Kehidupan di akhirat merupakan kepastian. Setiap manusia akan memasukinya. Namun, sebelum kehidupan akhirat tiba, ada hari kiamat yang menjadi penandanya. Penanda berakhirnya kehidupan dunia.
Pada hari kiamat nanti, ada kejadian yang sangat dahsyat. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
اَلْقَارِعَةُۙ ١
وَمَآ اَدْرٰىكَ مَا الْقَارِعَةُ ۗ ٣
يَوْمَ يَكُوْنُ النَّاسُ كَالْفَرَاشِ الْمَبْثُوْثِۙ ٤
وَتَكُوْنُ الْجِبَالُ كَالْعِهْنِ الْمَنْفُوْشِۗ ٥
“Hari kiamat, apakah hari kiamat itu? Dan tahukah kamu apakah hari kiamat itu? Pada hari itu manusia seperti laron yang beterbangan, dan gunung-gunung seperti bulu yang dihambur-hamburkan.” (QS. Al-Qori’ah: 1-5).
اِذَا الشَّمْسُ كُوِّرَتْۖ ١
وَاِذَا النُّجُوْمُ انْكَدَرَتْۖ ٢
وَاِذَا الْجِبَالُ سُيِّرَتْۖ ٣
“Apabila matahari digulung, dan apabila bintang-bintang berjatuhan, dan apabila gunung-gunung dihancurkan.” (QS. AT-Takwir: 1-3).
اِذَا السَّمَاۤءُ انْفَطَرَتْۙ ١
وَاِذَا الْكَوَاكِبُ انْتَثَرَتْۙ ٢
وَاِذَا الْبِحَارُ فُجِّرَتْۙ ٣
“Apabila langit terbelah, dan apabila bintang-bintang jatuh berserakan, dan apabila lautan dijadikan meluap.” (QS. Al-Infitar: 1-3).
اِذَا السَّمَاۤءُ انْشَقَّتْۙ ١
وَاَذِنَتْ لِرَبِّهَا وَحُقَّتْۙ ٢
وَاِذَا الْاَرْضُ مُدَّتْۙ ٣
وَاَلْقَتْ مَا فِيْهَا وَتَخَلَّتْۙ ٤
وَاَذِنَتْ لِرَبِّهَا وَحُقَّتْۗ ٥
“Apabila langit terbelah, dan patuh kepada Tuhannya, dan sudah semestinya patuh, dan apabila bumi diratakan, dan memuntahkan apa yang ada di dalamnya dan menjadi kosong, dan patuh kepada Tuhannya, dan sudah semestinya patuh.” (QS. Insyiqaq: 1-5).
Alam semesta hancur. Manusia seperti laron yang beterbangan, gunung-gunung seperti bulu-bulu yang dihambur-hamburkan, matahari digulung, bintang berjatuhan, langit terbelah, lautan meluap, dan bumi diratakan. Sungguh sangat mengerikan. Demikianlah keadaannya pada kiamat nanti.
Manusia pun dibangkitkan dari alam kubur. Hal itu disebut dengan hari kebangkitan. Orang-orang yang beriman maupun orang-orang yang kafir, semuanya dibangkitkan. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
وَقَالَ الَّذِيْنَ اُوْتُوا الْعِلْمَ وَالْاِيْمَانَ لَقَدْ لَبِثْتُمْ فِيْ كِتٰبِ اللّٰهِ اِلٰى يَوْمِ الْبَعْثِۖ فَهٰذَا يَوْمُ الْبَعْثِ وَلٰكِنَّكُمْ كُنْتُمْ لَا تَعْلَمُوْنَ ٥٦
“Dan orang-orang yang diberi ilmu dan keimanan berkata (kepada orang-orang kafir), ‘Sungguh, kamu telah berdiam (dalam kubur) menurut ketetapan Allah, sampai hari kebangkitan. Maka inilah hari kebangkitan itu, tetapi (dahulu) kamu tidak meyakini(nya)’.” (QS. Ar-Rum: 56).
Sesudah manusia dibangkitkan, manusia dihimpun di Padang Mahsyar. Apa yang terjadi di Padang Mahsyar juga sangat mengerikan. Di Padang Mahsyar tersebut, matahari sangatlah dekat sehingga manusia tersiksa dalam keringatnya sesuai dengan kadar amal-amalnya (yakni dosa-dosanya). Di antara mereka ada yang keringatnya sampai kedua mata kakinya, ada yang sampai kedua lututnya, ada yang sampai pinggangnya, serta ada yang tenggelam dalam keringatnya. Sungguh merupakan hal yang sangat menderitakan.
Hal itulah yang menjadi penyebab muncul syafaatul udzma. Syafaatul udzma merupakan syafaat Allah melalui Rasululullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam untuk semua umat manusia oleh sebab penderitaan yang ada di Padang Mahsyar.
Di akhirat nanti, manusia pun akan memperoleh catatan amalnya, dihisab amalnya, serta akan ditimbang amalnya. Bagi yang ahli maksiat maupun orang yang kafir kepada Allah tentu ini akan membuat mereka merasa sangat ketakutan. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
وَوُضِعَ الْكِتٰبُ فَتَرَى الْمُجْرِمِيْنَ مُشْفِقِيْنَ مِمَّا فِيْهِ وَيَقُوْلُوْنَ يٰوَيْلَتَنَا مَالِ هٰذَا الْكِتٰبِ لَا يُغَادِرُ صَغِيْرَةً وَّلَا كَبِيْرَةً اِلَّآ اَحْصٰىهَاۚ وَوَجَدُوْا مَا عَمِلُوْا حَاضِرًاۗ وَلَا يَظْلِمُ رَبُّكَ اَحَدًا ࣖ ٤٩
“Dan diletakkanlah kitab (catatan amal), lalu engkau akan melihat orang yang berdosa merasa ketakutan terhadap apa yang (tertulis) di dalamnya, dan mereka berkata, ‘Betapa celaka kami, kitab apakah ini, tidak ada yang tertinggal, yang kecil dan yang besar melainkan tercatat semuanya,’ dan mereka dapati (semua) apa yang telah mereka kerjakan (tertulis). Dan Tuhanmu tidak mendzalimi seorang jua pun.” (QS. Al-Kahfi: 49).
يَوْمَ يَبْعَثُهُمُ اللّٰهُ جَمِيْعًا فَيُنَبِّئُهُمْ بِمَا عَمِلُوْاۗ اَحْصٰىهُ اللّٰهُ وَنَسُوْهُۗ وَاللّٰهُ عَلٰى كُلِّ شَيْءٍ شَهِيْدٌ ࣖ ٦
“Pada hari itu mereka semuanya dibangkitkan Allah, lalu diberitakan-Nya kepada mereka apa yang telah mereka kerjakan. Allah menghitungnya (semua amal perbuatan itu), meskipun mereka telah melupakannya. Dan Allah Maha Menyaksikan segala sesuatu.” (QS. Al-Mujadalah: 6).
وَنَضَعُ الْمَوَازِيْنَ الْقِسْطَ لِيَوْمِ الْقِيٰمَةِ فَلَا تُظْلَمُ نَفْسٌ شَيْـًٔاۗ وَاِنْ كَانَ مِثْقَالَ حَبَّةٍ مِّنْ خَرْدَلٍ اَتَيْنَا بِهَاۗ وَكَفٰى بِنَا حٰسِبِيْنَ ٤٧
“Dan Kami akan memasang timbangan yang tepat pada hari kiamat, maka tidak seorang pun dirugikan walau sedikit; sekalipun hanya seberat biji sawi, pasti Kami mendatangkannya (pahala). Dan cukuplah Kami yang membuat perhitungan.” (QS. Al Anbiya: 47).
Namun demikian, di antara umat Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam ada yang masuk Syurga tanpa hisab. Dari Hushain bin Abdurrahman berkata:
Ketika saya berada di dekat Sa’id bin Jubair, dia berkata, “Siapakah di antara kalian yang melihat bintang jatuh semalam?” Saya menjawab, “Saya.” Kemudian saya berkata, “Adapun saya ketika itu tidak dalam keadaan sholat, tetapi terkena sengatan kalajengking.” Lalu ia bertanya, “Lalu apa yang Anda kerjakan?” Saya menjawab, “Saya minta diruqyah.” Dia bertanya lagi, “Apa yang mendorong Anda melakukan hal tersebut?” Jawabku, “Sebuah hadis yang dituturkan Asy-Sya’bi kepada kami.” Ia bertanya lagi, “Apakah hadis yang dituturkan oleh Asy-Sya’bi kepada Anda?” Saya katakan, “Dia menuturkan hadis dari Buraidah bin Hushaib, ‘Tidak ada ruqyah kecuali karena ‘ain atau terkena sengatan’.”
Sa’id pun berkata, “Alangkah baiknya orang yang beramal sesuai dengan nash yang telah didengarnya, akan tetapi Ibnu Abbas Radhiyallahu ‘anhu menuturkan kepada kami hadis dari Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, Beliau bersabda, ‘Saya telah diperlihatkan beberapa umat oleh Allah, lalu saya melihat seorang Nabi bersama beberapa orang, seorang Nabi bersama seorang dan dua orang dan seorang Nabi sendiri, tidak seorang pun menyertainya. Tiba-tiba ditampakkan kepada saya sekelompok orang yang sangat banyak. Lalu saya mengira mereka itu umatku, tetapi disampaikan kepada saya itu adalah Musa dan kaumnya. Lalu tiba-tiba saya melihat lagi sejumlah besar orang, dan disampaikan kepada saya Ini adalah umatmu, bersama mereka ada tujuh puluh ribu orang, mereka akan masuk Syurga tanpa hisab dan adzab.’ Kemudian Beliau bangkit dan masuk rumah. Orang-orang pun saling berbicara satu dengan yang lainnya, ‘Siapakah gerangan mereka itu?’ Ada di antara mereka yang mengatakan, ‘Mungkin saja mereka itu shahabat Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.’ Ada lagi yang mengatakan, ‘Mungkin saja mereka orang-orang yang dilahirkan dalam lingkungan Islam dan tidak pernah berbuat syirik terhadap Allah.’ Dan menyebutkan yang lainnya. Ketika Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam keluar, mereka memberitahukan hal tersebut kepada beliau. Beliau bersabda, ‘Mereka itu adalah orang yang tidak pernah minta diruqyah, tidak meminta dikay dan tidak pernah melakukan tathayyur serta mereka bertawakal kepada Rabb mereka.’ Lalu Ukasyah bin Mihshon berdiri dan berkata, ‘Mohonkanlah kepada Allah, mudah-mudahan saya termasuk golongan mereka!’ Beliau menjawab, ‘Engkau termasuk mereka.’ Kemudian berdirilah seorang yang lain dan berkata, ‘Mohonlah kepada Allah, mudah-mudahan saya termasuk golongan mereka!’ Beliau menjawab, ‘Kamu sudah didahului Ukasyah’.” (HR Bukhari dan Muslim).
Di akhirat nanti, semua manusia akan melewati titian yang terbentang di atas permukaan Neraka Jahanam yang sangat licin, mempunyai kait, cakar dan duri. Itulah yang disebut dengan Shirath. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam telah bersabda:
“Lalu diutuslah amanah dan rohim (tali persaudaraan) keduanya berdiri di samping kiri-kanan Shirath tersebut. Orang yang pertama lewat seperti kilat.” Aku bertanya, “Dengan bapak dan ibuku (aku korbankan) demi engkau. Adakah sesuatu seperti kilat?” Rasul Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menjawab, “Tidakkah kalian pernah melihat kilat bagaimana ia lewat dalam sekejap mata? Kemudian ada yang melewatinya seperti angin, kemudian seperti burung dan seperti kuda yang berlari kencang. Mereka berjalan sesuai dengan amalan mereka. Nabi kalian waktu itu berdiri di atas Shirath sambil berkata, ‘Ya Allah selamatkanlah! Selamatkanlah!’ Sampai para hamba yang lemah amalannya, sehingga datang seseorang lalu ia tidak bisa melewati kecuali dengan merangkak.” Beliau menuturkan (lagi), “Di kedua belah pinggir Shirath terdapat besi pengait yang bergantungan untuk menyambar siapa saja yang diperintahkan untuk disambar. Maka ada yang terpeleset namun selamat dan ada pula yang terjungkir ke dalam Neraka.” (HR. Muslim).
Di akhirat nanti, ada yang dimasukkan ke Syurga, namun ada juga yang dimasukkan ke Neraka. Manusia yang dimasukkan ke Syurga akan memperoleh kenikmatan. Adapun yang dimasukkan ke Neraka akan memperoleh adzab yang pedih.