Kegiatan Mendaki Bukit Batara Sriten

AdamDaerah7 hours ago10 Views

FKAM.ID, GUNUNG KIDUL — Berkaitan dengan pendakian Bukit Batara Sriten, Ustadz Abdurrahman Alghazi memberikan wejangan, bahwasanya mendaki gunung merupakan sebuah perjalanan spiritual yang diperintahkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala untuk menguatkan iman. Hal ini didasarkan pada firman-Nya dalam Surah Al-Ghasyiyah, yang mengajak manusia untuk merenungkan ciptaan-Nya, termasuk gunung-gunung yang ditegakkan dengan kokoh. Aktivitas mendaki gunung merupakan salah satu bentuk tadabbur alam, yaitu merenungkan kebesaran Allah melalui ciptaan-Nya. Dalam Surah Al-Ghasyiyah, Allah Subhanahu wa Ta’ala secara khusus menyoroti beberapa ciptaan-Nya sebagai objek perenungan. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

اَفَلَا يَنْظُرُوْنَ اِلَى الْاِبِلِ كَيْفَ خُلِقَتْۗ وَاِلَى السَّمَاۤءِ كَيْفَ رُفِعَتْۗ وَاِلَى الْجِبَالِ كَيْفَ نُصِبَتْۗ وَاِلَى الْاَرْضِ كَيْفَ سُطِحَتْۗ

“Maka apakah mereka tidak memperhatikan unta bagaimana dia diciptakan? Dan langit bagaimana ia ditinggikan? Dan gunung-gunung bagaimana ia ditegakkan? Dan bumi bagaimana ia dihamparkan?” (QS. Al-Ghasyiyah: 17-20).

Ayat ini khususnya, “Wa ilal jibali kaifa nuṣibat.” (Dan gunung-gunung bagaimana ia ditegakkan? adalah sebuah pertanyaan yang mengajak manusia untuk menggunakan akal dan hatinya. Allah tidak hanya memerintahkan untuk melihat, tetapi, “Yanzhuruna,” yang berarti memperhatikan, mengamati, dan memikirkan secara mendalam. Para ulama tafsir menjelaskan, bahwa ayat-ayat ini ditujukan agar manusia merenungkan keagungan, kekuasaan, dan kebesaran Allah dalam ciptaan-Nya.

Mendaki gunung sebagai perjalanan keimanan. Kegiatan mendaki gunung, jika diniatkan sebagai ibadah untuk merenungi ciptaan Allah, dapat menjadi perjalanan ruhani yang sarat makna. Di antaranya menumbuhkan rasa syukur. Ketika seorang pendaki menyaksikan langsung keindahan matahari terbit dari puncak, hamparan awan di bawah kakinya, dan luasnya bumi yang terbentang, hatinya akan dipenuhi rasa syukur atas nikmat penglihatan, kesehatan, dan keindahan yang Allah ciptakan.

Mendaki gunung juga dapat menguatkan iman dan tauhid. Tantangan fisik dan mental selama pendakian, melawan lelah, dingin, dan rintangan, mengingatkan manusia akan keterbatasannya. Puncak yang berhasil digapai adalah manifestasi pertolongan Allah. Kesadaran ini akan memperkuat keyakinan bahwa tidak ada kekuatan lain selain kekuatan Allah Subhanahu wa Ta’ala, yang pada akhirnya memurnikan tauhid.

Selain itu, mendaki gunung dapat menyadarkan akan kebesaran Allah. Gunung dalam Al-Qur’an sering disebut sebagai pasak bumi yang berfungsi menstabilkan bumi. Dengan mendaki, seseorang dapat merasakan secara langsung fungsi gunung tersebut. Ketinggiannya yang menjulang menjadi simbol keagungan Allah yang tak terbatas. Pengalaman ini menuntun pada kesimpulan, bahwa Tuhan yang mampu menciptakan gunung yang begitu besar, pastilah Maha Kuasa.

Para ulama terdahulu (Salafus Sholih) senantiasa menjadikan alam sebagai sarana untuk mengingat Allah. Mereka memahami bahwa seluruh alam semesta adalah ayat-ayat kauniyah (tanda-tanda kekuasaan Allah yang terhampar di alam).

Dengan demikian, mendaki gunung bukan hanya sekadar rekreasi fisik. Bagi seorang Muslim, ini adalah kesempatan untuk memenuhi perintah Allah dalam Surah Al-Ghasyiyah, yaitu melakukan perjalanan ruhani untuk mempertebal iman, menambah rasa syukur, dan mengakui kebesaran Allah Subhanahu wa Ta’ala yang tercermin dalam setiap detail ciptaan-Nya.

Leave a reply

Previous Post

Next Post

Ikuti
Search
Loading

Signing-in 3 seconds...

Signing-up 3 seconds...