Oleh: Ustadz Nashrul Umam
Assalamu’alaikum warohmatullahi wabarokatuh.
Alhamdulillahirrabil’alamiin, segala puji bagi Allah Subhanahu wa Ta’ala, Rabb semesta alam, tiada sekutu bagi-Nya. Shalawat dan salam, semoga terlimpah kepada Nabiyullah Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam beserta seluruh keluarganya, shahabatnya, serta umatnya yang taat.
Hadirin yang dimuliakan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Bagaimanakah perasaan yang ada jika ada seorang tamu yang anda cintai dan rindukan datang dan tinggal bersama selama beberapa hari? Dan apa yang akan anda lakukan?
Tidak diragukan lagi, anda akan senang dan bahagia, betul? Kemudian anda akan menyambut keberadaannya serta sedapat mungkin merapikan diri, rajin bersih-bersih, dan mengadakan kegiatan-kegiatan yang menarik. Bukankah demikian? Jawabannya adalah, “Tentu!”
Para hadirin sekalian!
Bagaimana jika tamu itu bukan saja anda cintai, tetapi juga dicintai oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala, Rasul-Nya dan seluruh kaum Muslimin? Bagaimana jika tamu ini selama tinggal bersama anda antara siang dan malamnya membawa kebaikan dan keberkahan?
Tamu yang dimaksud tersebut tak lain adalah bulan Ramadhan. Bulan Ramadhan adalah bulan yang mulia, bulan Al-Qur’an, bulan shiyam, bulan bertahajjud dan qiyamullail. Bulan kesabaran dan taqwa. Bulan kasih sayang, ampunan, dan terbebasnya hamba dari Api Neraka. Bulan yang terdapat di dalamnya suatu malam yang lebih baik dari seribu bulan. Bulan di mana setan dibelenggu, Pintu Neraka ditutup serapat-rapatnya dan Pintu Syurga dibuka selebar-lebarnya. Bulan saat amal kebaikan dilipatgandakan dan penuh berkah dalam ketaatan. Bulan yang penuh pahala, bulan yang mempunyai keutamaan yang agung.
Maka, seyogyanya setiap yang mengetahui sifat-sifat tamu ini untuk menyambutnya dengan sebaik mungkin. Mempersiapkan berbagai amal kebajikan agar memperoleh keberuntungan yang besar. Dan tidak berpisah dengan bulan Ramadhan, kecuali ia telah menyucikan ruh dan jiwa.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
قَدْ اَفْلَحَ مَنْ زَكّٰىهَاۖ
“Sungguh beruntunglah orang yang menyucikan jiwa itu.” (QS. Asy-Syams: 9).
Kaum salaf, pendahulu umat ini telah memahami betapa tinggi nilai tamu tersebut. Dalam sebuah riwayat, bahwa mereka berdoa kepada Allah agar dipertemukan kembali dengan bulan Ramadhan sejak enam bulan sebelumnya, dan mereka juga berdoa kepada Allah selama enam bulan agar amal mereka pada bulan Ramadhan diterima.
Lalu Bagaimana Kita Menyambut Bulan Ramadhan?
Untuk menyambut bulan yang mulia ini, berikut kami ringkaskan beberapa butir penting yang terkait dengannya:
Pertama: Berdoa, memohon kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala agar mendapatkan pertolongan dan kekuatan dalam menunaikan ibadah shaum, qiyamullail, dan beramal shalih di dalamnya. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
اِيَّاكَ نَعْبُدُ وَاِيَّاكَ نَسْتَعِيْنُۗ
“Hanya kepada Engkaulah kami beribadah dan hanya kepada Engkaulah kami minta pertolongan.” (QS. Al-Fatihah: 5).
Butir yang Kedua: Kebersihan dan kesucian. Maksudnya kebersihan ma’nawi yaitu taubat yang tulus dan sebenar-benarnya dari segala dosa dan maksiat.
Hadirin yang dimuliakan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Bagaimana mungkin seseorang menunaikan shaum sedangkan dia berbuka dengan sesuatu yang haram, atau meninggalkan shalat, atau durhaka kepada kedua orang tua?
Bagaimana kita menginginkan shaum kita diterima dan bermanfaat, sedangkan kita berada dalam keadaan melakukan dosa ini dan itu?
Belumkah kita mendengar sabda Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam:
“Barangsiapa yang tidak meninggalkan perkataan dan perbuatan dusta, maka Allah tidak membutuhkan puasanya dari makan dan minum.” (HR. Al-Bukhari).
Juga sabda Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam:
“Berapa banyak orang yang berpuasa tidak mendapatkan bagian apa-apa dari puasanya, kecuali lapar dan dahaga.” (Shahih Al Jami’).
Maka dari itu, mari kita bertaubat dengan taubat yang tulus dan dengan sebenar-benarnya taubat selagi pintu taubat masih terbuka. Dan taubat itu bukan sekedar meninggalkan perbuatan dosa, akan tetapi dengan mengembalikan hati dan hawa nafsu kepada Dzat Yang Maha Mengetahui alam ghaib:
فَفِرُّوْٓا اِلَى اللّٰهِ ۗ
“Maka kembalilah kepada Allah.” (QS. Adz-Dzariat: 50).
Hadirin yang dimuliakan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Butir yang Ketiga: Di antara masalah penting lainnya adalah bertafaqquh (memahami) hukum-hukum shaum dan mengenal petunjuk Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Berupa mempelajari syarat-syarat shaum, syarat sahnya, yang membatalkan shaum, hukum shaum bagi yang berhalangan baik karena safar (bepergian) atau sakit, hukum zakat fitrah, dan lain sebagainya. Begitu pula mengenai petunjuk Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dalam bulan Ramadhan yang bertalian dengan diri beliau, shaumnya, qiyamullailnya, kemurahan hatinya, juga yang berkaitan dengan keluarga dan umatnya. Sebab, segala sesuatu harus didahului dengan ilmu dan pemahaman sebelum mengamalkannya.
Butir yang Keempat: Mengisi bulan Ramadhan dengan sebaik-baiknya. Di antaranya dengan membaca Al-Qur’an, mempelajarinya kemudian menghafalnya, qiyamullail, memberi buka puasa kepada orang-orang yang berpuasa, melakukan umrah, beri’tikaf, berlomba dalam kebaikan dengan semangat fastabiqul khairat, bersedekah, berdzikir, mensucikan jiwa, dan lain-lain.
Kita berdoa kepada Allah, semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala berkenan memberi taufiq dan hidayah-Nya kepada kita agar dapat beramal shalih pada bulan Ramadhan ini. Aamiin ya Rabbal ‘alamiin.
Hadirin yang muliakan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Demikian kultum singkat dari Al Faqir, mudah-mudahan bermanfaat bagi kita semua. Kami beristighfar meminta ampun kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dari semua kesalahan.
Wassalamu’alaikum warohmatullahi wabarokatuh.