Oleh: Dr. Muhammad Isa Anshory, M.P.I.
Jumlah nabi dan rasul tidak terbatas hanya yang disebutkan dalam Al-Qur’an. Menurut sebuah riwayat dari Shahabat Abu Dzar Al-Ghifari, jumlah nabi sebanyak 124 ribu orang. Dari 124 ribu orang itu, jumlah rasul sebanyak 313 orang. Adapun yang disebutkan namanya di dalam Al-Qur’an, jumlah mereka sebanyak 25 orang. Kita wajib mengimani mereka secara terperinci. Terhadap mereka yang tidak disebutkan namanya, kita wajib mengimaninya secara global.
Allah memberi keistimewaan kepada masing-masing rasul. Allah berfirman:
“Rasul-rasul itu Kami lebihkan sebagian mereka atas sebagian yang lain.” (QS. Al-Baqarah: 253).
Demikian pula, Allah memberi keistimewaan kepada Rasulullah Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam yang tidak diberikan kepada para rasul lain. Keistimewaan beliau ini sebenarnya lebih dari cukup untuk menunjukkan bahwa biografi beliau juga istimewa.
Dalam kitabnya, Bidayah As-Sulfi Tafdhil Ar-Rasul, Imam Izzuddin bin Abdissalam menyebutkan 40 keistimewaan Rasulullah Muhammad. Beberapa di antaranya adalah sebagai berikut:
Tuannya Para Nabi dan Rasul
Rasulullah Muhammad adalah tuannya para nabi dan rasul. Beliau bersabda:
“Aku adalah tuannya anak keturanan Adam dan tidak (bermaksud) sombong.”
Sayyid atau tuan dalam terjemahan bahasa Indonesia adalah orang yang mempunyai sifat-sifat luhur dan akhlak mulia. Hadits ini menunjukkan bahwa Rasulullah Muhammad lebih afdhal dan lebih istimewa daripada para nabi dan rasul lainnya di dunia dan akhirat. Beliau istimewa di dunia karena mempunyai akhlak mulia. Beliau istimewa di akhirat karena pahala di sana merupakan hasil dari akhlak dan sifat baik di dunia. Jadi, keistimewaan beliau di dunia adalah dalam kepribadian dan sifat. Sementara itu, keistimewaan beliau di akhirat adalah dalam posisi dan derajat. Beliau menyampaikan sabda di atas untuk memberitahu umatnya mengenai kedudukannya di sisi Tuhan-nya.
Allah Mengampuni Dosanya Terdahulu maupun Belakangan
Allah memberitahu Rasulullah Muhammad bahwa Dia mengampuni dosanya terdahulu maupun belakangan. Hal ini disebutkan dalam QS. Al-Fath: 2, “Supaya Allah memberi ampunan kepadamu terhadap dosamu yang telah lalu dan yang akan datang …” Tidak ada nash yang menyebutkan bahwa Dia memberitahu seorang pun dari nabi-nabi lain dengan hal semisal.
Dalam sebuah hadits disebutkan bahwa saat masing-masing mereka dimintai syafaat oleh umatnya pada hari Kiamat, dengan rasa malu mereka menyebutkan kesalahan yang pernah dilakukannya dan berkata, “Diriku sendiri butuh syafaat. Diriku sendiri butuh syafaat.” Seandainya mengetahui bahwa Allah mengampuni kesalahannya, niscaya saat itu mereka tidak menolak untuk memberi syafaat. Mereka meminta umat mereka agar pergi menemui Nabi Muhammad. Nabi Isa bahkan berkata, “Aku bukanlah orang yang pantas memberi syafaat. Pergilah menemui Muhammad. Ia seorang hamba yang Allah ampuni dosanya terdahulu maupun belakangan.”
Tatkala mereka mendatangi Nabi Muhammad, beliau bersabda, “Aku akan memberi syafaat. Aku akan memberi syafaat.” Hadits ini terdapat dalam kitab hadits yang enam dengan redaksi dan jalur yang berbeda.
Diutus kepada Seluruh Manusia dan Jin
Allah mengutus setiap nabi hanya kepada kaumnya. Sementara itu, Allah mengutus nabi kita Muhammad Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam kepada bangsa jin dan manusia semuanya. Dalam QS. Al-A‘raf: 158, Allah berfirman:
“Katakanlah, ‘Hai manusia, sesungguhnya aku adalah utusan Alloh kepada kalian semua’.”
Perintah ini menunjukkan bahwa Nabi Muhammad diutus kepada seluruh umat manusia. Informasi serupa juga Allah sampaikan dalam QS. Saba’: 28.
Adapun dalil yang menunjukkan bahwa beliau juga diutus kepada jin adalah QS. Al-Ahqaf: 29-32. Dalam ayat ini, Allah menceritakan serombongan jin yang mendatangi Nabi Muhammad untuk mendengarkan Al-Qur’an. Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa‘di berkata:
Allah Ta’ala mengutus Rasul-Nya Muhammad Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam kepada seluruh makhluk, yaitu manusia dan jin. Oleh karena itu, beliau wajib menyampaikan kepada mereka semua tugas dakwahnya sebagai nabi dan rasul.
Kepada manusia, beliau bisa mendakwahi dan memberi peringatan secara langsung. Adapun kepada jin, maka Allah Ta‘ala mengarahkan mereka kepada beliau dengan kekuasaan-Nya dan mengutus kepada beliau sekelompok jin untuk mendengarkan Al-Qur’an. Setelah hadir, mereka berkata, “Diamlah kalian!” Maksudnya mereka saling mengingatkan untuk diam.
Kekalnya Mukjizat Beliau
Mukjizat setiap nabi hanya berlaku pada masanya. Begitu masa itu berlalu, mukjizat itu pun berlalu dan selesai pula. Mukjizat Nabi Ibrahim yang tidak terbakar api hanya berlaku pada masa beliau menghadapi Raja Namrud. Mukjizat Nabi Musa yang membelah Laut Merah menjadi dua hanya berlaku pada masa beliau menghadapi Raja Fir‘aun. Akan tetapi, mukjizat Nabi Muhammad kekal hingga hari Kiamat. Meskipun beliau telah wafat 15 abad yang lalu, mukjizat itu bisa kita saksikan pada hari ini. Mukjizat beliau adalah Al-Qur’an Al-Karim.