Tiga Hal yang Mengikuti Jenazah

Loading

Oleh: Nashrul Umam

(Dai FKAM)

Khutbah Pertama

إِنَّ الْحَمْد للهِ، نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِينُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلا مُضِلَّ لَهُ، وَمْنْ يَضْلُلُ فَلَا هَادِيَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنْ لا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدُهُ لا شَرِيكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدَاً عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ.اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ. أَمَّا بَعْدُ

عِبَادَ اللهِ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ عَزَّ وَجَلَّ حَيْثُ قَالَ:

يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُّسْلِمُوْنَ

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا

فَأِنّ أَصْدَقَ الْحَدِيْثِ كِتَابُ اللهِ، وَخَيْرَ الْهَدْىِ هَدْىُ مُحَمّدٍ صَلّى الله عَلَيْهِ وَسَلّمَ، وَشَرّ اْلأُمُوْرِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةً، وَكُلّ ضَلاَلَةِ فِي النّارِ. أَمَّا بَعْد

Segala puji hanya milik Allah Subhanahu wa Ta’ala, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam, semoga tetap tercurahkan kepada baginda Rasulullah Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan yang berhak disembah dengan sebenar-benarnya sesembahan selain Allah, tiada sekutu bagi-Nya. Dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan -Nya… Amma ba’du.

Jamaah Sholat Jumat yang Dimuliakan Allah

Tak lupa kami wasiatkan kepada diri khotib pribadi dan umumnya pada jamaah sekalian, untuk bertaqwa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Ketika tidak ada bekal satu pun untuk menghadap Allah, setidaknya dengan taqwa kita dapat menghadap Allah dengan tenang.

Maasyiral Muslimin Rahimakumullah

Kita tak pernah tahu kapan Allah memanggil kita? Dalam kondisi seperti apa? Di bumi sebelah mana? Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

إِنَّ ٱللَّهَ عِندَهُۥ عِلۡمُ ٱلسَّاعَةِ وَيُنَزِّلُ ٱلۡغَيۡثَ وَيَعۡلَمُ مَا فِي ٱلۡأَرۡحَامِۖ وَمَا تَدۡرِي نَفۡسٞ مَّاذَا تَكۡسِبُ غَدٗاۖ وَمَا تَدۡرِي نَفۡسُۢ بِأَيِّ أَرۡضٖ تَمُوتُۚ إِنَّ ٱللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرُۢ  ٣٤

“Dan tiada seorang pun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya besok. Dan tiada seorang pun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (QS. Luqman: 34).

Kita hanya mampu mempersiapkan bekal menyambut itu semua. Dengan rajin beribadah, mengerjakan amal-amal kebaikan, dan lainnya. Dan tidak ada bekal sedikit pun berupa harta duniawi yang kita bawa, melainkan akan kita tinggalkan semenjak Allah mengambil ruh dari jasad. Karena itu, jadikanlah dunia sebagai wasilah untuk kita mendapatkan akhirat, dan tidak lalai dengannya.

Diriwayatkan oleh Al-Bukhari dan Muslim di dalam kitab Shahih-nya, hadis dari Anas bin Malik Radhiyallahu ‘anhu, bahwa Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

“Mayit itu diikuti oleh tiga golongan. Akan kembali dua golongan, dan satu golongan akan tetap menemaninya. Dia akan diikuti oleh keluarganya, hartanya, dan amalnya. Maka keluarga dan hartanya akan kembali pulang, sementara amalnya akan tetap menemaninya.” (Shahih Bukhori 4/194 no. 6415).

Hadis ini telah dijelaskan oleh Al-Hafiz Ibnu Rajab Al-Hambali di dalam risalah yang sangat berharga. Bahwa anak Adam pasti memiliki keluarga yang selalu bergaul dengan dirinya, harta sebagai bekal hidupnya. Dua shahabat ini selalu menyertainya dan suatu saat akan berpisah dengannya. Maka, orang yang berbahagia adalah orang yang menjadikan harta sebagai sarana untuk berdzikir kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, menafkahkannya untuk kepentingan akhirat, dan mengambil harta itu sebatas kebutuhan yang bisa menyampaikannya untuk kehidupan akhirat. Dia mencari istri yang shalihah yang bisa menjaga keimanannya. Adapun orang yang menjadikan harta dan keluarga yang menyibukkannya sehingga melalaikan Allah Subhanahu wa Ta’ala, maka dia temasuk orang yang merugi. Sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala tentang orang-orang Badui zaman dahulu:

شَغَلَتْنَا أَمْوَالُنَا وَأَهْلُونَا فَاسْتَغْفِرْلنَا

“Harta dan keluarga kami telah merintangi kami, maka mohonkanlah ampunan untuk kami…” (QS. Al-Fath: 11).

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تُلْهِكُمْ أَمْوَالُكُمْ وَلَا أَوْلَادُكُمْ عَن ذِكْرِ اللَّهِ وَمَن يَفْعَلْ ذَلِكَ فَأُوْلَئِكَ هُمُ الْخَاسِرُونَ

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah harta-hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barangsiapa yang membuat demikian, maka mereka itulah orang-orang yang rugi.” (QS. Al-Munafiqun: 9).

Diriwayatkan Al-Hakim di dalam Al-Mustadrok, dari hadis Sahl bin Sa’d, bahwa Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda, “Jibril datang kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dan berkata, ‘Wahai Muhammad, hiduplah sekehendakmu sebab engkau pasti akan mati. Cintailah siapa yang engkau kehendaki sebab engkau akan meninggalkannya. Dan berbuatlah apa yang engkau kehendaki sebab engkau akan mendapat balasannya.’ Kemudian dia jibril berkata, ‘Wahai Muhammad, kemuliaan seorang Mukmin ada pada saat qiyamullail dan ketinggiannya ada saat ketidakbersandarnya pada manusia’.” (Kitab At Targhib wa Tarhib, HR. At Thabarani no. 1/485).

Maasyiral Muslimin Rahimakumullah

Apabila anak Adam mati meninggalkan dunia ini, maka dia tidak mengambil sedikit pun manfaat dari keluarga dan hartanya, kecuali doa keluarga untuknya, permohonan ampun mereka untuk dirinya, dan perbuatan-perbuatan yang dijelaskan oleh syariat yang bisa mendatangkan manfaat untuk dirinya serta apa yang dikeluarkan dari hartanya untuk kebutuhan dirinya.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

يَوْمَ لَا يَنفَعُ مَالٌ وَلَا بَنُونَ إِلَّا مَنْ أَتَى اللَّهَ بِقَلْبٍ سَلِيمٍ

“(Yaitu) di hari dimana harta dan anak-anak laki-laki tidak berguna, kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih.” (QS. Asy-Asyu’ara: 88-89).

Allah Subhanahu wa Ta’ala juga berfirman:

وَلَقَدْ جِئْتُمُونَا فُرَادَى كَمَا خَلَقْنَاكُمْ أَوَّلَ مَرَّةٍ وَتَرَكْتُم مَّا خَوَّلْنَاكُمْ وَرَاء ظُهُورِكُمْ

“Dan sesungguhnya kamu datang kepada Kami sendiri-sendiri sebagaimana kamu Kami ciptakan pada mulanya, dan kamu tinggalkan di belakangmu (di dunia) apa yang telah Kami kurniakan kepadamu…” (QS. Al-An’am: 94).

Diriwayatkan oleh Muslim di dalam kitab Shahih-nya, dari hadis Abi Hurairah, bahwa Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda, “Apabila anak Adam meninggal, maka akan terputus amalnya kecuali tiga hal: Sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak shalih yang selalu mendoakan kedua orang tuanya.” (Shahih Muslim hal. 670 no. 1631).

Maasyiral Muslimin Rahimakumullah

Adapun teman pertama adalah keluarga. Keluarga tidak akan memberikan manfaat apapun baginya setelah kematiannya, kecuali orang yang memintakan ampun baginya dan berdoa baginya seperti apa yang telah disebutkan tadi. Bisa jadi keluarganya tidak mendoakan lagi baginya, namun bisa jadi orang lain yang lebih jauh, lebih memberikan manfaat. Sebagaimana yang pernah diungkapkan oleh orang-orang shalih: Keluargamu sibuk membagi warisan yang telah engkau tinggalkan, sementara ada orang lain yang bersedih dengan kematianmu dan berdoa untukmu pada saat dirimu berada di antara himpitan lubang-lubang dalam tanah.

Dan di antara keluarga itu ada yang menjadi musuh bagimu. Sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنَّ مِنْ أَزْوَاجِكُمْ وَأَوْلَادِكُمْ عَدُوًّا لَّكُمْ فَاحْذَرُوهُمْ

“Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya di antara istri-istrimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu.” (QS. Al-Tagabun: 14). Musuh di sini adalah yang menjadikan kita lalai dari  beribadah kepada Allah.

Maasyiral Muslimin Rahimakumullah

Adapun teman yang kedua adalah harta. Maka, dia tidak mengikuti pemiliknya dan tidak pula masuk ke dalam kuburnya. Dan kembalinya harta tersebut, sebagai kalimat kiasan bahwa harta itu tidak menemani pemiliknya di dalam kuburnya dan tidak masuk ke dalam liang kubur pemiliknya. Mungkin pernah ada di media elektronik, kok ada jenazah yang dikubur bersama harta-hartanya, dikuburkan secara bersampingan, bahkan memenuhi kuburannya. Hal itu karena mereka beranggapan bahwa dengan itu semua bisa membantu si mayit tenang menghadap tuhannya. Hadirin yang mulia. Wallahi, tak sedikit pun itu semua dapat membantunya.

Diriwayatkan oleh Muslim dari hadis Abi Hurairah Radhiyallahu ‘anhu, bahwa Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda, “Kelak di akhirat anak Adam berkata, ‘Hartaku, hartaku.’ Kemudian Allah berkata, ‘Apakah engkau memiliki harta wahai anak Adam, kecuali apa yang engkau telah makan dan habis, atau engkau pakai lalu rusak, atau engkau sedekahkan lalu engkau berlalu membawanya, dan apa-apa selain itu maka dia pergi dan ditinggalkan untuk orang lain’.” (Shahih Muslim hal. 1187 no. 2958).

Maka, seorang hamba tidak akan mengambil manfaat apapun dari hartanya, kecuali apa yang dipersembahkannya untuk masa depan dirinya di (akhirat kelak) dan menafkahkan harta itu di jalan Allah Subhanhu wa Ta’ala. Dan apa yang telah dimakan dan dipakainya, maka dia bukan bagian yang menjadi miliknya (secara hakiki) dan bukan pula dosa baginya dalam pemanfaatannya. Kecuali jika dia berniat dengan niat amal shalih, maka akan diberikan kepadanya pahala secara mutlak.

Adapun teman yang ketiga: Dia adalah amal yang mengikuti pemiliknya ke dalam kubur dan hidup bersamanya dalam kubur tersebut. Dia bersamanya pada saat dibangkitkan menghadap Allah Subhanahu wa Ta’ala. Amal itu menyertainya pada saat dikumpulkan di Padang Mahsyar, di atas Shirot, pada saat ditimbang, dan dengan amal itu pula seseorang akan memperoleh tingkat kedudukannya di Syurga atau di Neraka. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

مَنْ عَمِلَ صَالِحًا فَلِنَفْسِهِ وَمَنْ أَسَاء فَعَلَيْهَا وَمَا رَبُّكَ بِظَلَّامٍ لِّلْعَبِيدِ

“Barangsiapa yang mengerjakan amal yang shalih maka (pahalanya) untuk dirinya sendiri, dan barangsiapa yang berbuat jahat maka (dosanya) atas dirinya sendiri; dan sekali-kali tidaklah Tuhanmu menganiaya hamba-hamba-(Nya).” (QS. Fushilat: 46).

