Menggapai Keinginan
Setiap manusia tentu punya keinginan. Berasal dari keinginan, manusia pun mengerjakan sesuatu untuk menggapai apa yang diinginkannya. Kadang apa yang diinginkannya diperoleh, kadang pula tak berhasil menggapainya.
Namun, keinginan manusia itu kadang hanya sebatas keinginan saja. Sebab tak jadi mengerjakan apa yang menjadi keinginannya, tak jadi menggapai apa yang diinginkannya.
Berdosakah Punya Keinginan?
Manusia dapat saja punya keinginan. Kalau keinginannya baik, kerjakan saja keinginan yang baik tersebut. Gapai saja keinginan yang baik agar mendapatkan pahala. Adapun apabila keinginan yang ada merupakan keinginan yang buruk, hendaknya jangan menuruti apa yang menjadi keinginan tersebut. Jangan menggapai hal yang merupakan keburukan meskipun sangat menginginkannya. Hal itu agar tak dapatkan dosa.
Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda, “Sesungguhnya Allah menulis kebaikan-kebaikan dan kesalahan-kesalahan kemudian menjelaskannya. Barangsiapa berniat melakukan kebaikan namun dia tidak (jadi) melakukannya, Allah tetap menuliskannya sebagai satu kebaikan sempurna di sisi-Nya. Jika dia berniat berbuat kebaikan kemudian mengerjakannya, maka Allah menulisnya di sisi-Nya sebagai sepuluh kebaikan hingga tujuh ratus kali lipat sampai kelipatan yang banyak. Barangsiapa berniat berbuat buruk namun dia tidak jadi melakukannya, maka Allah menulisnya di sisi-Nya sebagai satu kebaikan yang sempurna. Dan barangsiapa berniat berbuat kesalahan kemudian mengerjakannya, maka Allah menuliskannya sebagai satu kesalahan.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Setiap manusia tentu ingin bahagia. Kalau ingin bahagia, hendaknya tidak hanya bahagia di dunia, namun juga di akhirat. Dan bahkan, kebahagiaan di akhiratlah yang harus diutamakan. Sehingga hal yang membahagiakan di dunia, haruslah merupakan kebahagiaan yang diperbolehkan. Bukan kebahagiaan yang menjadikan manusia mendapatkan adzab di akhirat. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
“Barangsiapa menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, pasti Kami berikan (balasan) penuh atas pekerjaan mereka di dunia (dengan sempurna) dan mereka di dunia tidak akan dirugikan. Itulah orang-orang yang tidak memperoleh (sesuatu) di akhirat kecuali Neraka, dan sia-sialah di sana apa yang telah mereka usahakan (di dunia) dan terhapuslah apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. Hud: 15-16).
Berkaitan dengan hal ini, tak seharusnya menganggap mencari bekal untuk kehidupan di akhirat itu bukan hal yang membahagiakan. Walaupun memang mencari bekal untuk kebahagiaan di akhirat seperti beribadah, mengerjakan kebaikan serta berada di kebenaran kadang merupakan sesuatu yang berat dan tidak enak.
Nanti Saja Mengerjakannya
Kehidupan dunia tentu bukan merupakan tujuan hidup kita. Sebab dunia sementara, sementara kehidupan akhirat abadi. Namun demikian, tak boleh berwegah-wegahan di dunia, tak antusias saat ada di dunia, dan menganggap dunia itu tempat yang buram. Tidak boleh demikian itu. Sebab kehidupan di dunia ini menentukan bahagia tidaknya di akhirat nanti. Dunia ini memang sementara, namun keberadaannya merupakan ladang akhirat. Sehingga harus memanfaatan kehidupan di dunia dengan sebaik-baiknya.
Di dunia ini kita bisa beribadah, bersedekah, menolong orang, serta hal lainnya yang dapat membuat kita mendapatkan pahala. Tidak bisa nanti saja kalau sudah di akhirat ibadahnya, sedekahnya, maupun mengerjakan kebaikan-kebaikannya.
Keinginan yang Terlambat
Berkaitan dengan keinginan pula, kadang manusia punya keinginan. Namun, keinginannya tersebut merupakan keinginan yang terlambat maupun merupakan keinginan yang sudah tidak akan diperoleh. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
“Dan infaqkanlah sebagian apa yang telah Kami berikan kepadamu sebelum kematian datang kepada salah seorang di antara kamu; lalu dia berkata (menyesali), ‘Ya Tuhanku, sekiranya Engkau berkenan menunda (kematian)ku, sedikit waktu lagi, maka aku dapat bersedekah dan aku akan termasuk orang-orang yang shalih’.” (QS. Al Munafiqun: 10).
“Orang kafir itu kadang-kadang (nanti di akhirat) menginginkan, sekiranya mereka dahulu (di dunia) menjadi orang Muslim. Biarkanlah mereka (di dunia ini) makan dan bersenang-senang dan dilalaikan oleh angan-angan (kosong) mereka, kelak mereka akan mengetahui (akibat perbuatannya).” (QS. Al-Hijr: 2-3).
“Dan orang-orang yang kafir, bagi mereka Neraka Jahanam. Mereka tidak dibinasakan hingga mereka mati, dan tidak diringankan dari mereka adzabnya. Demikianlah Kami membalas setiap orang yang sangat kafir. Dan mereka berteriak di dalam neraka itu, ‘Ya Tuhan kami, keluarkanlah kami (dari Neraka), niscaya kami akan mengerjakan kebajikan, yang berlainan dengan yang telah kami kerjakan dahulu.’ (Dikatakan kepada mereka), ‘Bukankah Kami telah memanjangkan umurmu untuk dapat berpikir bagi orang yang mau berpikir, padahal telah datang kepadamu seorang pemberi peringatan? Maka rasakanlah (adzab Kami), dan bagi orang-orang dzalim tidak ada seorang penolong pun’.” (QS. Fatir: 36-37).
Demikianlah sekilas berkaitan dengan keinginan. Sesuatu yang seharusnya diperhatikan; baik tidaknya, dibenarkan apa tidaknya, bermanfaat tidaknya, dan sebagainya.