikhwani fiddin rahimani wa rahimakumullah.

Kita boleh saja berharap anak kita menjadi pengusaha sukses, kaya, dihormati banyak orang. Namun, sebelum berharap besar ke sana, pastikan dulu hubungannya dengan Allah Subhanahu wa Ta’ala, karena yang bisa menjadi aset kita kelak adalah diplomasi mereka terhadap Allah, bukan diplomasi mereka terhadap manusia. Allah Subhanahu wa Ta’alaberfirman:

وَابْتَغِ فِيْمَآ اٰتٰىكَ اللّٰهُ الدَّارَ الْاٰخِرَةَ وَلَا تَنْسَ نَصِيْبَكَ مِنَ الدُّنْيَا وَاَحْسِنْ كَمَآ اَحْسَنَ اللّٰهُ اِلَيْكَ وَلَا تَبْغِ الْفَسَادَ فِى الْاَرْضِ ۗاِنَّ اللّٰهَ لَا يُحِبُّ الْمُفْسِدِيْنَ

“Dan carilah (pahala) negri akhirat dengan yang telah Allah anugerahkan kepadamu, tetapi janganlah kamu lupakan bagianmu di dunia, dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi. Sungguh Allah tidak menyukai orang yang berbuat kerusakan.” (QS. Al-Qashash: 77).

Allah telah menjadikan ayat ini sebagai patokan, agar kita mampu menyeimbangkan kehidupan kita ketika di dunia begitu pun anak-anak kita. Karenanya, khawatirlah akan akhirat anak-anak kita sebelum khawatir akan dunianya. Sehingga kemudian, ajarilah anak-anak kita akan akhiratnya sebelum kita ajari dunianya.

Semoga Allah memberi rezeki kita anak yang shalih yang sukses di dunia dan akhiratnya. Aamiin ya Rabbal ‘alamiin.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *