Kunci Meraih Kebahagiaan

Loading

Oleh: Departemen Dakwah, Pendidikan dan Advokasi FKAM

Khutbah Pertama

إِنَّ الْحَمْد للهِ، نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِينُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلا مُضِلَّ لَهُ، وَمْنْ يَضْلُلُ فَلَا هَادِيَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنْ لا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدُهُ لا شَرِيكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدَاً عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ.اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ. أَمَّا بَعْدُ

عِبَادَ اللهِ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ عَزَّ وَجَلَّ حَيْثُ قَالَ:

يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُّسْلِمُوْنَ

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا

فَأِنّ أَصْدَقَ الْحَدِيْثِ كِتَابُ اللهِ، وَخَيْرَ الْهَدْىِ هَدْىُ مُحَمّدٍ صَلّى الله عَلَيْهِ وَسَلّمَ، وَشَرّ اْلأُمُوْرِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةً، وَكُلّ ضَلاَلَةِ فِي النّارِ. أَمَّا بَعْد

Ma’asyiral Muslimin Jamaah Shalat Jumat Rahimakumullah

Puji dan syukur marilah kita sama-sama panjatkan ke hadirat Allah Subhanahu wa Ta’ala. Alhamdulillah, berkat limpahan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya, kita masih mendapatkan nikmat iman dan nikmat Islam. Kita masih mendapatkan nikmat sehat, nikmat panjang umur, dan nikmat kekuatan. Sehingga hati kita masih terpanggil menuruti perintah Allah, dan duduk bersimpuh di tempat yang Insyaa Allah penuh berkah ini. Tak sedikit saudara-saudara kita yang secara fisik terlihat sehat, namun kakinya tidak kuat dilangkahkan menuju masjid Allah.

Mudah-mudahan mereka segera mendapatkan taufik dan hidayah. Dan kita yang sudah mendapatkannya, semoga senantiasa dipelihara oleh Allah dan diberi keistiqomahan hingga penghujung usia. Aamiin, ya Allah.

Shalawat dan salam, semoga tercurahkan kepada pemimpin dan suri tauladan kita, Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Dengan perjuangan beliau, cahaya Islam ini sampai kepada kita, sehingga kita terbebas dari kejahilan dan kehinaan. Dan semoga shalawat serta salam juga tercurahkan kepada keluarganya, para shahabatnya, dan pengikutnya hingga akhir zaman.

Pada kesempatan kali ini, tidak lupa khatib wasiatkan kepada diri khatib pribadi dan kepada jamaah sekalian, agar kita selalu meningkatkan kualitas iman dan taqwa kita. Karena iman dan taqwa adalah sebaik-baik bekal untuk menuju kehidupan hakiki di akhirat kelak.

Ma’asyiral Muslimin Jamaah Shalat Jumat Rahimakumullah

Tazkiyah An-Nafs (membersihkan jiwa) merupakan salah satu tugas yang diemban Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

هُوَ الَّذِي بَعَثَ فِي الْأُمِّيِّينَ رَسُولًا مِنْهُمْ يَتْلُو عَلَيْهِمْ آيَاتِهِ وَيُزَكِّيهِمْ وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَإِنْ كَانُوا مِنْ قَبْلُ لَفِي ضَلَالٍ مُبِينٍ

“Dialah yang telah mengutus kepada umat yang ummi seorang rasul dari kalangan mereka. Dia membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, membersihkan (jiwa) mereka, dan mengajarkan kitab dan hikmah kepada mereka. Sesungguhnya sebelum itu mereka benar-benar berada dalam kesesatan yang nyata.” (QS. Al-Jumu’ah: 2).

Kebahagiaan yang merasakannya adalah hati. Oleh karenanya, hati menjadi kunci kebahagiaan seseorang. Akan tetapi, banyak orang salah jalan dan mencari kebahagiaan dengan memanjakan diri dan nafsunya. Padahal harusnya dia hanya membutuhkan satu kunci kebahagiaan. Kunci tersebut adalah dekatnya dia dengan Allah Ta’ala.

Allah juga telah menjadikan kebahagiaan seorang hamba tergantung kepada tazkiyah an-nafs.  Sebagaimana firman-Nya:

ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُم بِذِكْرِ ٱللَّهِ ۗ أَلَا بِذِكْرِ ٱللَّهِ تَطْمَئِنُّ ٱلْقُلُوبُ

“(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram.” (QS. Ar-Ra’ad: 28).

Oleh karena itu pula, Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengatakan kepada shahabat tercintanya Abu Bakar, saat puncak kecemasan menghampirinya di dalam goa. Sebagaimana dikisahkan dalam Al-Qur’an:

لَا تَحْزَنْ إِنَّ اللَّهَ مَعَنَا

“Janganlah bersedih, karena sungguh Allah bersama kita.” (QS. At-Taubah: 40).

