Jazirah Arab Tempat Turunnya Risalah Terakhir

Loading

Oleh: Dr. Muhammad Isa Anshory, M.P.I.

Allah mengutus para nabi dan rasul kepada umat mereka masing-masing. Berbeda dengan nabi dan rasul terakhir, Allah mengutusnya kepada seluruh umat manusia. Nabi Muhammad lahir di Jazirah Arab. Di tempat inilah risalah terakhir turun. Dari tempat ini pula, risalah terakhir itu kemudian didakwahkan ke seluruh penjuru dunia.

Sebab Dinamakan Arab

Jazirah Arab adalah semenanjung terbesar di dunia. Letaknya berada di Asia Barat Daya. Luasnya 1.027.000 mil persegi. Sebagian besar ditutupi padang pasir dan merupakan salah satu tempat terpanas di dunia.

Menurut sebuat pendapat, kata Arab berasal dari bahasa Sumeria yang berarti barat. Penduduk yang tinggal di antara Sungai Eufrat dan Trigis menyebut mereka yang tinggal di gurun yang terletak di wilayah barat dari negeri mereka sebagai orang Arab atau orang barat. Sementara itu, Noldeke, seorang orientalis dari Jerman, menyatakan bahwa wilayah itu dinamakan Arab karena sebagian besar tanahnya terdiri dari gurun pasir. Arab atau Arabia berarti sahara atau gurun pasir. Tetapi menurut Muhammad Hasyim ‘Athiyyah, kata Arab berasal dari kata abar yang berarti rahlah atau kembara. Bangsa Arab dinamakan Arab karena mereka bangsa pengembara dan suka berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lain. (H Rus‘an, Lintasan Sejarah Islam, hlm. 9).

Rahasia Terpilihnya Jazirah Arab Sebagai Tempat Turunnya Risalah Terakhir

Menurut Dr. Zaid bin Abdul Karim Az-Zaid, ada beberapa sebab mengapa Jazirah Arab menjadi tempat turunnya risalah terakhir. Sebab-sebab itu adalah sebagai berikut:

Pertama: Jazirah Arab adalah wilayah yang panas. Tidak ada kekuatan yang mampu menaklukkannya dari kalangan yang tidak menyukai agama Islam, baik dari kekuatan adidaya Persia, Romawi, maupun lainnya.

Kedua: Jazirah Arab tidak memiliki agama persatuan yang dianut oleh mayoritas penduduknya. Paganis memang menyebar, tetapi bentuk dan cara ibadah mereka berbeda-beda. Ada yang menyembah malaikat. Ada yang menyembah bintang. Ada yang menyembah patung-patung yang beragam. Bahkan mungkin saja setiap negeri memiliki patung tersendiri. Keyakinan mereka bercampur aduk. Di antara mereka ada yang menolak bentuk ibadah semacam itu dan melakukan kritikan. Ada juga yang menjadi penganut agama Yahudi dan Nashrani. Ada pula sekelompok kecil yang tetap berpegang dengan sisa-sisa agama Ibrahim.

Ketiga: Kondisi kultur sosial masyarakat di Jazitah Arab memiliki nilai dan bobot tertentu pada waktu itu. Adat kesukuan menjadi aturan hidup bagi mereka. Kekeluargaan
memiliki peranan penting dalam sistem masyarakat mereka. Oleh karena itu, tatkala Nabi Muhammad melakukan misi dakwahnya, maka kekuatan Bani Hasyim muncul
sebagai pengawal dan pelindung. Pamannya, Abu Thalib, tampil sebagai pembela yang satria dan dibantu oleh keluarga lainnya yang rela menderita bersama pada peristiwa pemboikotan. Banyak umat Islam bahkan mengambil keuntungan dari fanatisme
kesukuan seperti itu.

Keempat: Orang yang tinggal di Jazirah Arab, khususnya di Makkah, jauh dari pengaruh kehidupan kota. Mereka ibaratnya adalah suku pedalaman yang masih asri. Mereka belum terkontaminasi oleh pengaruh kehidupan kota, pemikiran, dan
hal-hal lainnya.

Kelima: Jazirah Arab secara geografis terletak di tengah-tengah peta dunia. Hal yang akan lebih memudahkan risalah Islam bisa sampai ke segala penjuru dunia. Sejarah Islam telah bersaksi bahwa cahaya kebenaran dari dakwah Islamiyah telah terpatri ke seluruh pelosok dunia dari wilayah yang terletak di tengah-tengah peta dunia itu.

Keenam: Keunggulan bahasa Arab dan luasnya penyebarannya. Di Jazirah Arab, bahasa mereka hanya satu, yaitu bahasa Arab. Sementara di tempat lain, bahasanya beragam. India saja misalnya, memiliki 15 bahasa resmi.

Ketujuh: Makkah memiliki keutamaan dengan banyaknya orang yang mengunjunginya, yaitu para peziarah ka‘bah, jemaah haji, dan pedagang. Makkah juga menjadi tempat diadakan konferensi sastra dan syair. Semua itu akan lebih mempermudah sampainya berita ke belahan Jazirah Arab lainnya melalui mereka yang datang dan pergi ke negeri-negeri mereka. Bukankah masuk Islamnya golongan Al-Anshar dimulai dari
musim haji? Bukankah peristtwa Baiat Al-Aqabah juga terjadi di musim haji?

Kedelapan: Ibnu Khaldun berkata dalam Muqaddimah-nya: Penduduk Jazirah Arab adalah manusia pertengahan berdasarkan segi perawakan tubuh, warna kulit, akhlak, dan agamanya. Mayoritas nabi yang diutus berasal dari belahan dunia Arab. Kita belum mendengar adanya berita kenabian yang muncul dari belahan selatan atau belahan utara dunia ini. Hal itu karena nabi dan rasul harus memiliki kesempurnaan dari segi fisik dan moral. Allah Ta‘ala berfirman, “Kalian adalah umat terbaik yang dilahirknn untuk manusia.” (QS. Ali Imran: 110). Yang demikian itu agar mereka, umat manusia, mudah menerima risalah dakwah para nabi itu. Penduduk Jazirah Arab lebih memiliki syarat-syarat yang memudahkan mereka menerima risalah itu.

Demikianlah keutamaan Jazirah Arab yang telah menjadi pilihan Allah untuk menjadi tempat turunnya wahyu, tempat terpancarnya risalah kenabian yang terakhir, dan
menjadi kiblat bagi umat Islam. (Sumber: Fiqh As-Sirah, hlm. 20-22).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *