Meningkatkan Ketaatan dengan Memperbaiki Akhlak

AdamNasehat Kehidupan1 month ago174 Views

Oleh: Bima Setya Dharma

Akhlak adalah sifat yang menetap dalam jiwa, baik bawaan sejak lahir maupun yang diperoleh, yang memiliki pengaruh terhadap perilaku, baik yang terpuji maupun yang tercela. Akhlak merupakan cerminan dari jiwa seorang hamba. Dalam Islam, akhlak bukan hanya nilai sosial atau etika, tetapi bagian dari ketaatan (ibadah) kepada Allah dan Rasul-Nya. Siapa yang berakhlak baik, ia sesungguhnya sedang mengikuti perintah Allah. Dan siapa yang meninggalkan akhlak mulia, ia sedang bermaksiat yang mungkin ia tidak menyadarinya.

Al-Qur’an sebagai sumber utama ajaran Islam telah berulang kali menekankan perintah untuk berakhlak mulia. Di antara ayat yang sangat mendalam maknanya adalah firman Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam Surah An-Nahl Ayat 90:

 اِنَّ اللّٰهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْاِحْسَانِ وَاِيْتَاۤئِ ذِى الْقُرْبٰى وَيَنْهٰى عَنِ الْفَحْشَاۤءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ

“Sesungguhnya Allah menyuruh berlaku adil, berbuat kebajikan, dan memberikan bantuan kepada kerabat. Dia (juga) melarang perbuatan keji, kemungkaran, dan permusuhan. Dia memberi pelajaran kepadamu agar kamu selalu ingat.” (QS. An-Nahl: 90).

Pada ayat ini disebutkan tiga perintah dan tiga larangan. Tiga perintah itu ialah berlaku adil, berbuat kebajikan (iḥsan), dan berbuat baik kepada kerabat. Sedangkan tiga larangan itu ialah berbuat keji, mungkar, dan permusuhan. Allah memerintahkan manusia untuk berlaku adil dalam ucapan, sikap, tindakan, dan perbuatan mereka, baik kepada diri sendiri maupun orang lain. Dan Dia juga memerintahkan mereka berbuat kebajikan, yakni perbuatan yang melebihi perbuatan adil, memberi bantuan apa pun yang mampu diberikan, baik materi maupun nonmateri secara tulus dan ikhlas. Kemudian memberi bantuan kepada kerabat, yakni keluarga dekat, keluarga jauh, bahkan siapa pun.

Dan selain itu, Dia melarang semua hamba-Nya melakukan tiga hal. Yang pertama melakukan perbuatan keji yang tercela dalam pandangan agama, seperti berzina dan membunuh. Kemudian larangan melakukan kemungkaran, yaitu hal-hal yang bertentangan dengan nilai-nilai dalam adat kebiasaan dan agama, dan melakukan permusuhan dengan sesama yang diakibatkan pendzaliman dan penganiayaan.

Tak hanya itu, Allah juga berfirman dalam Surah Al-A‘raf Ayat 199:

خُذِ الْعَفْوَ وَأْمُرْ بِالْعُرْفِ وَاَعْرِضْ عَنِ الْجٰهِلِيْنَ

“Jadilah pemaaf, perintahlah (orang-orang) pada yang makruf, dan berpalinglah dari orang-orang bodoh.” (QS. Al-A’raf: 199).

Ayat ini menunjukkan tiga akhlak yang sangat penting dalam membentuk karakter pribadi yang sabar dan bijak. Seseorang yang mampu memaafkan tanpa dendam dan berlapang dada. Hal ini bukan hanya sekedar menahan diri dari membalas, tetapi juga bisa membuat orang lain terbuka pintu hatinya karena melihat apa yang diperintahkan Allah kepada hamba-hamba-Nya.

Selain itu, ayat ini juga memerintahkan kita untuk menjadi seseorang yang menyeru kepada kebaikan tanpa pamrih serta menjadi seorang hamba yang berpaling dari orang-orang bodoh, yaitu tidak terpancing oleh provokasi kejahilan. Yang dimaksud di sini adalah jenis kekerasan dan permusuhan dari orang orang yang memusuhi Islam yang enggan membuka hatinya ketika diberi nasehat. Islam mengajarkan untuk menjauh dari orang seperti ini, tidak melayani mereka dan tidak membalas kekerasan mereka dengan kekerasan pula.

Akhlak dalam Islam juga bukan suatu pilihan, melainkan keharusan. Karena ia terikat langsung dengan status iman. Dalam hadits lain disebutkan, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

إِنَّ مِنْ أَحَبِّكُمْ إِلَيَّ وَأَقْرَبِكُمْ مِنِّي مَجْلِسًا يَوْمَ القِيَامَةِ أَحَاسِنَكُمْ أَخْلَاقًا

“Sesungguhnya yang paling aku cintai di antara kalian dan paling dekat tempat duduknya denganku pada hari Kiamat adalah mereka yang paling bagus akhlaknya di antara kalian.” (HR. Tirmidzi).

Hadits ini menekankan pentingnya akhlak mulia bagi seorang muslim. Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menyatakan bahwa orang yang memiliki akhlak terbaik adalah orang yang paling Ia cintai dan akan dekat dengan Beliau di hari kiamat. Ini menunjukkan bahwa kemuliaan akhlak adalah salah satu penentu kedekatan dengan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam di akhirat, bukan semata karena banyaknya ibadah ritual.

Bahkan dengan akhlak mulia, seseorang bisa menyamai kedudukan derajat orang yang rajin berpuasa dan rajin shalat malam. Sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam:

إِنَّ الْمُؤْمِنَ لَيُدْرِكُ بِحُسْنِ خُلُقِهِ دَرَجَةَ الصَّائِمِ الْقَائِمِ

“Sesungguhnya seorang mukmin bisa meraih derajat orang yang rajin berpuasa dan shalat dengan sebab akhlaknya yang luhur.”

Ini menegaskan bahwa keshalehan tidak hanya diukur dari bagaimana ia beribadah kepada Sang Pencipta, tetapi juga dari bagaimana seseorang berinteraksi dengan orang lain.

Bahkan, ada seseorang yang dia merupakan ahli ibadah tetapi justru masuk Neraka karena akhlaknya yang buruk. Diriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu, di mana seorang laki-laki bertanya kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam:

 يا رَسُولَ اللَّهِ! إِنَّ فُلَانَةَ يُذْكَرُ مِنْ كَثْرَةِ صَلَاتِهَا وَصِيَامِهَا وَصَدَقَتِهَا، غَيْرَ أَنَّهَا تُؤْذِي جِيرَانَهَا بِلِسَانِهَا، قَالَ: هِيَ فِي النَّارِ

“Wahai Rasulullah! Sesungguhnya ada seorang wanita yang dikenal karena banyak shalat, puasa, dan sedekahnya, namun ia menyakiti tetangganya dengan lisannya.” Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda, “Dia di Neraka.” (HR. Ahmad).

Hadits ini menceritakan tentang seorang wanita tersebut dikenal dengan ibadah luar biasa. Ia shalat malam, puasa sunnah, sedekah yang semuanya adalah amalan besar dalam Islam. Namun, ia menggunakan lisannya untuk menyakiti tetangga. HaI ini menunjukkan akhlaknya rusak dalam hubungan antar manusia, meskipun ia tampak terlihat shaleh secara ibadah. Tetapi ucapan Rasulullah ini sangat tegas dan mengejutkan ketika mengomentari wanita ini. Ia mengatakan bahwa wanita ini berada di Neraka. Hal ini menunjukan ibadah ritual tidak berguna bila tidak disertai akhlak yang baik kepada sesama manusia. Hal ini menjelaskan bahwa akhlak kepada orang lain dalam Islam sama pentingnya dengan ibadah kepada Allah.

Semoga kita selalu menjaga perilaku kita, tidak hanya menjagai hubungan kita kepada Allah, tetapi juga menjaga hubungan kita dengan orang lain.

Leave a reply

Previous Post

Next Post

Ikuti
Search
Loading

Signing-in 3 seconds...

Signing-up 3 seconds...