Oleh: Departemen Dakwah, Pendidikan dan Advokasi FKAM
Khutbah Pertama
إِنَّ الْحَمْدَ لِلهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَـهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ. أَمَّا بَعْدُ
عِبَادَ اللهِ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ عَزَّ وَجَلَّ حَيْثُ قَالَ تَبَارَكَ وَتَعَالَى، أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ:
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا
يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُّسْلِمُوْنَ
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا
فَإنّ أَصْدَقَ الْحَدِيْثِ كِتَابُ اللهِ، وَخَيْرَ الْهَدْىِ هَدْىُ مُحَمّدٍ صَلّى الله عَلَيْهِ وَسَلّمَ، وَشَرّ اْلأُمُوْرِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةً، وَكُلّ ضَلاَلَةِ فِي النّارِ. أَمَّا بَعْد
Ma’asyiral Muslimin Jamaah Shalat Jumat Rahimakumullah
Segala puji bagi Allah Ta’ala, Dialah Dzat yang telah menciptakan langit tanpa tiang, dan bumi yang luas tanpa bisa dijangkau oleh mata manusia. Dialah Dzat Yang Maha Kuat lagi Maha Perkasa, yang telah menciptakan makhluk baik yang ada di langit maupun yang ada di bumi, yang bersujud kepada-Nya.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
أَلَمۡ تَرَ أَنَّ ٱللَّهَ يَسۡجُدُۤ لَهُۥۤ مَن فِي ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَمَن فِي ٱلۡأَرۡضِ وَٱلشَّمۡسُ وَٱلۡقَمَرُ وَٱلنُّجُومُ وَٱلۡجِبَالُ وَٱلشَّجَرُ وَٱلدَّوَآبُّ وَكَثِير مِّنَ ٱلنَّاسِ
“Tidakkah engkau tahu bahwa siapa yang ada di langit dan siapa yang ada di bumi bersujud kepada Allah, juga matahari, bulan, bintang, gunung-gunung, pohon-pohon, hewan-hewan yang melata dan banyak di antara manusia…” (QS. Al-Hajj: 18).
Shalawat dan salam, semoga tetap tercurahkan kepada baginda kita, Rasulullah Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Kepada keluarga, shahabat, serta orang-orang yang mencintai, mempelajari, mengamalkan dan memperjuangkan apa yang di bawa oleh beliau Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, dan semoga kita termasuk di dalamnya.
Ma’asyiral Muslimin Jamaah Shalat Jumat Rahimakumullah
Mari kita berusaha meningkatkan ketaqwaan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala di manapun kita berada, serta mengiringi setiap kelalaian dan perbuatan dosa dengan kebaikan. Agar dengan hal tersebut, Allah menghapus kesalahan-kesalahan yang kita lakukan.
Jamaah Shalat Jumat Rahimakumullah
Seorang Mukmin hendaknya menjadi pribadi yang kuat. Hal itu bukan untuk menindas orang lain, bukan pula untuk berbangga ataupun berambisi pada kekuasaan. Akan tetapi, kuatnya seorang Mukmin adalah untuk membela kebenaran.
Allah Subhanahu wa Ta’ala, mensifati hamba-Nya yang bernama Thalut dengan sosok yang kuat untuk membela agama Allah. Sebagaimana terdapat dalam QS. Al-Baqarah: 247:
إِنَّ ٱللَّهَ ٱصۡطَفَىٰهُ عَلَيۡكُمۡ وَزَادَهُۥ بَسۡطَة فِي ٱلۡعِلۡمِ وَٱلۡجِسۡمِۖ وَٱللَّهُ يُؤۡتِي مُلۡكَهُۥ مَن يَشَآءُۚ وَٱللَّهُ وَٰسِعٌ عَلِيمٌ
“Allah telah memilihnya (menjadi raja) kamu dan memberikan kelebihan ilmu dan fisik. Allah memberikan kerajaan-Nya kepada siapa yang Dia kehendaki, dan Allah Mahaluas, Maha Mengetahui.” (QS. Al-Baqarah: 247).