Ma’asyiral Muslimin Jamaah Shalat Jumat Rahimakumullah

Makna kebahagiaan ini juga pernah diungkapkan oleh Imam Ibnu Taimiyah Rahimahullah:

“Apa yang bisa dilakukan musuh-musuhku terhadapku? Syurgaku dan tamanku ada di hatiku. Bila aku berjalan, maka ia bersamaku dan tidak pernah berpisah dariku. Penjaraku adalah kesendirianku (dengan Rabb-ku). Kematianku adalah syahadah (syahid). Pengusiranku dari negeriku adalah wisata bagiku.”

Ya, inilah kebahagiaan yang diinginkan oleh Islam dalam kehidupan kita. Bahagia dengan nilai-nilai keimanan, bahagia di saat melaksanakan ketaatan kepada Allah Ta’ala, dan bahagia dalam naungan keislaman. Allah Subhanahu  wa Ta’ala berfirman:

إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمُ الْمَلَائِكَةُ أَلَّا تَخَافُوا وَلَا تَحْزَنُوا وَأَبْشِرُوا بِالْجَنَّةِ الَّتِي كُنْتُمْ تُوعَدُونَ

“Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan, ‘Tuhan kami ialah Allah,’ kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka Malaikat akan turun kepada mereka (dengan mengatakan), ‘Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu merasa sedih; dan bergembiralah kamu dengan (memperoleh) Syurga yang telah dijanjikan Allah kepadamu’.” (QS. Fushshilat: 30).

Ma’asyiral Muslimin Jamaah Shalat Jumat Rahimakumullah

Ketika kita istiqomah dalam memegang ajaran agama Allah, maka kita akan merasakan keamanan dan kenyamanan yang luar biasa. Bahkan, Syurga Allah Ta’ala menanti di akhirat kelak sebagaimana yang telah dijanjikan Allah dalam ayat di atas. Rasa aman dan tentram dalam hidup adalah tanda kebahagiaan seseorang. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ كَانَتْ الْآخِرَةُ هَمَّهُ جَعَلَ اللَّهُ غِنَاهُ فِي قَلْبِهِ وَجَمَعَ لَهُ شَمْلَهُ وَأَتَتْهُ الدُّنْيَا وَهِيَ رَاغِمَةٌ وَمَنْ كَانَتْ الدُّنْيَا هَمَّهُ جَعَلَ اللَّهُ فَقْرَهُ بَيْنَ عَيْنَيْهِ وَفَرَّقَ عَلَيْهِ شَمْلَهُ وَلَمْ يَأْتِهِ مِنْ الدُّنْيَا إِلَّا مَا قُدِّرَ لَهُ. رواه الترمذي

Dari Anas bin Malik berkata: Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda, “Barangsiapa yang menjadikan akhirat tujuannya, maka Allah akan menjadikan kekayaan dalam hatinya, memudahkan segala urusannya, dan dunia akan datang kepadanya dengan hina (tidak pernah menguasai hati, semakin kaya semakin bersyukur-pen). Dan barangsiapa yang menjadikan dunia tujuannya, maka Allah akan meletakkan kefakiran di antara kedua matanya, menceraiberaikan segala urusannya, dan dunia tidak akan datang kecuali hanya sekedarnya.” (HR. Imam At-tirmizi).

Ma’asyiral Muslimin Jamaah Shalat Jumat Rahimakumullah

Adakalanya kita temukan dalam realitas kehidupan kita, bahwasanya sebagian manusia ada yang merasa bahagia dengan harta yang melimpah ruah. Mereka puas dan bahagia ketika berfoya-foya. Mereka menghamburkan kekayaannya dan hal-hal yang tidak berfaedah lainnya.

Ada juga yang puas dan bahagia dengan menjalankan kemaksiatan dan kemungkaran. Merasa tentram dan nyaman dengan segala aksi asusila. Menontonkan aurat dan selingkuh, serta berganti-ganti pasangan. Bahagia dengan minuman keras, ekstasi, dan perjudian.

Namun, di balik kehidupan yang serba gelap dan kebahagian yang semu, kita masih melihat hamba-hamba Allah Ta’ala yang mengoptimalkan harta, waktu dan tenaga untuk membangun amal unggulan dan amal shalih. Mereka merasa bersalah ketika tidak memperhatikan saudara-saudaranya yang sedang dihimpit kesusahan. Kegelisahan merasuki jiwa mereka tatkala meninggalkan amal-amal shalih; tidak bertilawah, tidak shalat berjamaah, dan amal kebaikan lainnya.

