Manusia adalah hamba Allah. Karenanya, kepada Allah seharusnya manusia taat, beribadah kepada-Nya, serta tidak menyekutukan-Nya. Terkait hal ini, sudahkah menjadi hamba Allah yang baik? Apakah belum? Apakah terkadang baik namun terkadang tidak?
Hidup sebagai hamba Allah yang baik merupakan keharusan. Kalau tidak, hanya akan mendatangkan penyesalan dan kerugian. Tentu tidak mau bukan?
Namun pada kenyataannya, walaupun sudah sering diingatkan dan dinasehati, tetap saja ada manusia yang ingkar. Tetap saja ada manusia yang mengerjakan kemaksiatan.
Padahal, Allah sudah memberikan kepada manusia nikmat yang melimpah. Yang kalau manusia diminta menghitungnya, pastilah tak akan mampu.
Allah memberikan manusia makan, minum, bernafas, dan nikmat-nikmat lainnya. Allah menjadikan manusia yang sebelumnya tidak punya menjadi berada, sebelumnya bodoh menjadi pandai, dan sebagainya.
Namun sayangnya, Allah dilupakan. Bahkan, menganggap bahwa apa yang digapainya merupakan hasil jerih payahnya.
Allah, Dia-lah Rabb semesta alam. Dia menginginkan hamba-Nya beriman kepada-Nya. Agar hamba-Nya mendapatkan kebaikan dan kebahagiaan. Kalau Dia menguji hamba-Nya yang beriman, itu juga agar hamba-Nya yang beriman tersebut mendapatkan kebaikan dan kebahagiaan. Bukan mendapatkan kesengsaraan dan azab yang pedih.
Untuk itu, berimanlah kepada Allah. Hal lainnya, tidak menganggap Allah penghalang kebahagiaan dan penghalang hasrat yang ada.
Ingatlah Allah. Tidak melupakan-Nya. Berupa mau mengerjakan shalat, mau bersedekah, mau menolong orang yang membutuhkan, mau menasehati orang lain, dan lain sebagainya. Ingatlah Allah, dan tidak mengerjakan hal yang dapat mendatangkan kemurkaan-Nya.
Mendekatlah kepada Allah, tidak menjauhi-Nya. Tidak membenci Allah. Selain itu, tidak membenci hamba-Nya yang baik serta tidak mengajaknya bermaksiat, baik dengan cara yang lemah-lembut maupun dengan cara yang menyakitkan.
Allah Maha Penyayang. Kita membutuhkan Allah. Karenanya, mari menjadi hamba Allah yang baik.