Ibu Madrasah Pertama

YahyaKhutbah Jumat6 hours ago18 Views

Oleh: Bima Setya Dharma

Khutbah Pertama

ٱلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ ٱللَّٰهِ وَبَرَكَاتُه

إِنّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ

 أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُه

اَللهُمّ صَلّ وَسَلّمْ عَلى سيّدنا مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن

فَيَا عِبَادَ الله اُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِى بِتَقْوَاللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقٌوْنَ

,فقد قال الله تعالى في القرآن الكريم :

يَاأَيّهَا الّذَيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ حَقّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنّ إِلاّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ

يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوْا رَبَّكُمُ الَّذِيْ خَلَقَكُمْ مِّنْ نَّفْسٍ وَّاحِدَةٍ وَّخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيْرًا وَّنِسَاۤءً ۚ وَاتَّقُوا اللّٰهَ الَّذِيْ تَسَاۤءَلُوْنَ بِهٖ وَالْاَرْحَامَ ۗ اِنَّ اللّٰهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ ۗ وَمَن يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا

فإنَّ أصدقَ الحديثِ كتابُ اللهِ وخيرَ الهديِ هديُ محمدٍ صلَّى اللهُ عليهِ وسلَّمَ وشرَّ الأمورِ مُحدثاتُها ، فَإِنَّ كلَّ مُحدَثةٍ بدعةٌ ، وكلَّ بدعةٍ ضلالةٌ ، وكلَّ ضلالةٍ في النَّارِ

 أَمَّا بَعْدُ

 Ma’asyiral Muslimin, Jamaah Jum’at Rahimakumullah.

Marilah kita panjatkan puji syukur ke hadirat Allah Subhanahu wa Ta’ala, Dzat yang memiliki sifat Ar-Rahman. Ar-Rahman adalah Dzat Yang Maha Pengasih, yang kasih sayang-Nya meliputi segala sesuatu di langit dan di bumi. Itulah mengapa salah satu organ wanita dinamakan rahim, karena nama, ‘Rahim’ itu diambil dari akar kata yang sama dengan sifat Allah tersebut, yang berarti tempat bernaungnya kasih sayang. Dari rahim inilah kasih sayang Allah terwujud nyata, dan dari rahim inilah peradaban manusia bermula.

Shalawat dan salam, mari kita haturkan kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, yang telah membawa risalah pencerahan dan kasih sayang bagi segenap alam. Juga kita haturkan kepada keluarganya dan shahabatnya. Melalui hal itu, kita semua selaku umatnya berharap kelak mendapatkan syafaatnya.

Tidak lupa khatib berwasiat kepada diri khatib pribadi dan kepada jama’ah sekalian, untuk senantiasa bertaqwa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Sebab hanya dengan iman dan taqwalah yang menjadi bekal bagi kita untuk masuk ke dalam Syurga, dan selamat dari siksa api Neraka.

Hadirin yang Dimuliakan Allah.

Hari ini kita sering membicarakan tentang kemajuan zaman, tentang teknologi yang terus berkembang, dan tentang pendidikan tinggi yang semakin maju. Namun, sesungguhnya permulaan kemuliaan umat ini tidak lahir dari gedung-gedung menjulang, tidak pula dari universitas yang megah. Akan tetapi, permulaan kemuliaan itu dari rumah. Dan rumah menjadi hidup karena adanya ibu.

Rumah menjadi hidup karena adanya ibu, sebab ibu adalah madrasah pertama bagi anak-anaknya. Dari kelembutan hati dan keteladanan seorang ibu, lahirlah generasi yang berakhlak dan berilmu. Peran seorang ibu bukan hanya sebagai orang yang mengurus rumah saja, melainkan sebagai pendidik yang menanamkan nilai-nilai iman, adab, dan kasih sayang. Ketika ibu menjalankan perannya sebagai madrasah, maka rumah menjadi sumber cahaya, dan dari rumah itulah peradaban emas akan tumbuh.

Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah.

Dalam Islam, kedudukan ibu sangatlah mulia. Sebagaimana dalam sebuah hadits yang diriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiallahu ‘anhu, beliau berkata:

جَاءَ رَجُلٌ إلى رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عليه وَسَلَّمَ، فَقالَ: مَن أَحَقُّ النَّاسِ بحُسْنِ صَحَابَتِي؟ قالَ: أُمُّكَ قالَ: ثُمَّ مَنْ؟ قالَ: ثُمَّ أُمُّكَ قالَ: ثُمَّ مَنْ؟ قالَ: ثُمَّ أُمُّكَ قالَ: ثُمَّ مَنْ؟ قالَ: ثُمَّ أَبُوكَ.

“Seorang laki-laki datang kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam lalu bertanya, ‘Wahai Rasulullah, siapa yang paling berhak aku perlakukan dengan baik?’ Beliau menjawab, ‘Ibumu.’ Ia bertanya lagi, ‘Kemudian siapa?’ Beliau menjawab, ‘Ibumu.’ Ia bertanya lagi, ‘Kemudian siapa?’ Beliau menjawab, ‘Ibumu.’ Ia bertanya lagi, ‘Kemudian siapa?’ Beliau menjawab, ‘Ayahmu’.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengulang hak ibu sebanyak tiga kali dan menyebut hak ayah sekali. Hal ini bukanlah pengurangan terhadap hak ayah, melainkan penegasan betapa besar hak seorang ibu. Sebab, ibu memiliki banyak keutamaan atas anaknya dan menanggung beban yang berat, baik fisik maupun mental, ketika mengandung, melahirkan, menyusui, merawat, dan penuh kasih sayang terhadap anaknya. Kasih sayang yang begitu besar kadang membuat seorang anak lalai dalam berbakti kepadanya. Karena itulah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menekankan berbakti kepada ibu berulang kali.

Ma’asyiral Muslimin, Jamaah Sholat Jum’ah Rahimakumullah.

Selain itu, pengorbanan fisik yang dilakukan oleh seorang ibu sangatlah besar. Tidak hanya mengandung dengan penuh kesabaran, melahirkan dengan menanggung rasa sakit, dan menyusui dengan penuh kasih, tetapi seluruh hidupnya dipenuhi dengan pengorbanan demi anak-anaknya. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman mengenai jasa seorang ibu di dalam Surah Al-Ahqaf Ayat 15:

وَوَصَّيْنَا الْاِنْسَانَ بِوَالِدَيْهِ اِحْسَانًا ۗحَمَلَتْهُ اُمُّهٗ كُرْهًا وَّوَضَعَتْهُ كُرْهًا ۗوَحَمْلُهٗ وَفِصٰلُهٗ ثَلٰثُوْنَ شَهْرًا ۗ

“Kami wasiatkan kepada manusia agar berbuat baik kepada kedua orang tuanya. Ibunya telah mengandungnya dengan susah payah dan melahirkannya dengan susah payah (pula). Mengandung sampai menyapihnya itu selama tiga puluh bulan…”

Dalam ayat ini Allah Subhanahu wa Ta’ala memberikan wasiat kepada kita semua. Tetapi kata wasiatkan pada ayat ini bermakna perintah, yakni Allah mewajibkan manusia untuk senantiasa berbakti kepada orang tua dengan segala bentuk kebaikan yang menunjukkan penghormatan. Lebih khusus lagi, Allah menyebut pengorbanan seorang ibu yang mengandung dengan penuh kesulitan dan melahirkan dengan rasa sakit yang berat. Hal ini menjadi alasan kuat mengapa bakti kepada ibu harus diutamakan, karena dari rahim dan perjuangannya lahir kehidupan.

Allah kemudian menambahkan penjelasan tentang beratnya pengorbanan itu. Bahwa setiap fase kehamilan menambah kelemahan dan kesulitan yang harus ditanggung oleh seorang ibu, lalu dilanjutkan dengan masa menyusui. Semua itu menunjukkan betapa berat perjuangan seorang ibu demi kehidupan anaknya. Karena itu, sudah sepantasnya seorang anak membalas jasa besar tersebut dengan bakti, penghormatan, dan kasih sayang, sebagai wujud syukur atas pengorbanan yang tidak ternilai.

Jama’ah Sholat Jum’at yang Dimuliakan Allah.

Selain menanggung beban fisik, ibu juga memegang peran sebagai madrasah pertama, yang menanamkan nilai-nilai kehidupan. Penyair Mesir Hafizh Ibrahim pernah melantunkan syair yang sangat masyhur:

الأُمُّ مَدرَسَةٌ إِذا أَعدَدتَها

أَعدَدتَ شَعباً طَيِّبَ الأَعراقِ

“Ibu adalah madrasah (sekolah); jika engkau mempersiapkannya dengan baik, maka engkau telah mempersiapkan satu bangsa yang harum akhlaknya.”

Syair ini menegaskan, bahwa kualitas sebuah bangsa berawal dari kualitas seorang ibu. Dari ibu, seorang anak pertama kali belajar iman, akhlak, bahasa, dan nilai-nilai kehidupan. Ketika ibu dipersiapkan dengan baik, dibekali dengan ilmu, akhlak dan keteladanan yang baik, maka ia akan melahirkan generasi yang kuat, berakhlak, dan berperadaban.

Jama’ah Sholat Jum’at yang Berbahagia.

Maka, marilah kita renungkan, sudahkah istri-istri kita atau ibu-ibu kita, kita muliakan sebagai madrasah? Atau kita membiarkan mereka lelah dengan beban dunia hingga lupa mendidik anak-anak kita?

Semoga Allah membalas segala kebaikan untuk ibu kita yang telah berkorban banyak untuk kita hingga saat ini, dan semoga kita dipermudah untuk mendidik istri-istri dan anak-anak perempuan kita, agar kelak dari mereka lahir generasi yang mampu membuat peradaban yang lebih baik.

أَقُولُ قَوْلِي هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللَّهَ لِي وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِينَ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ، فَاسْتَغْفِرُوهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ

Khutbah Kedua

الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ، وَٱلصَّلَاةُ وَٱلسَّلَامُ عَلَىٰ رَسُولِ ٱللَّهِ، وَعَلَىٰ آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ وَالَاهُ

أُوصِيكُمْ وَإِيَّايَ نَفْسِي بِتَقْوَى ٱللَّهِ، فَقَدْ قَالَ ٱللَّهُ تَعَالَىٰ فِي ٱلْقُرْآنِ ٱلْكَرِيمِ

يَا أَيُّهَا ٱلَّذِينَ آمَنُوا ٱتَّقُوا ٱللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ.

أَمَّا بَعْدُ

Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah.

Di khutbah kedua ini, mari kita renungkan bahwa ibu bukan hanya sosok yang melahirkan dan membesarkan kita, tetapi ia adalah madrasah pertama yang membentuk akhlak dan iman anak-anaknya. Dari tangan dan hati seorang ibu, lahirlah generasi yang akan menentukan arah bangsa. Maka, berbakti kepada ibu bukan sekadar kewajiban pribadi, melainkan investasi peradaban. Barangsiapa menjaga baktinya kepada ibu, sesungguhnya ia sedang menjaga masa depan umat dan menegakkan kemuliaan agama.

Marilah kita tutup rangkaian khutbah pada siang hari ini dengan menundukkan kepala, memohon kepada Allah ampunan bagi diri kita dan kedua orang tua kita, serta memohon kebaikan dunia dan akhirat.

إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيماً

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْد

اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدّعَوَاتِ.

اللَّهُمَّ أَعِنِّا عَلَى ذِكْرِكَ وَشُكْرِكَ وَحُسْنِ عِبَادَتِكَ

رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَٰجِنَا وَذُرِّيَّـٰتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَٱجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا

رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِن لَّدُنكَ رَحْمَةً ۚ إِنَّكَ أَنتَ الْوَهَّابُ

اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ سَلَامَةً فِي الدِّينِ، وَعَافِيَةً فِي الْجَسَدِ، وَزِيَادَةً فِي الْعِلْمِ، وَبَرَكَةً فِي الرِّزْقِ، وَتَوْبَةً قَبْلَ الْمَوْتِ، وَرَاحَةً عِنْدَ الْمَوْتِ، وَمَغْفِرَةً بَعْدَ الْمَوْتِ.

اللَّهُمَّ هَوِّنْ عَلَيْنَا فِي سَكَرَاتِ الْمَوْتِ، وَالنَّجَاةَ مِنَ النَّارِ، وَالْعَفْوَ عِنْدَ الْحِسَابِ.
رَبَنَا ءَاتِنَا فِي الدّنْيَا حَسَنَةً وَفِي اْلأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النّارِ.

سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ, وسَلاَمٌ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ, وَالْحَمْدُ للهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ ولَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ،

Leave a reply

Previous Post

Next Post

Ikuti
Search
Loading

Signing-in 3 seconds...

Signing-up 3 seconds...