Ridha Allah di Ridha Orang Tua

AdamTazkiyatun Nafs4 days ago44 Views

Oleh: Bima Setya Dharma

Islam adalah agama yang menyeluruh bukan sekadar agama yang mengatur ibadah ritual. Islam tidak hanya membimbing manusia dalam beribadah kepada Allah, tetapi juga dalam menjalani kehidupan sosial dengan penuh adab dan kasih sayang. Salah satu ajaran agung dalam Islam adalah memuliakan dan menghormati kedua orang tua, yang merupakan bentuk ibadah yang bukan hanya sekadar etika saja, melainkan merupakan wujud ketaatan kepada Sang Pencipta. Di dalam Al-Qur’an disebutkan perhatian khusus terhadap kedudukan orang tua, bahkan meskipun mereka tidak beriman. Allah Subhanahu wa Ta’alaberfirman:

وَإِنْ جَاهَدَاكَ عَلَىٰ أَنْ تُشْرِكَ بِي مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ فَلَا تُطِعْهُمَا وَصَاحِبْهُمَا فِي الدُّنْيَا مَعْرُوفًا

“Jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan Aku dengan sesuatu yang kamu tidak memiliki ilmu tentangnya, maka jangan taati keduanya, namun pergaulilah keduanya di dunia dengan cara yang baik.” (QS. Luqman:15).

Ayat ini mengajarkan betapa pentingnya sikap memuliakan orang tua sekalipun orang tua berada dalam kesalahan akidah. Diriwayatkan bahwa ayat ini diturunkan berhubungan dengan Sa’ad bin Abi Waqqaṣ, ia berkata, “Tatkala aku masuk Islam, ibuku bersumpah bahwa beliau tidak akan makan dan minum sebelum aku meninggalkan agama Islam itu. Untuk itu pada hari pertama aku mohon agar beliau mau makan dan minum, tetapi beliau menolaknya dan tetap bertahan pada pendiriannya.

Pada hari kedua, aku juga mohon agar beliau mau makan dan minum, tetapi beliau masih tetap pada pendiriannya. Pada hari ketiga, aku mohon kepada beliau agar mau makan dan minum, tetapi tetap menolaknya. Oleh karena itu, aku berkata kepadanya, ‘Demi Allah, seandainya ibu mempunyai seratus jiwa dan keluar satu persatu di hadapan saya sampai ibu mati, aku tidak akan meninggalkan agama yang aku peluk ini.’ Setelah ibuku melihat keyakinan dan kekuatan pendirianku, maka beliau pun mau makan.”

Dari sebab turunnya ayat ini dapat diambil hikmah, bahwa Sa’ad tidak berdosa karena tidak mengikuti kehendak ibunya untuk kembali kepada agama syirik. Hukum ini berlaku pula untuk seluruh umat Nabi Muhammad yang melarang untuk taat kepada orang tuanya dalam mengikuti kekufuran dan kesyirikan atau perbuatan dosa yang lain. Tetapi di sini, Allah memerintahkan agar seorang anak tetap bersikap baik kepada ibu bapaknya dalam urusan dunia, seperti menghormati, menyenangkan hati, serta memberi pakaian dan tempat tinggal yang layak baginya, walaupun mereka adalah orang yang memaksa dalam mempersekutukan Allah atau melakukan dosa yang lain.

            Di ayat lain, Allah ‘Azza wa Jallaberfirman:

قَضٰى رَبُّكَ اَلَّا تَعْبُدُوْٓا اِلَّآ اِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ اِحْسٰنًاۗ اِمَّا يَبْلُغَنَّ عِنْدَكَ الْكِبَرَ اَحَدُهُمَآ اَوْ كِلٰهُمَا فَلَا تَقُلْ لَّهُمَآ اُفٍّ وَّلَا تَنْهَرْهُمَا وَقُلْ لَّهُمَا قَوْلًا كَرِيْمًا

“Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah berbuat baik kepada ibu bapak. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah engkau mengatakan kepada keduanya perkataan ‘ah’ dan janganlah engkau membentak keduanya, serta ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang baik.” (QS. Al-Isra: 23).

Di antara bentuk paling nyata yang dijelaskan dalam ayat ini adalah melalui pengendalian lisan dan sikap dalam berbicara kepada orang tua. Allah Ta‘ala secara khusus melarang kita untuk mengucapkan kata uff, yaitu sebuah ungkapan kecil yang sering diucapkan secara refleks sebagai bentuk kejengkelan atau rasa tidak nyaman. Meski terlihat ringan, Islam menganggap ucapan seperti ini sebagai wujud kurangnya adab, karena ini menyiratkan penolakan atau kejenuhan terhadap keberadaan orang tua. Halapapun yang menunjukkan kejengkelan terhadap orang tua adalah bentuk kedurhakaan yang dibenci dalam Islam. Maka, seorang diajarkan untuk menjaga tutur kata dengan penuh kesabaran dan kelembutan kepada orang tua, bahkan dalam keadaan lelah atau tertekan.

Selain menjaga ucapan, Al-Qur’an melarang keras tindakan membentak atau meninggikan suara kepada kedua orang tua. Menaikkan nada bicara, apalagi disertai dengan kemarahan, adalah bentuk sikap yang menyakiti hati dan bertentangan dengan akhlak seorang Muslim. Oleh karena itu, Allah memerintahkan kita untuk mengucapkan qaulan kariima yaitu perkataan yang baik dan mulia, kata-kata yang lembut, sopan, tidak menyakitkan, penuh hormat, dan mengakui jasa serta kedudukan mereka sebagai orang tua. Dalam Islam, cara kita berbicara mencerminkan kondisi hati kita. Maka, penghormatan kepada orang tua bukan hanya soal tindakan, tapi juga adab lisan dan kelembutan hati.

Dan di ayat selanjutnya Allah Subhanahu wa Ta’alaberfirman:

وَاخْفِضْ لَهُمَا جَنَاحَ الذُّلِّ مِنَ الرَّحْمَةِ

“Rendahkanlah dirimu terhadap keduanya dengan penuh kasih sayang.” (QS. Al-Isra: 24).

Selanjutnya, Allah ‘Azza wa Jalla menyempurnakan perintah-Nya dengan menghormati orang tua dengan ucapan yang lembut, tetapi juga meminta kita merendahkan diri di hadapan mereka dengan penuh kasih sayang. Allah menuntut seorang anak untuk bersikap tunduk, lembut, dan tawadhu‘ di hadapan orang tua. Merendahkan diri di sini bukanlah bentuk kehinaan, melainkan bentuk adab dan cinta kepada mereka, yang lahir dari kesadaran akan besarnya jasa dan kedudukan orang tua dalam kehidupan kita. Kesadaran bahwa merekalah yang telah merawat dan mendidik kita dengan penuh cinta dan kasih sayang yang hadir dalam kondisi paling lemah kita, saat kita belum mampu melakukan apa-apa.

Kemudian Allah Ta’ala memerintahkan agar kita mendoakan kedua orang tua kitasebagai bentuk penghormatan kepada mereka.

وَقُلْ رَّبِّ ارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيٰنِيْ صَغِيْرًاۗ

“Dan ucapkanlah, ‘Wahai Tuhanku, sayangilah keduanya sebagaimana mereka berdua (menyayangiku ketika) mendidik aku pada waktu kecil’.” (QS. Al-Isra: 24).

Doa ini menunjukkan bahwa penghormatan kepada orang tua tidak berhenti pada sikap dan perkataan, tetapi juga pengingat bahwa bakti kepada orang tua adalah ibadah yang terus berjalan bahkan setelah mereka tiada. Bahkan setelah mereka wafat, doa anak yang sholeh menjadi salah satu amal yang terus mengalir bagi orang tuanya. Inilah salah satu bentuk tertinggi dari birrul walidain, memuliakan mereka dalam hidup, dan menghormati mereka dalam doa setelah wafat.

Oleh karena itu, janganlah kita sampai terkecoh dengan bisikan setan, kareta tak jarang ada seseorang yang meremehkan perkara ini, bahkan ada yang menganggap bahwa orang tua yang sudah tidak produktif dipandang sebagai beban. Padahal dalam pandangan Islam, orang tua adalah sumber keberkahan.

Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

 رِضى اللَّهِ في رِضى الوالِدَينِ ، وسَخَطُ اللَّهِ في سَخَطِ الوالدينِ

“Ridha Allah tergantung pada ridha kedua orang tua, dan murka Allah tergantung pada murka kedua orang tua.”(HR. Tirmidzi).

Semoga kita dipermudah untuk senantiasa berbakti kepada orang tua ketika mereka masih ada maupun ketika mereka sudah pergi.

رَبِّ اغْفِرْ لِي وَلِوَالِدَيَّ وَارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِي صَغِيرًا

Leave a reply

Ikuti
Search
Loading

Signing-in 3 seconds...

Signing-up 3 seconds...