Oleh: Ustadz Muhammad Arsyad
Assalamu’alaikum warohmatullahi wabarokatuh.
Segala puji bagi Allah yang telah melimpahkan segala rahmat-Nya, sehingga kita masih dimudahkan untuk menyebut asma-Nya di setiap hembusan nafas. Shalawat serta salam, tak lupa selalu kita haturkan kepada suri tauladan kita, Nabiyullah Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Yang telah memperjuangkan Dinul Islam ini, sehingga kita pun bisa merasakan nikmatnya iman yang bersemayam di dalam dada dan indahnya Islam.
Ikhwani fiddin rahimani wa rahimakumullah.
Ikhlas di dalam amalan seperti sebuah pondasi untuk sebuah bangunan. Ikhlas adalah pondasinya, sedangkan amal shalih adalah bangunannya.
Manusia diciptakan adalah untuk beribadah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur’an:
وَمَا خَلَقْتُ الجِنَّ والإنْسَ إلا لِيَعْبُدُنْ
“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia, melainkan supaya mereka menyembah-Ku.” (QS. Adh-Dhariyat: 56).
Di dalam ibadah, seseorang butuh keikhlasan agar amalnya diterima. Sebab, ikhlas adalah syarat pertama yang harus ada pada seorang hamba dalam setiap ibadah dan amalannya.
Di dalam Al-Qur’an, banyak sekali ayat yang menerangkan mengenai ikhlas. Hal ini menunjukkan betapa besar kedudukan ikhlas di sisi Allah. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
قُلْ إِنَّي أُمِرْتُ أَنْ أَعْبُدَ اللّٰهَ مُخْلِصَ لَّهُ الدِّيْنَ
“Katakanlah: Sesungguhnya aku diperintahkan supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama.” (QS. Az-Zumar: 11).
Di dalam ayat yang lain, Allah Subhanahu wa Ta’ala juga berfirman:
وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاءَ وَيُقِيمُوا الصَّلَاةَ وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ وَذَلِكَ دِينُ الْقَيِّمَة
“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus.” (QS. Al-Bayyinah: 5).
Oleh karena itu, hendaknya seseorang benar-benar memperhatikan keikhlasan di hatinya.
Ikhwani fiddin rahimani wa rahimakumullah.
Ada berbagai buah dari amalan yang ikhlas:
Pertama adalah merasakan manisnya iman.
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
ذَاقَ طٓعْمَ الإيْمَانِ مَنْ رَضِيَ بِاللّٰهِ رَبًّا وَبِالإسلام دِيْنًا وَبِمُحَّدٍ رَسُوْلّا
“Seseorang akan merasakan rasa (manisnya) iman, bagi siapa yang ridho kepada Allah sebagai Rabb-nya, Islam sebagai agamanya, dan Muhammad sebagai Rasul yang diutus oleh-Nya.” (HR. Muslim).
Siapa saja yang beramal ikhlas karena Allah, pasti Allah akan memberikan di dalam hatinya kecintaan kepada Allah. Sementara di saat seorang hamba mencintai Rabb-nya, di saat itulah ia akan merasakan manisnya iman.
Buah yang kedua adalah Allah akan menerima amal shalihnya.
Betapa beruntungnya seseorang yang diterima oleh Allah amalnya. Sebab, saat itu dia telah menjadi orang yang Allah siapkan balasan amalnya. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
قُلْ إِنَّمَآ أَنَا۠ بَشَرٌ مِّثْلُكُمْ يُوحَىٰٓ إِلَىَّ أَنَّمَآ إِلَٰهُكُمْ إِلَٰهٌ وَٰحِدٌ ۖ فَمَن كَانَ يَرْجُوا۟ لِقَآءَ رَبِّهِۦ فَلْيَعْمَلْ عَمَلًا صَٰلِحًا وَلَا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِۦٓ أَحَدًۢا
“Katakanlah, ‘Sesungguhnya aku ini hanya seorang manusia seperti kalian, yang diwahyukan kepadaku bahwa sesungguhnya Tuhan kalian adalah Tuhan Yang Maha Esa. Barangsiapa mengharapkan perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang shalih dan janganlah ia mempersekutukan seorang pun dalam beribadat kepada Tuhannya’.” (QS. Al-Kahf: 110).
