Beberapa keadaan hidup yang terjadi pada manusia: Kehidupan yang penat, ujian yang berat, badan yang sakit, serta kondisi sibuk. Namun, beberapa kehidupan yang terjadi pada manusia juga bisa berupa: Kehidupan yang serba enak, ujian yang ringan, badan yang sehat, serta kondisi senggang.
Manusia terkadang ada yang berada di suatu masyarakat yang baik. Namun, manusia ada juga yang berada di suatu masyarakat yang buruk moralnya.
Pada saat manusia menempuh kehidupannya, ada manusia yang mengerjakan sesuatu yang tidak diperbolehkan. Di antaranya:
- Berbohong.
- Berkata jorok.
- Tidak mengerjakan shalat wajib.
- Tidak mengerjakan puasa wajib
- Tidak amanah.
- Memfitnah orang.
- Menghina orang.
- Makan barang haram.
- Riya’.
- Mengajak orang mengerjakan kemungkaran.
Apakah itu aneh? Tidak. Semua itu tidak aneh. Adanya ketidaktaatan kepada Allah maupun kemungkaran bukan merupakan sesuatu yang aneh pada kehidupan manusia. Bermaksiat merupakan perbuatan yang sering terjadi pada kehidupan manusia. Adanya perbuatan dosa merupakan sesuatu yang lekat pada kehidupan manusia. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam pernah bersabda:
“Demi yang jiwaku berada dalam genggaman-Nya, jika kalian tidak melakukan dosa, maka Allah akan melenyapkan kalian. Kemudian Allah mendatangkan orang-orang baru yang mereka melakukan dosa, lalu mereka memohon ampun kepada Allah, dan Allah pun mengampuni mereka.” (HR Muslim).
Namun demikian, tidak kemudian kita membiarkan kita manjadi manusia pendosa; jago mengerjakan kemungkaran, seenaknya saja bermaksiat, serta memaklumi perbuatan dosa yang kita kerjakan dengan alasan karena kita manusia. Kalau kita membohongi orang, kita beralasan maklum kita adalah manusia. Kalau kita memfitnah orang, kita beralasan maklum kita adalah manusia. Tentu tidak demikian itu.
Setiap dosa yang dikerjakan manusia itu akan dicatat. Dosa yang dikerjakan itu akan mendatangkan adzab, sementara adzab Allah sangat pedih. Apakah mau kalau kita diadzab? Tentu kita tidak mau.
Lalu, kalau kita sudah terlanjur mengerjakan dosa, apa yang harus kita kerjakan? Ada dosa, ada taubat. Dengan kata lain, kalau kita mengerjakan dosa, hendaknya kita bertaubat, memohon ampun kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, Rabb Yang Maha Pengampun. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
“Dan sungguh, Aku Maha Pengampun bagi yang bertaubat, beriman dan berbuat kebajikan, kemudian tetap dalam petunjuk.” (QS. Thahaa: 82).
Apa itu bertaubat? Bertaubat ialah kembali kepada Allah, menyesali perbuatan dosa yang sudah dikerjakan, memohon ampunan-Nya, dan berupaya untuk tidak lagi mengulangi dosa yang sudah dikerjakan.
Namun, apakah masih diperbolehkan bertaubat sementara perbuatan dosa merupakan sesuatu yang sudah sangat diakrabi? Apakah masih diperbolehkan bertaubat sementara dosa yang dikerjakan sudah keterlaluan? Apakah masih diperbolehkan bertaubat sementara dosa yang dikerjakan bukan hanya berbohong, berkata jorok, tidak mengerjakan shalat, serta memfitnah? Apakah masih diperbolehkan bertaubat sementara berbagai jenis dosa sudah pernah dikerjakan serta tatarannya sudah pada level tidak lagi peduli dengan yang halal maupun yang haram?
Seberapa pun besar dosa kita, kita tetap masih diperbolehkan untuk bertaubat. Meskipun dosa kita setinggi langit, kita tetap masih diperbolehkan untuk bertaubat. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
“Seandainya kalian berbuat dosa sehingga tumpukan dosa itu setinggi langit kemudian kalian benar-benar bertaubat, niscaya Allah akan menerima taubat kalian.” (Shahih Ibnu Majah).
Adapun cara bertaubat adalah dapat berupa dengan mengerjakan Shalat Taubat. Kita mengerjakan shalat 2 rekaat, lalu memohon ampunan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Selanjutnya, kalau kita sudah bertaubat, namun dikemudian waktu mengerjakan dosa lagi, apakah juga masih diperbolehkan untuk bertaubat lagi? Berkaitan dengan hal ini, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda:
“Ada seorang hamba yang berbuat dosa lalu ia berkata, ‘Ya Rabbi, aku telah berbuat dosa, ampunilah aku.’ Lalu Allah berfirman, ‘Hamba-Ku mengetahui bahwa ia memiliki Rabb yang mengampuni dosa.’ Lalu dosanya diampuni. Dan berjalanlah waktu, lalu ia berbuat dosa lagi. Ketika berbuat dosa lagi ia berkata, ‘Ya Rabbi, aku telah berbuat dosa lagi, ampunilah aku.’ Lalu Allah berfirman, ‘Hamba-Ku mengetahui bahwa ia memiliki Rabb yang mengampuni dosa.’ Lalu dosanya diampuni. Dan berjalanlah waktu, lalu ia berbuat dosa lagi. Ketika berbuat dosa lagi ia berkata, ‘Ya Rabbi, aku telah berbuat dosa lagi, ampunilah aku.’ Lalu Allah berfirman, ‘Hamba-Ku mengetahui bahwa ia memiliki Rabb yang mengampuni dosa.’ Lalu dosanya diampuni. Lalu Allah berfirman, ‘Aku telah ampuni dosa hamba-Ku, maka hendaklah ia berbuat sesukanya’.” (HR. Bukhari).
Berdasarkan hadits tersebut, kita masih diperbolehkan untuk bertaubat. Karenanya, jangan pernah untuk tidak memohon ampun kalau kita sudah mengerjakan dosa. Meskipun kita pernah mengerjakan dosa kemudian memohon ampunan, kemudian kita mengerjakan dosa lagi, tetaplah kita harus bertaubat, memohon ampun kepada Allah lagi. Bertaubat itu wajib. Keberadaannya harus kita kerjakan kalau kita berbuat dosa.
Pada saatnya setiap manusia akan didatangi maut. Sementara itu, kalau manusia sudah meninggal, dia sudah tidak akan bisa lagi berdusta, menghina orang, memfitnah orang, pamer kebaikan, menikmati barang haram, mengerjakan kemungkaran maupun kemaksiatan. Dia pun juga tidak bisa lagi beribadah dan bersikap baik kepada orang supaya mendapatkan pahala. Selainnya, pada saat itu pula, sudah tidak ada lagi kesempatan bertaubat padanya.
Karena itu, sebelum ajal tiba, mari bertaubat. Bertaubat selagi masih dapat bertaubat, bertaubat selagi masih ada kesempatan untuk bertaubat agar kita tidak menyesal. Selain itu, semoga pada saat nyawa kita diambil, kita sudah tidak mempunyai dosa karena kita sudah bertaubat. Aamiin, ya Rabbal ‘alamiin.