Bahkan, keberadaan seorang Mukmin sejati yang kuat lebih Allah sukai daripada seorang Mukmin yang lemah. Sebagaimana disebutkan dalam hadis Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
الْمُؤْمِنُ الْقَوِيُّ، خَيْرٌ وَأَحَبُّ إِلَى اللهِ مِنَ الْمُؤْمِنِ الضَّعِيفِ، وَفِي كُلٍّ خَيْرٌ
“Mukmin yang kuat itu lebih baik dan lebih dicintai Allah Subhanahu wa Ta’ala daripada Mukmin yang lemah; dan pada keduanya ada kebaikan.” (HR. Muslim, Ahmad dan Ibnu Majah).
Hadis di atas menjelaskan, bahwa seorang Mukmin yang kuat itu lebih baik daripada seorang Mukmin yang lemah. Sebab, Mukmin yang kuat dapat melakukan sesuatu untuk kaum Muslimin. Dia dapat memberikan manfaat kepada kaum Muslimin dengan kekuatan yang dimilikinya.
Hanya saja, setiap Mukmin yang kuat ataupun lemah itu memiliki kebaikan lantaran keimanan yang ada pada dirinya. Masing-masing dapat memberikan andil untuk Islam sesuai dengan kemampuannya. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
وَأَعِدُّواْ لَهُم مَّا ٱسۡتَطَعۡتُم مِّن قُوَّة وَمِن رِّبَاطِ ٱلۡخَيۡلِ تُرۡهِبُونَ بِهِۦ عَدُوَّ ٱللَّهِ وَعَدُوَّكُمۡ وَءَاخَرِينَ مِن دُونِهِمۡ لَا تَعۡلَمُونَهُمُ ٱللَّهُ يَعۡلَمُهُمۡۚ وَمَا تُنفِقُواْ مِن شَيۡء فِي سَبِيلِ ٱللَّهِ يُوَفَّ إِلَيۡكُمۡ وَأَنتُمۡ لَا تُظۡلَمُونَ
“Dan persiapkanlah dengan segala kemampuan untuk menghadapi mereka dengan kekuatan yang kamu miliki dan dari pasukan berkuda yang dapat menggentarkan musuh Allah, musuhmu dan orang-orang selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya; tetapi Allah mengetahuinya. Apa saja yang kamu infaqkan di jalan Allah, niscaya akan dibalas dengan cukup kepadamu dan kamu tidak akan didzalimi (dirugikan).” (QS. Al-Anfal: 60).
Ma’asyiral Muslimin Jamaah Shalat Jumat Rahimakumullah
Tentunya bukan kekuatan fisik semata yang harus diraih oleh seorang Mukmin, namun banyak aspek kekuatan yang jika terwujud maka akan saling menopang satu sama lain. Yang hal tersebut, sebagai sarana membangun kekuatan umat menuju kemuliaan Islam dan kaum Muslimin.
Syaikh Muhammad Ali Ash-Shabuni menjelaskan hadis di atas di dalam kitabnya Min Kunuzis Sunnah, bahwa kekuatan yang harus ada pada diri seorang Mukmin yang kuat itu mencakup 4 pilar:
Pilar yang Pertama adalah Quwwatul Iman (Kekuatan Iman)
Pilar pertama yang harus dibangun dalam mewujudkan pribadi Mukmin yang kuat adalah kekuatan iman. Iman yang kuat dalam diri seorang Mukmin akan melahirkan keyakinan bahwa semua yang terjadi di dunia adalah karena kehendak Allah. Tanpa kehendak-Nya, semua itu tidak akan terjadi.
Sehingga dengan demikian, dia tidak akan pernah merasa gentar dan takut dalam menghadapi rintangan di atas jalan Allah.
Namun demikian, kekuatan iman itu terwujud bukan dengan sendirinya. Akan tetapi melalui proses yang kadang berat lagi susah. Adapun di antara upaya agar mempunyai kekuatan iman adalah, dengan senantiasa memiliki interaksi kuat dengan Al-Qur’an dan melazimi perintah-perintah Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Allah berfirman:
إِنَّمَا ٱلۡمُؤۡمِنُونَ ٱلَّذِينَ إِذَا ذُكِرَ ٱللَّهُ وَجِلَتۡ قُلُوبُهُمۡ وَإِذَا تُلِيَتۡ عَلَيۡهِمۡ ءَايَٰتُهُۥ زَادَتۡهُمۡ إِيمَٰنا وَعَلَىٰ رَبِّهِمۡ يَتَوَكَّلُونَ ٢ ٱلَّذِينَ يُقِيمُونَ ٱلصَّلَوٰةَ وَمِمَّا رَزَقۡنَٰهُمۡ يُنفِقُونَ ٣ أُوْلَـٰٓئِكَ هُمُ ٱلۡمُؤۡمِنُونَ حَقّا
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman adalah mereka yang apabila disebut nama Allah gemetar hatinya, dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, bertambah kuat imannya dan hanya kepada Allah mereka bertawakal. (Yaitu) orang-orang yang melaksanakan shalat dan yang menginfaqkan sebagian rezeki yang Kami berikan kepada mereka. Mereka itulah orang-orang yang benar-benar beriman.”(QS. Al-Anfal: 2-4).
Pilar yang Kedua adalah Quwwatul Ilmi (Kekuatan Ilmu)
Islam adalah agama yang sangat menjunjung tinggi ilmu dan menghormati orang-orang yang berilmu. Allah meninggikan derajat orang-orang yang beriman dan berilmu hingga beberapa derajat di atas orang yang beriman saja tetapi tidak berilmu.
يَرۡفَعِ ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ مِنكُمۡ وَٱلَّذِينَ أُوتُواْ ٱلۡعِلۡمَ دَرَجَٰتۚ
“Allah akan mengangkat derajat orang-orang yang beriman di antara kalian, dan orang-orang yang berilmu beberapa derajat.” (QS. Al-Mujadilah: 11).
Ilmu menjadi dasar keutamaan manusia dan menjadi penentu kemuliaannya. Penunjukan Nabi Adam ‘Alaihissalam sebagai khalifah, tidak lain adalah karena potensi ilmunya, sehingga ia dapat mengungguli makhluk Allah yang lain yakni para malaikat.
Di dalam Islam, ilmu tidak hanya sekedar untuk pengetahuan saja, melainkan untuk kebaikan dan untuk ibadah. Ilmu harus melahirkan amal atau tindakan. Kita harus berbuat dan beramal atas dasar ilmu yang kita miliki.
Dalam kitab Rijal Haula Rasul dikisahkan, pada suatu majelis shahabat Abu Darda’ sedang berdiskusi dengan shahabat lainnya tentang hari akhirat.
Tiba-tiba beliau menangis, hingga air matanya meleleh. Maka, shahabat lain pun bertanya mengapa dia menangis.
Abu Darda’ menjawab, “Aku takut kelak di akhirat ditanya, apakah kamu memiliki ilmu dan apakah kamu mengamalkan ilmu yang kamu miliki?”
Kisah di atas mengantarkan kepada kita pada beberapa hikmah yang sangat agung. Di antaranya:
Pertama: Sahabat Abu Darda’ adalah seorang yang tidak hanya alim, namun juga taqwa, memiliki rasa takut akan kedudukan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dan inilah memang ciri daripada seorang ulama.
Hikmah yang kedua: Obyek diskusi seorang ahli ilmu tidak hanya melulu urusan dunia. Akan tetapi yang lebih penting justru adalah perkara akhirat untuk meningkatkan keimanan dan memperkuat daya ingat terhadap kematian.
Dan hikmah yang ketiga: Ilmu merupakan salah satu aspek yang membentuk kualitas agama dan ketaqwaan seseorang.
Dari sinilah, ilmu benar-benar menjadi kekuatan apabila ia diamalkan dan dijadikan sebagai sarana untuk memperoleh kemuliaan akhirat
Ma’asyirah muslimin Jamaah Shalat Jumat Rahimakumullah
Pilar yang Ketiga adalah Quwwatul Jasad (Kekuatan Fisik)
Kalau kita membaca sejarah para pendahulu kita, manakah di antara para shahabat Rosulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam yang tak pandai berperang?
Mereka ahli dalam segala bidang. Mereka pandai menunggang kuda, memanah, dan bermain pedang. Secara umum, hampir seluruh shahabat Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mempunyai keahlian fisik.
Memang mereka sangat terkenal dengan ahli ibadah, ahli membaca Al-Qur’an, ahli tahajud, rajin puasa sunnah, namun di sisi lain, mereka adalah orang-orang yang kuat fisiknya.
Maka, menempa fisik agar menjadi kuat adalah bagian dari perintah agama yang langsung disampaikan melalui lisan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam:
إِنَّ وَلَيْسَ اللَّهْوُ إِلَّا فِي ثَلَاثَةٍ: تَأْدِيبِ الرَّجُلِ فَرَسَهُ، وَمُلَاعَبَتِهِ امْرَأَتَهُ، وَرَمْيِهِ بِقَوْسِهِ، وَنَبْلِهِ، وَمَنْ تَرَكَ الرَّمْيَ بَعْدَ مَا عَلِمَهُ رَغْبَةً عَنْهُ، فَإِنَّهَا نِعْمَةٌ كَفَرَهَا
“Sesungguhnya tiga hal yang tidak termasuk perbuatan sia-sia; seorang laki-laki yang melatih kudanya, suami yang mencandai istrinya, dan latihan memanah. Barangsiapa meninggalkan memanah setelah dia mengetahuinya karena benci, maka itu namanya kufur nikmat.” (HR. Nasa’i).
Jamaah Shalat Jumat Rahimakumullah
Pilar yang Keempat adalah Quwwatul Iqtishad (Kekuatan Ekonomi)
Shahabat Utsman bin Affan Radhiyallahu ‘anhu adalah salah satu shahabat Nabi yang kaya raya dan juga dermawan. Dia banyak menyumbangkan harta bendanya untuk tegaknya panji-panji Islam.
Dalam perang Tabuk melawan Romawi, Utsman menyediakan 300 ekor unta dan 1000 dinar dari kantong pribadinya untuk biaya peperangan.
Ada kisah lain yang menggambarkan kedermawanan seorang Utsman bin Affan, yakni ketika dia berhasil membeli sebuah sumur yang dimiliki oleh orang Yahudi di Madinah untuk keperluan kaum Muslimin.
Utsman membeli sumur itu dengan harga 12.000 dirham, dan itu pun masih separuh harga, belum semuanya. Karena si Yahudi baru bersedia menjual separuhnya.
Melihat perjalanannya kemudian, orang Yahudi itu menjual seluruhnya, dan Utsman pun menambah seharga 8000 dirham sehingga semua sumur tersebut milik kaum Muslimin.
Sumur tersebut dikenal dengan nama Bi’ru Raumah yang hingga hari ini masih mengeluarkan airnya.
Demikianlah gambaran sederhana manakala seorang Mukmin itu kuat dalam hal ekonomi. Maka dia dapat mengentaskan permasalahan yang notabene mendera kaum Muslimin di berbagai belahan bumi.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
وَمَا تُنفِقُواْ مِنۡ خَيۡر فَلِأَنفُسِكُمۡۚ وَمَا تُنفِقُونَ إِلَّا ٱبۡتِغَآءَ وَجۡهِ ٱللَّهِۚ وَمَا تُنفِقُواْ مِنۡ خَيۡر يُوَفَّ إِلَيۡكُمۡ وَأَنتُمۡ لَا تُظۡلَمُونَ
“Dan apa saja harta yang baik yang kamu nafkahkan (di jalan Allah), maka pahalanya itu untuk kamu sendiri. Dan janganlah kamu membelanjakan sesuatu melainkan karena mencari keridhaan Allah. Dan apa saja harta yang baik yang kamu nafkahkan, niscaya kamu akan diberi pahalanya dengan cukup sedang kamu sedikit pun tidak akan dianiaya.” (QS. Al-Baqarah: 272).
\Ma’asyiral Muslimin Jamaah Shalat Jumat Rahimakumullah
Dengan membangun empat pilar tersebut; Iman, Ilmu, Fisik, dan Ekonomi, Insyaa Allahakan tercipta kharakter sosok Mukmin yang kuat. Semoga Allah Ta’ala membimbing kita untuk senantiasa menjadi hamba-Nya yang kuat, sehingga mampu memberikan andil untuk kemenangan Islam dan kemuliaan kaum Muslimin. Aamiin ya Rabbal’ alamiin.
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
Khutbah Kedua
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ حَمْداً كَثِيْراً طَيِّباً مُبَارَكاً فِيْهِ كَمَا يُحِبُّ رَبُّنَا وَيَرْضَى، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ؛ صَلَّى اللهُ وَسَلَّمَ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ
قَالَ تَعَالَى: يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ. قَالَ تَعَالَى: {وَمَن يَتَّقِ اللهَ يَجْعَل لَّهُ مَخْرَجًا {وَقَالَ: {وَمَن يَتَّقِ اللهَ يُكَفِّرْ عَنْهُ سَيِّئَاتِهِ وَيُعْظِمْ لَهُ أَجْرًا{, أَمَّا بَعْدُ.
إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ. اَللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ مِنَ الْخَيْرِ كُلِّهِ مَا عَلِمْنَا مِنْهُ وَمَا لَمْ نَعْلَمْ. اَللَّهُمَ أَصْلِحْ أَحْوَالَ الْمُسْلِمِيْنَ وَأَرْخِصْ أَسْعَارَهُمْ وَآمِنْهُمْ فِيْ أَوْطَانِهِمْ.
اَللَّهُمَّ أَعِزَّ الإِسْلَامَ وَالمُسْلِمِيْنَ، اَللَّهُمَّ أَعِزَّ الإِسْلَامَ وَالمُسْلِمِيْنَ، اَللَّهُمَّ أَعِزَّ الإِسْلَامَ وَالمُسْلِمِيْنَ، اَللَّهُمَّ انْصُرْ مَنْ نَصَرَ دِيْنَكَ وَكِتَابَكَ وَسُنَّةَ نَبِيِّكَ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، اَللَّهُمَّ انْصُرْ إِخْوَانَنَا المُسْلِمِيْنَ المُسْتَضْعَفِيْنَ فِي كُلِّ مَكَانٍ، اَللَّهُمَّ انْصُرْهُمْ فِي أَرْضِ الشَامِ وَفِي كُلِّ مَكَانٍ، اَللَّهُمَّ كُنْ لَنَا وَلَهُمْ حَافِظاً وَمُعِيْنًا وَمُسَدِّداً وَمُؤَيِّدًا،
اَللَّهُمَّ وَاغْفِرْ لَنَا ذُنُبَنَا كُلَّهُ؛ دِقَّهُ وَجِلَّهُ، أَوَّلَهُ وَآخِرَهُ، سِرَّهُ وَعَلَّنَهُ، اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لَنَا وَلِوَالِدَيْنَا وَلِلْمُسْلِمِيْنَ وَالمُسْلِمَاتِ وَالمُؤْمِنِيْنَ وَالمُؤْمِنَاتِ اَلْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ. اَللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ حُبَّكَ، وَحُبَّ مَنْ يُحِبُّكَ، وَحُبَّ العَمَلَ الَّذِيْ يُقَرِّبُنَا إِلَى حُبِّكَ. اَللَّهُمَّ زَيِّنَّا بِزِيْنَةِ الإِيْمَانِ وَاجْعَلْنَا هُدَاةَ مُهْتَدِيْنَ. اَللَّهُمَّ أَصْلِحْ ذَاتَ بَيْنِنَا وَأَلِّفْ بَيْنَ قُلُوْبِنَا، وَاهْدِنَا سُبُلَ السَّلَامِ، وَأَخْرِجْنَا مِنَ الظُلُمَاتِ إِلَى النُّوْرِ. اَللَّهُمَّ آتِ نُفُوْسَنَا تَقْوَاهَا، وَزَكِّهَا أَنْتَ خَيْرَ مَنْ زَكَّاهَا، أَنْتَ وَلِيُّهَا وَمَوْلَاهَا. رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
عِبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُكُمْ بِالْعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيتَآئِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَآءِ وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاسْأَلُوْهُ مِنْ فَضْلِهِ يُعْطِكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