Ikhwani fiddin rahimani wa rahimakumullah.
Buah amalan ikhlas yang ketiga adalah mendapat perlindungan Allah.
Saat Allah mengusir iblis karena tidak mau bersujud kepada Adam Alaihissalam, iblis bersumpah akan menggoda manusia sehingga tersesat dari jalan lurus, kecuali orang-orang yang ikhlas dan jujur kepada Allah. Iblis tidak bisa menguasai mereka. Hal ini sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur’an:
قَالَ رَبِّ بِمَآ أَغْوَيْتَنِى لَأُزَيِّنَنَّ لَهُمْ فِى ٱلْأَرْضِ وَلَأُغْوِيَنَّهُمْ أَجْمَعِينَ. إِلَّا عِبَادَكَ مِنْهُمُ ٱلْمُخْلَصِينَ. قَالَ هَٰذَا صِرَٰطٌ عَلَىَّ مُسْتَقِيمٌ. إِنَّ عِبَادِى لَيْسَ لَكَ عَلَيْهِمْ سُلْطَٰنٌ إِلَّا مَنِ ٱتَّبَعَكَ مِنَ ٱلْغَاوِينَ
“Iblis berkata, ‘Ya Tuhanku, oleh sebab Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat, pasti aku akan menjadikan mereka memandang baik (perbuatan maksiat) di muka bumi, dan pasti aku akan menyesatkan mereka (manusia) semuanya, kecuali hamba-hamba Engkau yang ikhlas di antara mereka.’ Allah berfirman, ‘Ini adalah jalan yang lurus, kewajiban Aku-lah (menjaganya). Sesungguhnya hamba-hamba-Ku tidak ada kekuasaan bagimu (wahai iblis) terhadap mereka, kecuali orang-orang yang mengikuti kamu, yaitu orang-orang yang sesat’.” )QS. Al-Hijr: 39 – 42).
Oleh karena itu, beruntunglah orang-orang yang ikhlas karena dijaga oleh Allah.
Buah amalan ikhlas yang keempat adalah amalan yang paling baik di sisi Allah.
Sebagaimana keikhlasan dapat memberikan rasa manis di dalam hati, ia juga merupakan tanda kejujuran seseorang kepada Allah di dalam amalannya. Siapa saja yang jujur kepada Allah di dalam amalannya, maka pasti Allah akan memberikan kepadanya keajaiban-keajaiban di luar nalar seorang manusia.
Ada sebuah cerita yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari di dalam Shahih-nya dan Imam Ahmad di dalam Musnad-nya dengan kisah yang kurang lebih sama, yakni sebagai berikut:
“Dikisahkan ada 3 orang keluar berjalan menyusuri sebuah tempat. Tatkala hujan turun, mereka pun segera berteduh di dalam sebuah gua. Setelah sampai di dalamnya, sebuah batu jatuh dari atas menutup pintu gua itu.
Saat itu mereka mencoba untuk membukanya tapi tidak berhasil. Salah seorang dari mereka pun meminta agar semuanya berdoa dengan wasilah amalan shalih yang mereka kerjakan ikhlas karena Allah Ta’ala.
Mulailah mereka berdoa dengan amalan shalih yang pernah mereka kerjakan dengan harapan ia bisa menjadi wasilah keselamatan. Setiap satu orang dari mereka berdoa, batu itu bergerak dengan sendirinya, sampai akhirnya terbuka dan mereka bisa keluar.”
Ikhwani fiddin rahimani wa rahimakumullah.
Sesungguhnya siapa yang ikhlas dan jujur kepada Allah di dalam amalannya, bahkan walaupun dia adalah seorang petani yang bekerja di kebun, dia bisa menjadi orang yang diperhitungkan Allah karena keikhlasannya.