Imam Hasan Al-Bashri Rahimahullah pernah berkata:

تَفقَّدُوْا الْحَلاوَةَ فِي ثلاثةِ أشْياءَ: فِي الصَّلاةِ وفي الذِكْرِ وفِي قِرَاءَةِ القرآنِ

“Carilah kebahagiaan dalam tiga hal: Dalam shalat, dalam dzikir, dan dalam tilawah Al-Qur’an.”

Imam Ibnu Qoyyim Rahimahullah mengklasifikasikan kebahagiaan yang mempengaruhi suasana jiwa seseorang menjadi tiga:

Pertama: Kebahagiaan yang berkaitan dengan eksternal. Yaitu bahagia dengan harta yang berada di luar diri manusia. Ia bahagia ketika mendapatkan kekayaan. Inilah kebahagiaan yang disebut dengan “ladzdzah wahmiah khayaliah” (kebahagiaan semu). Dan ketika ia bahagia membelanjakan hartanya untuk memenuhi syahwatnya yang dilarang, maka inilah yang disebut “ladzdzah bahimiah” (kebahagiaan dan kenikmatan hewani).

Kedua: kebahagiaan yang berkaitan dengan nikmat badaniyah. Bahagia dengan kesehatan yang prima. Bahagia dengan kesempurnaan ciptaannya. Bahagia dengan kecantikan dan kemolekan tubuhnya, dan nikmat badaniyah lainnya. Ini juga termasuk kebahagiaan yang semu. Alangkah indahnya ungkapan penyair Arab:

 يا خادمَ الْجِسْمِ كَمْ تَشْقَى بِخِدْمَتِهِ فأنتَ بِالرُّوْحِ لا بالجسمِ إنسانٌ

“Wahai pelayan jasad, berapa banyak kamu sengsara dalam melayani. Kamu hanya dengan ruh bukan dengan jasad, disebut manusia.”

Dan yang Ketiga: Kebahagiaan yang sebenarnya. Kebahagiaan dunia akhirat. Kebahagiaan abadi dan hakiki. Kebahagiaan yang kita dambakan semua. Yaitu kebahagiaan yang bersumber dari nilai-nilai ketaatan kepada Allah Ta’ala.

Ma’asyiral Muslimin Jamaah Shalat Jumat Rahimakumullah

Untuk menggapai kebahagiaan yang hakiki, kita harus memiliki sebab-sebab yang melahirkan kebahagiaan ini.

Pertama: Keimanan dan Tauhid

فَمَنْ يُرِدِ اللَّهُ أَنْ يَهدِيَهُ يَشْرَحْ صَدْرَهُ لِلْإِسْلَامِ وَمَنْ يُرِدْ أَنْ يُضِلَّهُ يَجْعَلْ صَدْرَهُ ضَيِّقًا حَرَجًا كَأَنَّمَا يَصَّعَّدُ فِي السَّمَاءِ كَذَلِكَ يَجْعَلُ اللَّهُ الرِّجْسَ عَلَى الَّذِينَ لَا يُؤْمِنُونَ

“Barangsiapa yang Allah kehendaki akan memberikan kepadanya petunjuk, niscaya Dia melapangkan dadanya untuk (memeluk agama) Islam. Dan barangsiapa yang dikehendaki Allah kesesatannya, niscaya Allah menjadikan dadanya sesak lagi sempit, seolah-olah ia sedang mendaki ke langit. Begitulah Allah menimpakan siksa kepada orang-orang yang tidak beriman.” (QS. Al-An’am: 125).

Keimanan dan ketauhidan yang mengkristal dalam jiwa seorang muslim merupakan sumber dari segala sumber kebahagiaan. Keistiqomahan dalam bertauhid akan memberikan energi baru untuk menghadapi segala ragam kehidupan. Ia tidak akan pernah takut dan bersedih dalam menjalani kehidupan dalam kondisi apapun. Baik dalam kondisi lapang maupun dalam kondisi dan situasi yang sempit. Ia tetap eksis dalam menjalani kehidupan dengan kekuatan iman ini.

Kedua: Tazkiatun Nafs (Mensucikan Diri)

Salah satu sebab yang bisa mendatangkan kebahagiaan seseorang dalam hidup ini adalah kesucian jiwa. Jiwa yang suci akan mendatangkan banyak manfaat dan kebaikan dalam kehidupan seseorang di dunia maupun di akhirat. Karena pangkal kebaikan diri seseorang, keluarga, masyarakat dan bahkan bangsa diawali dengan kebaikan jiwa seseorang. Manusia yang memiliki jiwa yang suci dan sehat akan senantiasa berkomitmen dengan nilai-nilai kebaikan. Allah Ta’ala berfirman:

“Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketaqwaannya. Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu, dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya.” (QS. Asy-Syamsy: 8-10).

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

“…Ketahuilah, di dalam tubuh manusia terdapat segumpal daging. Jika ia baik, seluruh tubuh pun baik. Dan jika ia rusak, seluruh tubuh pun rusak. Ketahuilah, segumpal daging itu adalah hati.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Ibnu Rajab berkata, “Hati yang baik adalah yang terbebas dari segala penyakit hati dan berbagai perkara yang dibenci. Hati yang penuh kecintaan dan rasa takut kepada Allah, dan rasa takut berjauhan dari Allah Subhanahu wa Ta’ala.”

Ketiga: Shalat

Sebab kebahagiaan yang lain adalah shalat. Karena shalat adalah cahaya, ketenangan dan ketentraman dalam jiwa kita. Shalat juga penghubung antara Allah dan hamba-Nya yang beriman dan bertaqwa. Dengan shalat mereka menemukan ketenangan dan kebahagiaan. Bahkan dalam menghadapi musibah pun diperintahkan untuk shalat. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

“Dan memohonlah pertolongan (kepada Allah) dengan kesabaran dan shalat…” (QS. Al-Baqarah: 45).

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi  wa Sallam bersabda, “Dijadikan ketenanganku di dalam shalat.” Dan apabila mendapatkan kesulitan, beliau berkata kepada Bilal, “Wahai Bilal, qamatlah! Agar dengan shalat tersebut kami tenang.” (Imam Abu Dawud).

Keempat: Ridho dan Qona’ah

Ridho dan qona’ah merupakan akhlak mulia yang harus dimiliki oleh setiap muslim. Karena ridho dan qona’ah adalah bentuk ketulusan, keikhlasan, dan ketundukan seorang hamba dalam menerima hasil akhir dari amal usahanya. Dengan ridho, manusia akan menerima segala keputusan yang telah digariskan oleh Allah. Baik yang berkaitan dengan dirinya, keluarganya, maupun harapan-harapan lain yang sangat dicita-citakan dalam kehidupannya.

Kekuatan ridho dan qona’ah akan membendung keputusasaan dan kesedihan yang akan masuk dalam ruang kepribadian kita. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

“Tiada suatu bencana pun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam Kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah. (Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri.” (QS. Al-Hadid: 22-23).

Kelima: Dzikir

Seorang mukmin sangat memerlukan ketenangan hati dan ketentraman jiwa. Karena itu, ia perlu memperbanyak dzikir kepada Allah. Agar senantiasa berhubungan dengan Allah, bersandar kepada-Nya, memohon pertolongan dan ampunan-Nya. Dengan senantiasa berdzikir kepada Allah dalam kondisi apapun, manusia akan merasa tentram, tidak ada rasa takut, tidak ada rasa khawatir dan kesedihan dalam jiwanya. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

“(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram.” (QS. Ar-Ra’du: 28).

Ma’asyiral Muslimin Jamaah Shalat Jumat Rahimakumullah

Semoga dengan sentuhan ayat-ayat Allah Ta’ala dan hadits Nabawiyah, kita semua bisa melakukan perbaikan diri dalam kehidupan yang fana ini. Agar kita mendapatkan kebahagiaan yang hakiki, bahagia di dunia dan bahagia di akhirat. Dan semoga kita dijadikan oleh Allah Ta’ala hamba-hamba-Nya yang shalih dan muttaqin. Aamiin Ya Mujiibassaa’iliin.

أَقُوْلُ قَوْلِيْ هذا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

Khutbah Kedua

الْحَمْدُ للهِ وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلىَ رَسُوْلِ لله وَعَلىَ آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ وَالاَهُ

عِبَادَ اللهِ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ عَزَّ وَجَلَّ حَيْثُ قَالَ تَبَارَكَ وَتَعَالَى، أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ:

يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُّسْلِمُوْنَ

إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.

اللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالمسْلِمَاتِ وَالمؤْمِنِيْنَ وَالمؤْمِنَاتِ الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعْوَةِ

اَللَّهُمَّ اجْعَلْنَا هُدَاةً مُهْتَدِيْنَ غَيْرَ ضَالِّيْنَ وَلَا مُضِلِّيْنَ، اَللَّهُمَّ اسْتُرْ عَوْرَاتِنَا وَءَامِنْ رَوْعَاتِنَا وَاكْفِنَا مَا أَهَمَّنَا وَقِنَا شَرَّ مَا قَضَيْتَنَا

رَبَّنَا ءَاتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

وَصَلَّى اللهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ و َمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن

وَآخِرُ دَعْوَانَا أَنِ الْحَمْدُ لله رَبِّ الْعَالَمِيْنَ

عِبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالعَدْلِ وَالإِحْسَانِ وَإِيتَاءِ ذِي القُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالمُنْكَرِ وَالبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ

وَاذْكُرُوْا اللهَ الْعَظِيْمَ الْجَلِيْلَ يَذْكُرْكُمْ، وَأَقِمِ الصَّلَاة

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *