Di tepi perairan yang tenang di Polanharjo Klaten, hidup seorang guru ngaji yang penuh dedikasi. Ustadz Faris Eko namanya, beliau berasal dari Karanganyar. Sejak kecil beliau tinggal bersama mbah sama neneknya. Sebab, orang tuanya merantau di Jawa Barat.
Saat masih SD, Ustadz Faris Eko aktif belajar Al-Qur’an di TPA. Kemudian saat SMP-nya beliau aktif mengajar di TPA, serta sempat dakwah kecil-kecilan dan naik mimbar untuk kultum.
Ustadz Faris Eko menempuh pendidikan dasar di SD Negeri 1 Kemuning. SMP-nya di SMP Negeri 1 Ngargoyoso. Kemudian melanjutkan pendidikan di Pondok, selanjutnya di Akademi Al-Qur’an FKAM, dan terakhir menempuh pendidikan S1 di IIM.
Ustadz Faris Eko membawa kehangatan keluarga ke rumahnya yang berjarak dekat dengan gemerlapnya umbul atau kolam renang di Klaten. Ustadz Faris Eko bukan hanya seorang suami yang setia bagi istri tercinta, tetapi juga seorang ayah yang penuh kasih sayang bagi dua anaknya.
Ustadz Faris Eko memiliki usaha jualan sosis bakar dan laundry yang menjadi sumber rezekinya. Beliau ingin mencari keberkahan, karena memang kata Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, 9 dari 10 pintu rezeki itu dagang.
Namun, cerita hidupnya tidak berhenti di dalam rumah tangga saja. Ustadz Faris Eko merupakan sosok yang membimbing umat untuk mendekatkan diri kepada ilmu agama.
Ustadz Faris Eko aktif dalam berdakwah. Saat ini beliau menjadi Sekretaris di Departemen Dakwah Pendidikan dan Advokasi FKAM Pusat di Surakarta serta aktif mengisi kajian-kajian.
Tak hanya itu, Ustadz Faris Eko juga membuka Sanggar Al-Qur’an di rumahnya di Polanharjo Klaten. Yangmana, ada lebih dari 20 santri berkumpul untuk belajar dan menghafal ayat-ayat suci Al-Qur’an.
Namun, sebelum beliau berkiprah di Surakarta dan sekitarnya, beliau sudah melalang buana di berbagai tempat untuk berdakwah. Di antara di Lombok Nusa Tenggara Barat, yangmana pada saat itu tempat tugas beliau sedang mengalami musibah berupa gempa bumi.
Di tempat tugas itu pulalah merupakan hal yang menjadi pengalaman yang sangat berkesan. Di antaranya karena pada saat itu beliau merupakan pengantin baru. Bisa dibilang bulan madu karena seminggu setelah nikah berangkat ke sana.
Di tempat tugasnya tersebut, beliau hidup seadanya. Di sana setiap rumah punya yang namanya berugak. Berugak kalau di Solo atau Klaten namanya gazebo. Nah ketika rumah-rumah hancur karena gempa, masyarakat tinggal di berugak, termasuk baliau. Ustadz Faris Eko tinggal di Berugak atau Gazebo milik warga yang cuma ditutupi dengan semacam karpet atau MMT.
Pernah ada kejadian, sumur di bawah berugak hampir hancur karena hujan deras. Adapun kalau sumur hancur, berugak itu pun akan dapat ikut hancur juga. Namun Alhamdulillah, sumur tidak jadi hancur. Ustadz Faris Eko ditugaskan di Lombok sekitar satu tahun.
Sementara itu, menurut Ustadz Faris Eko, kendala terberat dalam kehidupan dakwah adalah menjaga hati. Karena memang tidak dipungkiri bahwa kita manusia punya musuh; ada syahwat kemudian lebih diperkuat adanya setan, iblis yang terus menggoda. Kadang sulit untuk menjaga niat. Entah itu niat duniawi atau karena menuruti hawa nafsu.
Menjaga niat ini memang berat. Dalam menghadapi hal tersebut, Ustadz Faris Eko berusaha untuk mengingat satu hadis Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, “Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya.” Ustadz Faris Eko ingin menjadi orang yang baik di mata Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan melayani orang, dengan menjadi orang yang bermanfaat. Di antaranya dengan mengajarkan ilmu yang beliau miliki agar bermanfaat bagi orang lain.
Adapun pesan Ustadz Faris Eko untuk guru ngaji, hendaknya terus semangat mengajarkan Al-Qur’an karena memang ini merupakan pekerjaan mulia. Sebaik-baik manusia juga kata Rasulullah, adalah yang mengajarkan Al-Qur’an. Maka terus istiqomah, tetap jaga hati agar Allah Subhanahu wa Ta’ala memberikan keberkaan dalam hidup kita.