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

مَن كَفَرَ فَعَلَيْهِ كُفْرُهُ وَمَنْ عَمِلَ صَالِحًا فَلِأَنفُسِهِمْ يَمْهَدُونَ

“Barangsiapa yang kafir maka dia sendirilah yang menanggung (akibat) kekafirannya itu; dan barangsiapa yang beramal shalih maka untuk diri mereka sendirilah mereka menyiapkan (tempat yang menyenangkan).” (QS. Al-Rum: 44).

Mereka mempersiapkan diri mereka kebutuhan di dalam kubur mereka. Mereka beramal shalih adalah untuk mempersiapkan tempat yang menyejukkan di dalam kubur.

Saat di dalam kubur, seorang hamba tidak dengan hal yang pernah dinikmatinya selama di dunia, seperti kasur yang empuk, bantal dan ranjang-ranjang tidur. Namun, setiap hamba akan tidur dengan ranjang amal, berbantal kebaikan atau keburukan. Karena itu, orang yang berakal adalah orang yang membangun rumah tempat dia menetap dalam jangka waktu yang panjang. Mudah-mudahan kita digolongkan sebagai orang yang beruntung. Memikirkan amalan-amalan bekal menuju rumah terakhir kita, sehingga kita benar-benar tenang berada di dalamnya.


أَقُوْلُ قَوْلِيْ هذا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

Imam Al-Hasan Al Bashri berkata, “Seorang lelaki dari kaum Muslimin mengikuti janazah saudaranya. Lalu pada saat jenazah diturunkan di dalam liang kuburnya, lelaki itu berkata, ‘Aku tidak mengetahui yang mengikutimu dari dunia ini kecuali tiga helai kain. Demi Allah, aku meningalkan rumahku dengan barang-barang yang begitu banyak. Demi Allah, seandainya aku diberi kesempatan untuk pulang ke rumah, niscaya aku akan sedekahkan rumahku untuk kepentingan diriku.’ Maka lelaki itu pun kembali dan menyedekahkannya.  Dan mereka tahu bahwa orang itu adalah Umar bin Abdul Aziz.”

Jamaah yang di muliakan Allah, demikian khutbah yang bisa kami sampaikan. Mudah-mudahan bermanfaat untuk kami pribadi dan umumnya para hadirin semua.

Khutbah Kedua


الْحَمْدُ للهِ وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلىَ رَسُوْلِ لله وَعَلىَ آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ وَالاَهُ

عِبَادَ اللهِ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ عَزَّ وَجَلَّ حَيْثُ قَالَ تَبَارَكَ وَتَعَالَى، أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ:

يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُّسْلِمُوْنَ

إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.

اللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالمسْلِمَاتِ وَالمؤْمِنِيْنَ وَالمؤْمِنَاتِ الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعْوَةِ

اللَّهُمَّ أَلِّفْ بَيْنَ قُلُوبِنَا، وَأَصْلِحْ ذَاتَ بَيْنِنَا، وَاهْدِنَا سُبُلَ السَّلَامِ، وَنَجِّنَا مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ، وَجَنِّبْنَا الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، وَبَارِكْ لَنَا فِي أَسْمَاعِنَا، وَأَبْصَارِنَا، وَقُلُوبِنَا، وَأَزْوَاجِنَا، وَذُرِّيَّاتِنَا، وَتُبْ عَلَيْنَا إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ، وَاجْعَلْنَا شَاكِرِينَ لِنِعَمِكَ مُثْنِيْنَ بِهَا عَلَيْكَ، قَابِلِينَ لَهَا، وَأَتِمِمْهَا عَلَيْنَا

رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا

اللَّهُمَّ إنَّا نَسْأَلُكَ الهُدَى، والتُّقَى، والعَفَافَ، والغِنَى

رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

وَصَلَّى اللهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ و َمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن

وَآخِرُ دَعْوَانَا أَنِ الْحَمْدُ لله رَبِّ الْعَالَمِيْنَ

عِبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالعَدْلِ وَالإِحْسَانِ وَإِيتَاءِ ذِي القُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالمُنْكَرِ وَالبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ

وَاذْكُرُوْا اللهَ الْعَظِيْمَ الْجَلِيْلَ يَذْكُرْكُمْ، وَأَقِمِ الصَّلَاة

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *