Keinginan dengan Ungkapan

Loading

Kalau inginkan sesuatu, hendaknya mengerjakan apa yang semestinya dikerjakan sehingga apa yang diinginkannya dapat diperoleh. Kalau tidak demikian itu, hanya akan menjadi angan-angan saja.

Kalau ingin pintar hendaknya belajar. Kalau ingin tenteram hidupnya hendaknya mengingat Allah.

Sementara itu, kalau bicara sesuatu, hendaknya sesuai dengan kenyataannya. Kalau tidak demikian tersebut, itu merupakan kebohongan. Katanya ke masjid namun ternyata tidak ke masjid. Katanya jelek ternyata baik.

Namun demikian, adanya ketidakselarasan maupun ketidaksesuaian kadang terjadi pada kehidupan manusia. Kadang apa yang diinginkan dengan apa yang dikerjakannya tidak selaras. Kadang apa yang diungkapkannya dengan tindakannya tidak sesuai dengan fakta.

Katanya cinta kepada Allah, namun tidak mengikuti Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Padahal bukti cinta kepada Allah adalah dengan mengikuti Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

قُلْ اِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّوْنَ اللّٰهَ فَاتَّبِعُوْنِيْ يُحْبِبْكُمُ اللّٰهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ ۗ وَاللّٰهُ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ

“Katakanlah (Nabi Muhammad), ‘Jika kamu mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah akan mencintaimu dan mengampuni dosa-dosamu.’ Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Ali Imran: 31).

Meyakini pada saatnya ajalnya akan tiba, namun saat hidupnya tidak mau beribadah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Padahal hidup manusia adalah untuk beribadah kepada-Nya. Adapun kalau sudah tiba ajal pada manusia, manusia pun sudah tidak dapat lagi beribadah kepada-Nya. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْاِنْسَ اِلَّا لِيَعْبُدُوْنِ

“Tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepada-Ku.” (QS. Az- Zariat: 56).

Katanya mau rajin shalat, namun nyatanya hanya di bibir saja. Shalat wajib saja ada yang tidak dikerjakan, apalagi shalat sunnah. Padahal, pada hari kiamat yang pertama kali dihisab adalah shalat.

Katanya sudah bertaubat untuk sudah tidak lagi mengerjakan kemaksiatan, namun nyatanya masih saja bermaksiat. Padahal bermaksiat itu dosa, sementara dosa memasukkan ke Neraka.

Katanya tidak mengingkari kehidupan akhirat, namun tidak mau berbekal untuk menghadapinya. Padahal, bekal untuk kehidupan di akhirat ditentukan oleh kehidupan di dunia. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَّا قَدَّمَتْ لِغَدٍۚ وَاتَّقُوا اللّٰهَ ۗاِنَّ اللّٰهَ خَبِيْرٌ ۢبِمَا تَعْمَلُوْنَ

“Wahai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dan hendaklah setiap orang memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat). Bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Teliti terhadap apa yang kamu kerjakan.” (QS. An-Hasyr: 18).

Ingin dapat balasan kehidupan yang baik, namun tidak mau beriman dan mengerjakan kebaikan. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِّنْ ذَكَرٍ اَوْ اُنْثٰى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهٗ حَيٰوةً طَيِّبَةًۚ وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ اَجْرَهُمْ بِاَحْسَنِ مَا كَانُوْا يَعْمَلُوْنَ

“Siapa yang mengerjakan kebajikan, baik laki-laki maupun perempuan, sedangkan dia seorang mukmin, sungguh, Kami pasti akan berikan kepadanya kehidupan yang baik dan akan Kami beri balasan dengan pahala yang lebih baik daripada apa yang selalu mereka kerjakan.” (QS. An-Nahl: 97).

Ingin masuk Syurga namun termasuk orang yang enggan. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda, “Semua umatku akan masuk Syurga, kecuali orang yang enggan.” Para Shahabat Radhiyallahu ‘anhum bertanya, “Siapakah yang enggan, wahai Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam?” Beliau Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda, “Barangsiapa yang menaatiku maka dia akan masuk Syurga, dan barangsiapa yang durhaka kepadaku maka sungguh dialah yang enggan.” (HR. Bukhari).

Demikianlah berkaitan dengan ketidakselarasan yang seharusnya manusia berintropeksi. Agar apa yang dikerjakan tidak kontradiktif dengan apa yang diinginkan. Selain itu, seharusnya manusia berintorpeksi dengan apa yang diungkapkan. Agar apa yang diungkapkan sesuai kenyataan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *