Masa Kecil Nabi di Bani Sa‘ad (Tulisan Pertama)

Loading

Oleh: Dr. Muhammad Isa Anshory, M.P.I.

Setelah lahir, Nabi Muhammad disusui oleh ibunda Aminah selama tiga hingga tujuh hari (Zaid bin Abdul Karim Az-Zaid, Fiqh As-Sirah, hlm. 53). Oleh karena air susunya sedikit, selanjutnya beliau disusui oleh Tsuwaibah Al-Aslamiyah selama beberapa hari (Musa bin Rasyid Al-‘Azimi, Al-Mukhtashar fi As-Sirah An-Nabawiyyah, hlm. 8). Pada masa yang singkat ini, Ummu Aiman Barakah Al-Habsiyah menjadi pengasuhnya.

Setelah beberapa hari Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam disusui oleh Tsuwaibah, datanglah Halimah As-Sa‘diyah bersama rombongannya hendak mencari pekerjaan menyusui anak-anak dari kalangan keluarga bangsawan Quraisy di Makkah. Mereka adalah anggota marga Bani Sa‘ad yang menjadi bagian dari kabilah Hawazin. Kampung halaman mereka berada di daerah Thaif.

Rombongan wanita Bani Sa‘ad itu tinggal di Makkah selama beberapa hari. Mereka menawarkan jasa menyusui anak di pasar-pasar Makkah. Ketika itu, datanglah Abdul Muththallib bersama Sayyidah Aminah dan Abu Thalib dengan membawa Nabi Muhammad ke pasar Makkah untuk mencari seorang wanita yang mau menyusuinya. Mengetahui statusnya sebagai anak yatim, para wanita Bani Sa‘ad menolak tawaran untuk menyusui Nabi. Mereka mengharapkan gaji yang besar dari ayah si anak. Ketika si ayah sudah meninggal, harapan itu tentu tidak akan terpenuhi. Oleh karenanya, mereka tidak mau mengambil Muhammad dan lebih memilih bayi lain. Begitu juga yang dilakukan oleh Halimah pada mulanya.

Tiga hari berada di Makkah. Para wanita Bani Sa‘ad sudah mendapat seorang anak untuk disusui dan dibawa pulang ke kampung mereka. Tinggallah Halimah yang belum mendapatkannya. Ia bertekad tidak akan pulang sebelum mendapatkan seorang anak untuk disusui. Mengetahui rombongannya telah bersiap-siap untuk pulang, Halimah berkata kepada suaminya –Al-Harits bin Abdul ‘Uzza–, “Demi Allah, aku tidak ingin pulang bersama teman-temanku tanpa membawa seorang anak untuk kususui. Demi Allah, aku akan pergi untuk mengambil anak yatim itu.” Suaminya menjawab, “Silakan engkau lakukan. Semoga Allah memberi berkah kepada kita melalui dirinya.”

Halimah akhirnya mengambil Nabi Muhammad kecil. Didekapnya Nabi Muhammad dalam pelukannya agar bisa menyusu. Dengan lahap, Nabi Muhammad pun menyusu pada Halimah hingga kenyang. Anak Halimah juga ikut menyusu hingga kenyang. Anak Halimah kemudian tertidur pulas, padahal sebelumnya selalu menangis dan tidak bisa tidur. Ibu dan anak akhirnya bisa beristirahat dengan tenang. Sementara itu, Al-Harits bangkit memeriksa onta tua yang mereka tunggangi ke Makkah. Ternyata ambing onta itu penuh dengan susu. Ia bersama Halimah meminumnya hingga kenyang. Malam itu mereka bermalam di Makkah dengan penuh suka cita.

Pagi harinya, rombongan bersiap-siap hendak meninggalkan Makkah. Al-Harits berkata kepada istrinya, “Demi Allah, wahai Halimah, tahukah bahwa engkau telah mengambil anak yang membawa berkah?” “Demi Allah, aku juga berharap demikian,” jawab Halimah. Halimah lalu menunggangi onta tua yang kurus dengan menggendong Nabi Muhammad. Mereka kemudian bergabung dengan rombongan untuk melakukan perjalanan pulang ke kampung Bani Sa‘ad. (Abdullah Abu Dzikri, Yaumiyyat As-Sirah An-Nabawiyyah Al-Musyarrafah, [1/41-43]).

Pelajaran Penting

Pertama: Perhatian orang Arab terhadap kesehatan tubuh, kecerdasan pikiran, dan kefasihan bahasa anak. Mereka mengirimkan anak-anak mereka untuk disusui wanita di pedesaan. Hal ini karena beberapa sebab: 1) Agar anak menyusu pada wanita yang bertubuh sehat karena udara desa masih jernih dan segar dan kaum wanitanya banyak bergerak menunaikan berbagai pekerjaan; 2) Agar tubuh anak tumbuh di udara yang bersih, segar, dan jauh dari penyakit kota Makkah; 3) agar anak ketularan dengan kefasihan bahasa dan kekuatan fisik orang Arab pedesaan; 4) Agar anak ketularan dengan ketangkasan, kedermawanan, dan keberanian orang Arab pedesaan. (Sa‘ad bin Rasyid bin Abdul Aziz Asy-Syabrami, As-Sirah An-Nabawiyyah ‘Ala Ma Jaa fî Al-Qur’an wa Shahih As-Sunnah, hlm. 75). 

Kedua:Keberkahan Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam terhadap keluarga Halimah. Berkah ini muncul pada Halimah di segala sesuatu. Muncul pada air susunya yang mengalir deras, padahal sebelumnya tidak cukup untuk menyusui anaknya. Berkah itu juga muncul pada ketenangan anaknya, padahal sebelumnya sering menangis hingga merepotkan ibunya dan membuatnya tidak bisa tidur. Tiba-tiba ia merasa kenyang dan tenang sehingga ibunya pun bisa tidur dan istirahat. Berkah itu juga muncul pada onta tuanya yang lemah dan tidak mencucurkan air susu. Tiba-tiba onta itu menjadi kuat dan mencucurkan air susu yang melimpah.

Ketiga: Keberkahan tadi adalah bentuk pemuliaan Allah kepada beliau yang paling jelas. Dengan sebab itu, Allah memuliakan keluarga Halimah As-Sa‘diyah yang diberi kehormatan untuk menyusui beliau. Ini tentu bukanlah hal aneh dan mengherankan. Hikmah dari hal itu adalah keluarga Halimah mencintai dan menyayangi Nabi Muhammad kecil serta mengasuhnya dengan baik. Mereka bahkan lebih memperhatikan dan lebih menyayanginya daripada anak-anak mereka sendiri.

Keempat: Keutamaan tawakal kepada Allah setelah beramal dan berusaha. Bisa jadi seseorang tidak menyukai sesuatu, namun ternyata Allah menjadikan banyak kebaikan pada sesuatu tersebut. (Tunaidhah Al-Fayidi, As-Sirah At-Tarbawiyyah Al-Mutsiqah li Ar-Rasul, [1/175]).        

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *