Perjalanan Ustadz Ehsan Supiono, dari Sumatera ke Jawa hingga Nusa Tenggara Barat

Loading

Pada Balada Dai kali ini akan menceritakan mengenai perjalanan dakwah Ustadz Ehsan Supiono. Beliau di dalam namanya ada Supiono karena pada saat itu bapaknya ngefans dengan salah seorang ustadz yang ada di Lampung yang namanya Supiono. Sehingga, dengan memberikan nama Supiono pada anaknya, adalah agar kelak anaknya dapat menjadi seorang ustadz.

Ustadz Ehsan Supiono lahir di Kabupaten Lampung Utara pada tanggal 6 September 1995. Namun pada usia yang ke tujuh bulan, Ustadz Ehsan Supiono dan orang tuanya pindah ke Desa Pemerihan Pengkunet Pesisir Barat Pobesi Lampung. Pada mulanya, Ustadz Ehsan Supiono tiga bersaudara. Tetapi karena kakaknya meninggal, beliau pun menjadi hanya dua bersaudara; Ustadz Ehsan Supiono dan adiknya.

Bapak Ustadz Ehsan Supiono adalah seorang petani di ladang; ladang merica, kopi, dan palawija seperti kacang dan dele. Adapun Ibunya adalah seorang ibu rumah tangga.

Dalam hal pendidikan, Ustadz Ehsan Supiono tidak mengenyam sekolah TK, namun langsung masuk ke Sekolah Dasar Negeri di tempatnya. Sebab, saat itu orang tua yang menyekolahkan anaknya ke TK adalah orang yang berasal dari kalangan menengah ke atas. Satu desa yang orang tuanya menyekolahkan anaknya ke TK hanya sekitar satu atau dua orang anak saja. Adapun Ustadz Ehsan Supiono, beliau tidak termasuk dari kalangan yang anaknya disekolahkan di Taman Kanak-Kanak.

Kemudian setelah lulus SD, beliau melanjutkan pendidikan di SMP Negeri yang juga ada di tempatnya. Lulus SMP, beliau melanjutkan sekolah di Pondok Darut Tilawah Ponorogo, pendidikan sekelas SMA. Beliau melanjutkan pendidikan di tempat tersebut karena ada salah satu gurunya di SMP yang dulunya pernah kuliah di Ponorogo menginformasikan bahwa ada beasiswa full di Pondok Darut Tilawah. Hingga kemudian, Ustadz Ehsan Supiono pun mengambil beasiswa tersebut.

Setelah selesai belajar selama 3 tahun di Pondok Darut Tilawah, Ustadz Ehsan Supiono ditugaskan selama 1 tahun di Kecamatan Sawo Kabupaten Ponorogo. Kemudian di bulan Ramadhan yang juga merupakan masa-masa akhir tugas beliau, beliau bertemu dengan salah seorang Dai Ramadhan dari FKAM yang ditugaskan di tempat yang sama.

Di sana mereka ngaji bareng, tidur bareng, serta sering ngobrol. Dari situlah kemudian Ustadz Ehsan Supiono mengenal Akademi Al-Qur’an FKAM yang kemudian beliau melanjutkan Pendidikan di tempat tersebut karena beliau ingin menghafalkan Al-Qur’an.

Setelah lulus dari AAQ FKAM, Ustadz Ehsan Supiono mungkin termasuk ustadz yang banyak jelajahnya. Beliau pernah bertugas di Semarang, Lombok Nusa Tenggara Barat, Wonogiri, Madiun, serta Bantul.

Hal yang menjadikan beliau istiqomah dalam mengajarkan Al-Qur’an di antaranya adalah karena mengingat pesan dari para ustadz, kyai-kyai, terutama dari Akademi Al-Qur’an FKAM. Bahwasanya, “Antum ini merupakan salah satu daripada mitra-mitra orang yang dipilih oleh Allah untuk mengajarkan Al-Qur’an.”

Saat ini Ustadz Ehsan Supiono bertugas dakwah di Kecamatan Tanon Kabupaten Sragen. Selain mengajar ilmu agama dan menjadi guru tahfidz di sebuah SD di Sragen, beliau juga menjadi imam di masjid At-Taqwa Gubugan Sragen.

Beliau sering silaturahmi ke tempat warga. Beliau datangi yang dulu kira-kira aktif di masjid namun kemudian kok sudah lama gak kelihatan untuk diajak lagi ke masjid untuk sholat berjamaah. Hal yang diinginkan oleh Ustadz Ehsan Supiono adalah masjidnya menjadi makmur.

Di tempat tugas dakwahnya Ustadz Ehsan Supiono, pembinaannya sudah tertata dengan baik; ada TPA untuk anak-anak yang baru belajar ngaji. Nanti setelah bisa ngaji sudah disiapkan Rumah Tahfid. Jadi yang sudah bisa ngaji dimasukkan ke Rumah Tahfidz. Nah, kalau sudah SMA dan keluar dari Rumah Tahfidz, disediakan kajian remaja. Setelah kajian remaja dan karena sudah dewasa, sudah disediakan kajian ibu-ibu serta bapak-bapak.

Saat ini yang di TPA ada 60-an anak, Rumah Tahfid 55 anak, remajanya ada 20-an orang, kajian rutin ibu-ibu ada sekitar 70 orang, dan kalau yang tahsin bapak-bapak dan ibu-ibu ada 20 peserta. Semua dikelola secara bersama-sama.

Adapun pesan Ustadz Ehsan Supiono kepada para guru ngaji adalah istiqomah. Kalau pun ada ujian, walaupun seberat apapun ujian, itu tidak seberapa bila dibanding dengan ujian para nabi. Kalau Nabi itu dari fisik, mental, harta, bahkan sampai nyawa taruhannya. Maka, kalau kita kok putus asa di tengah jalan ini tidak baik.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *