Sampai Menangis

Loading

Hammam Fathurrohman namanya. Ustadz Hammam Fathurrohman lahir pada 1 November tahun 1999. Bapaknya merupakan seorang wirausaha, pembuat roti, sedangkan ibunya berjualan sembako di pasar. Selain membuat roti, Bapak Ustadz Hammam Fathurrohman juga merupakan pendakwah. Semangatnya tinggi dalam memperjuangkan Islam. Beliau mengisi kajian di mana-mana, di antaranya mengisi kajian tafsir. Adapun ibunya, selalu mendukung kegiatan-kegiatan dakwah suaminya.

Ustadz Hammam Fathurrohman menempuh pendidikan Sekolah Dasar di Baki Sukoharjo. Adapun untuk Pendidikan SMP dan SMA-nya, di Pondok Pesantren Baitussalam Semarang.

Setelah lulus dari SMA, beliau sempat berkeinginan untuk melanjutkan pendidikan di luar kayak di UGM, UNS, Undip karena beliau senang dengan hitung-hitungan semisal matematika. Kimianya pun dulu agak mumpuni dibanding dengan agama.

Namun, melihat di keluarganya belum ada yang menjadi penghafal Al-Qur’an, beliau pun memutuskan untuk belajar di Akademi Al-Qur’an FKAM. Hal tersebut demi membahagiakan orang tuanya.

Saat diterima di Akademi Al-Qur’an FKAM, beliau sangat bersyukur kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Sebab, hal itu dapat menjadi sarana untuk menjadi seorang penghafal Al-Qur’an hingga dapat membahagiakan orang tua.

Ketika di Akademi Al-Qur’an FKAM, Ustadz Hammam Fathurrohman ternyata merasa, sulit juga menghafal Al-Qur’an. Teman-temannya sudah pada selesai 30 juz, tapi beliau belum selesai. Hal itu pun membuat beliau sampai menangis, dan akhirnya mendapatkan motivasi dari teman-temannya.

Namun Alhamdulillah, beliau dapat menyelesaikan pendidikannya di Akademi Al-Qur’an FKAM selama 2 tahun. Kemudian beliau ditugaskan di Masjid Istiqomah Sleman sejak tahun 2019 untuk mengajarkan Al-Qur’an. Beliau senang menjadi pengajar Al-Quran karena bisa bermanfaat untuk banyak orang.

Di tempat tugas dakwahnya, selain menjadi imam di Masjid Istiqomah, beliau juga masih melanjutkan pendidikannya di STAIN Yogyakarta. Selain itu, beliau juga mengajar TPA dan menjadi pembina Rumah Qur’an.

Bedanya Rumah Qur’an sama TPA, kalau TPA itu belajar membaca Al-Qur’an, tapi kalau Rumah Qur’an itu tujuan utamanya untuk menjadi penghafal Al-Qura’n. Untuk kriteria agar dapat belajar di Rumah Qur’an adalah harus bisa membaca Al-Quran dengan baik. Sebab Rumah Quran itu kegiatannya belajar untuk menghafal Al-Qur’an. Menghafal setor, menghafal setor. Adapun kalau TPA, kegiatannya adalah belajar membaca Iqro’.

Di antara pengalaman beliau yang sangat berkesan saat mengajar Al-Qur’an adalah, ada peserta yang ikut belajar ngaji namun umurnya sudah bapak-bapak. Padahal yang lainnya itu semuanya anak-anak, SD, SMP, dan SMA. Dia semangat sekali walau kadang diejek karena belum bisa membaca Al-Qur’an.

Hal yang diinginkan Ustadz Hammam Fathurrohman adalah ingin selalu dekat dengan masjid. Jangan jauh-jauh dari masjid. Ingin terus mengajarkan Al-Qur’an, walaupun levelnya hanya anak-anak doang. Pokoknya harus bermanfaat untuk masyarakat.

Adapun pesan Ustadz Hammam Fathurrohman untuk semua guru ngaji adalah, kita sebagai manusia harus bermanfaat untuk orang lain. Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain. Ya mungkin kita merupakan seorang pedagang atau bisnisman ataupun yang lain, kalau kita punya skill mengajar ngaji, ya kita harus tetap mengeluarkan ilmu kita tersebut. Karena kita diciptakan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala adalah untuk beribadah.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *