Biografi Singkat Ustadz Satriyanto

Loading

Biografi singkat kali ini adalah mengenai Ustadz Satriyanto. Ustadz Satriyanto lahir di Kampung Paya pada 19 Juli 1997 yang merupakan buah hati dari Bapak Tarmizi dan Ibu Yarni Kasmah. Saat ini Ustadz Satriyanto berdomisili di Dusun Teladan Desa Kampung Paya Kecamatan Kluet Utara Aceh Selatan.

Di Desa Kampung Paya itulah Ustadz Satriyanto dibesarkan. Beliau tinggal bersama ayah dan ibu di rumah kakek beliau. Pada masa kanak-kanak, beliau berada pada masa konflik antara TNI dan GAM Aceh. Dalam masa konflik tersebut, tentu banyak kisah pilunya.

Ustadz Satriyanto mulai belajar ngaji pada usia 5 tahun dan bisa ngaji Al-Qur’an pada usia 7 tahun. Untuk pendidikan formalnya, beliau menempuh pendidikan di SDN Kampung Paya tamat pada tahun 2009, MTs dan MA Pesantren Terpadu Darul Aitami tamat pada tahun 2015, LIPIA Banda Aceh tamat pada tahun 2017, dan LIPIA Jakarta tamat pada tahun 2022.

Kegiatan dakwah pertama yang beliau ikuti adalah kegiatan DKM se-Banda Aceh pada tahun 2017. Beliau terjun untuk berdakwah dari masjid ke masjid dalam kurun waktu sepekanan.

Kemudian mengikuti kegiatan Dai FKAM pada tahun 2018 di Desa Grintingan Kecamatan Sawangan Kabupaten Magelang. Lalu pada tahun 2019 masih bersama FKAM berdakwah di Kecamatan Sine Kabupaten Ngawi Jawa Timur. Kemudian berdakwah di kampung sendiri pada saat Covid 19 pada tahun 2020.

Hal yang sangat mengesankan saat berdakwah adalah tuntutan untuk bisa menghadapi rintangan dalam dakwah di tempat antah-barantah. Tempat yang sebelumnya belum pernah menapakinya. Hal itu pun memberikan kesan bagi beliau.

Mengenai kesulitan dalam berdakwah, beliau menganggap bahwa dalam dakwah itu banyak sekali kesulitan. Namun, semua itu akan bisa dilewati saat kita sudah berani memulainya.

Adapun pesan-pesan Ustadz Satriyanto kepada para dai adalah, saat kita sudah memantapkan niat untuk berdakwah, maka hal pertama yang harus kita lakukan adalah meluruskan niat, kemudian meminta bimbingan dari Allah, dan baru setelah itu menjaga diri agar ucapan kita sesuai dengan kelakuan kita. Berdakwah tidak hanya memberi contoh saja, namun hendaknya juga bisa menjadi contoh.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *