Oleh: Dr. Muhammad Isa Anshory, M.P.I.
Bangsa Arab, terutama yang tinggal di wilayah Hijaz dan sekitarnya, semula mengikuti ajaran Nabi Ibrahim ‘Alaihissalam. Ajaran itu dilanjutkan oleh putranya, Nabi Ismail ‘Alaihissalam, yang kemudian menikahi wanita dari Bani Jurhum yang datang dari Yaman, tinggal bersama mereka dan mendakwahi mereka. Sebagian mereka pun beriman dan sebagian lainnya kafir.
Penyembahan Berhala
Ajaran Nabi Ibrahim terus diwariskan dari generasi ke generasi dalam waktu yang cukup lama. Kemudian datanglah ‘Amru bin Luhay Al-Khuza‘i merusak ajaran itu. Ia adalah orang pertama yang membawa tradisi penyembahan berhala ke Makkah. Dari Makkah, penyembahan berhala tersebut lalu menyebar ke daerah-daerah lain di wilayah Hijaz.
Ibnul Kalbi meriwayatkan bahwa suatu ketika ‘Amru bin Luhay jatuh sakit parah. Seseorang menyampaikan kabar kepadanya, “Sesungguhnya di Al-Balqa’, sebuah daerah di Syam, terdapat pemandian air panas. Jika mendatanginya, niscaya engkau sembuh.” ‘Amru kemudian mendatanginya dan mandi di sana. Ia pun sembuh. Selanjutnya ia mendapati penduduk Al-Balqa’ menyembah patung-patung. Ia bertanya, “Apa ini?” Mereka menjawab, “Ini adalah patung-patung tempat kami meminta diturunkan air hujan dan tempat kami memohon pertolongan terhadap musuh.” ‘Amru lalu meminta kepada mereka agar diberi satu di antara patung-patung itu untuk dibawa pulang ke negerinya. Mereka pun memberinya. Patung tersebut akhirnya dibawa pulang ke Makkah dan diletakkan di sekitar Ka‘bah. (Hasan Ibrahim Hasan, Sejarah dan Kebudayaan Islam, jilid 1, hlm. 123).
Oleh karena ‘Amru bin Luhay adalah pemimpin Makkah waktu itu, maka ia dengan mudah berhasil menyebarkan penyembahan berhala di kalangan penduduk. Ia perintahkan orang-orang agar menyembah dan mengagungkan berhala yang ia bawa dari Al-Balqa’. Ia juga membuat tradisi-tradisi keagamaan yang bertentangan dengan ajaran Nabi Ibrahim. Orang-orang pun menjalankan perintahnya dengan patuh.
Dalam sebuah hadis, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallammenyatakan bahwa ‘Amru bin Luhay ini mendapatkan azab pedih dari Allah. Beliau bersabda, “Aku melihat ‘Amru bin Luhay bin Qama‘ah bin Khandaf menyeret usus-ususnya di Neraka. Sesungguhnya ia adalah orang yang pertama mengubah agama (yang didakwahkan oleh) Nabi Ismail. Ia lalu membuat patung-patung, mengiris telinga binatang (untuk di persembahkan kepada berhala), menyembelih binatang (untuk berhala), membiarkan unta tertentu (untuk dipersembahkan kepada berhala), dan memerintahkan tidak menaiki unta tertentu karena keyakinan kepada berhala.” (HR Bukhari dan Muslim).
Setiap kabilah mempunyai berhala sendiri. Jenis dan bentuk berhala bermacam-macam, tergantung pada persepsi mereka tentang Tuhannya. Berhala-berhala tersebut dipusatkan di Ka‘bah. Orang Quraisy sebagai penguasa terakhir untuk Ka‘bah memiliki beberapa berhala. Yang terbesar di antaranya adalah Hubal. Hubal ini adalah patung yang paling diagungkan. Ia terbuat dari batu akik berwarna merah dan berbentuk manusia. Tiga berhala terkenal lainnya adalah Al-Lata yang terletak di Thaif, Al-‘Uzza yang bertempat di Nakhlah sebelah timur Makkah –kedudukannya terbesar kedua di bawah Hubal–, dan Al-Manat yang bertempat di Yatrib. Al-Manat ini lebih populer di kalangan suku Aus dan Khazraj. (Syamsuddin Nasution, Sejarah Peradaban Islam, hlm. 12).
Al-Kalbi menceritakan bahwa setiap rumah di Makkah mempunyai sebuah patung khusus. Apabila penduduk Makkah akan bepergian, tindakan terakhir yang mereka lakukan di rumah adalah mengusap patung itu. Setelah pulang dari bepergian, maka tindakan pertama yang mereka lakukan adalah mengusap patung tadi.
Imam Bukhari meriwayatkan bahwa Abu Raja’ Al-‘Utharidi berkata, “Kami dahulu menyembah batu. Apabila mendapatkan batu yang lebih baik, maka batu yang lama kami buang dan kami ganti dengan batu yang baru itu. Apabila tidak ada batu, kami pun membuat gundukan pasir, kemudian kami memerah domba di atasnya, lalu kami mengelilinginya.”
Al-Kalbi berkata, “Jika seseorang dalam perjalanan berhenti di suatu tempat, maka ia memungut empat batu. Ia kemudian memilihnya yang terbaik untuk disembah. Batu selebihnya digunakan sebagai penopang periuknya untuk memasak. Selanjutnya jika ia berangkat lagi, batu sesembahan itu pun ditinggalkannya.”
Kepercayaan Lain
Selain melakukan penyembahan berhala, sebagian orang Arab juga mempertuhankan malaikat, jin, bintang-bintang, dan benda-benda lain yang biasa dipertuhankan di kalangan kaum musyrikin. Mereka mempercayai bahwa para malaikat adalah putri-putri Allah. Para malaikat itu disembah dan dijadikannya sebagai penolong dan perantara kepada Allah. Demikian juga halnya dengan jin, mereka memuja-mujanya dan mengakui kekuasaannya.
Menurut keterangan Al-Kalbi, suku Bani Malih dari kabilah Khuza‘ah menyembah jin. Sementara itu, Sha‘id menyatakan bahwa Kabilah Himyar menyembah matahari, Kinanah menyembah bulan, Tamim menyembah bintang Aldebaran, Lahm dan Judzam menyembah Jupiter, Thaiy menyembah bintang Canopus, Qais menyembah bintang Sirius, dan Asad menyembah Merkurius. (Abul Hasan Ali An-Nadwi, Madza Khasira Al-‘Alam bi Inhithath Al-Muslimin, hlm. 55-56).