FKAM.ID, SURAKARTA – Untuk sesi yang ke 2 Tabligh Akbar Syiar Seperempat Abad FKAM adalah “Hikmah Keragaman” dengan pembicara Al Habib Muhammad Al Habsy. Namun sebelum dimulai, ada pentas hadrah dari santri Al Muayyad Mangkuyudan Solo. Hadrah merupakan kesenian Islam yang di dalamnya berisi shalawat Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dengan diiringi alunan rebana.
Di dalam penjelasan mengenai hikmah perbedaan, Al Habib Muhammad Al Habsy memaparkan bahwa merupakan sunnatullah bila manusia itu diciptakan beragam; beragam fisiknya, wataknya, timpat tinggalnya, bahasanya, dan lain-lain. Para ulama pun juga kadang berbeda pendapat mengenai suatu perkara, misalnya dalam hal yang membatalkan wudhu.
Keragaman itu tidak bisa dihilangkan, dan keragaman itu tidak kemudian menjadi hitam putih, ada yang salah ada yang benar. Namun, kadang semuanya benar. Misalnya dalam hal perbedaan shahabat Nabi mengenai shalat Ashar di atau tidak di Pemukiman Bani Quraizhah. Rasulullah bersabda, “Tidak boleh shalat Ashar kecuali di Pemukiman Bani Quraizhah.”
Kemudian saat sedang dalam perjalanan, tibalah waktu untuk adzan Ashar. Dan diperkirakan tiba di Pemukiman Bani Quraizhah adalah waktu maghrib. Menghadapi hal ini, ada yang shalat Ashar karena memahami bahwa perintah Nabi tersebut maksudnya agar bersegera berangkat ke Bani Quraizhah. Namun, ada yang shalat Ashar di Pemukiman Bani Quraizhah karena berdasarkan perintah Nabi janganlah ada satu pun yang shalat Ashar kecuali di Bani Quraizhah.
Namun adanya perbedaan tersebut, tak ada yang disalahkan oleh Rasulullah. Semuanya benar.
Pada kesempatan Tabligh Akbar ini, Al Habib Muhammad Al Habsy juga memaparkan secara panjang lebar mengenai Perang Khandaq. Di antaranya mengenai situasi yang terjadi saat Perang Khandaq serta kepedulian Rasulullah dengan kesehatan mental dan kondisi mental.
Selainnya beliau juga menasehatkan bahwa kalau ada perbedaan itu santai saja. Sudut pandangnya adalah syariat Islam. Kalau ada orang yang melanggar syariat, orang tersebut boleh ditegur. Namun, kalau tidak melanggar syariat, silahkahkan ada perbedaan itu karena perbedaan merupakan sunnatullah. Dan justru hebatnya, kalau perbedaan itu dikelola dengan bagus, maka keberadaannya akan menjadi kekuatan yang luar biasa. Kemudian, Al Habib Muhammad Al Habsy menutup Tabligh Akbar ini dengan doa.